Monday, September 7, 2015

Surah Al Anbiya Ayat 102 - 112







Al Anbiya Ayat 102 Hingga 104

21:102 > Mereka tidak mendengar suara (julangan) api neraka itu, dan mereka akan kekal selama-lamanya di dalam (nikmat-nikmat Syurga) yang diingini oleh jiwa mereka. 

21:103 > Huru-hara besar yang amat mengerikan (pada hari kiamat) itu tidak merunsingkan mereka, dan (sebaliknya) mereka disambut oleh malaikat-malaikat dengan berkata: "Inilah hari kamu (beroleh kebahagiaan), yang telah dijanjikan kepada kamu (di dunia) dahulu". 

21:104 > (Ingatlah) hari Kami menggulung langit seperti menggulung lembaran surat catitan; sebagaimana kami mulakan wujudnya sesuatu kejadian, Kami ulangi wujudnya lagi; sebagai satu janji yang ditanggung oleh Kami; sesungguhnya Kami tetap melaksanakannya.

Orang-orang beriman tidak akan mendengar desiran suara yang ada di dalam neraka.Bahkan suatu gerakan pun tidak didengar apalagi melihatnya. Orang-orang beriman ini tinggal tetap di syurga, merasakan kegembiraan dan nikmat-nikmat yang diingini oleh nafsu mereka dengan tidak putus-putusnya.

Begitu juga mereka sedikit pun tidak merasakan ketakutan walaupun pada masa itu ada kegembparan yang sangat dahsyat ketika ditiupkan serunai sangkakala yang kedua kali pada saat menusia dibangkitkan dari kubur, untuk dikira amalannya.

Mereka disambut oleh para malaikat dengan sambutan yang meriah, kerana kejayaan mereka terlepas daripada seksaan, dan mengalu-alukan mereka. Malaikat itu akan berkata kepada ahli syurga, inilah hari yang dijanjikan kepada kamu dahulu di dunia sudah pun datang. Kamu akan bergembira mendapat pahala sebagai balasan di atas keimanan kamu kepada Allah dan ketaatan kamu kepadaNya.

Orang-orang beriman ini sedikit pun tidak akan merasa ketakutan apalagi langit nanti akan dilipat dan dihilangkan, kemudian akan datang langit lain yang baru dan bintang-bintang lain yang baru laksana melipat daftar buku-buku, supaya tulisannya tepelihara dan tidak akan hilang.

Demikianlah bagaimana manusia mula-mula dulu dijadikan Allah, diulang pula menciptakan manusia menajdi suatu makhluk yang baru, yang akan dihimpunkan di padang mahsyar untuk dikira amalannya dan diberi pembalasan. Semua manusia akan dikembalikan hidup, tetapi tidak pula mengikut cara hidup di dunia dahulu.

Itulah yang dijanjikan Allah iaitu mengembalikan manusia hidup semula, tidak usah diragukan lagi tentang kebenarannya, kerana Allah itu berkuasa melakukannya.




Al Anbiya Ayat 105

21:105 > Dan demi sesungguhnya, Kami telah tulis di dalam Kitab-kitab yang Kami turunkan sesudah ada tulisannya pada Lauh Mahfuz: "Bahawasanya bumi itu akan diwarisi oleh hamba-hambaKu yang soleh".

Allah SWT telah menurunkan kitab kepada para Rasul, seperti Taurat, Zabur, Injil dan AlQuran yang di dalam kitab-kitab itu diterangkan bahawa bumi ini adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah telah menetapkan juga dalam ayat ini, bahawa hamba-hamba yang mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan memakmurkannya, walaupun mereka tidak memeluk agama Islam. Ketetapan Allah yang demikian telah ditetapkan sejak dulu di Luh mahfuz.

Jika diperhatikan sejarah dunia dan sejarah umat manusia, maka orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini, ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat, mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup mempertahankan diri dari serangan luar dan dapat mengukuhkan persatuan rakyat yang ada di negara-negaranya, apakah mereka orang Islam atau bukan orang Islam.

Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada orang-orang tersebut bukanlah bererti Allah telah meredhai tindakan-tindakan mereka; kerana kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang berbahagia hidup di dunia, dan akhirat, dan ada orang yang berbahagia hidup di akhirat saja. Malah  ada pula orang yang berbahagia hidup di dunia saja. Yang dicita-citakan seorang muslim ialah berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Apabila orang-orang muslim ingin hidup berbahagia di dunia dan akhirat, mereka harus mengikuti Sunnatullah di atas, yaitu taat beribadat kepada Allah. Sanggup memimpin umat manusia dengan pimpinan yang baik, sanggup mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, adanya persatuan dan kesatuan yang kuat di antara mereka sehingga tidak mudah dipecah-belahkan oleh musuh.





Al Anbiya Ayat 106 Hingga 107

21:106 > Sesungguhnya Al-Quran ini mengandungi keterangan-keterangan yang cukup bagi orang-orang yang (cita-citanya) mengerjakan ibadat (kepada Allah dengan berilmu). 

21:107 > Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Segala kisah yang diterangkan dalam surah Al Anbiya’ ini, adalah pelajaran dan peringatan yang disampaikan sejak permulaan sampai akhir surah ini, cukup untuk menjadi pelajaran dan cukup banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Ianya sebagai bekal dan bahan bagi orang-orang yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Bahkan ayat-ayat dalam surah ini merupakan peringatan dan ancaman yang keras dari Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruan para Rasul, mereka akan ditimpa oleh malapetaka yang besar, sebagaimana telah ditimpakan kepada umat-umat dahulu.

Kerana itu wajiblah kaum Muslimin mengambil pelajaran dan mengamalkan ayat-ayat tersebut agar tidak ditimpakan ancaman Allah yang berupa azab dan malapetaka yang tidak terperi kedahsyatannya.

Tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad adalah tidak lain hanyalah agar manusia berbahagia di dunia dan di akhirat. Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk agama itu akan memperolehi rahmat dari Allah berupa rezeki dan kurnia di dunia. Sementara di akhirat nanti mereka akan memperolehi rahmat berupa syurga yang disediakan Allah bagi mereka. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman pula akan memperolehi rahmat juga semasa di dunia, karena dengan cara yang tidak langsung mereka juga ada mengikuti sebahagian ajaran-ajaran agama itu.






Al Anbiya Ayat 108 Hingga 111

21:108 > Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku (mengenai ketuhanan ialah) bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan yang bersifat Esa, maka adakah kamu mahu menurut apa yang diwahyukan kepadaku?"

21:109 > Sekiranya mereka berpaling ingkar maka katakanlah: "Aku telah memberitahu kepada kamu (apa yang diwahyukan kepadaku) dengan keterangan yang jelas untuk kita bersama; dan aku tidak mengetahui sama ada (balasan buruk) yang dijanjikan kerana keingkaran kamu itu, sudah dekat atau masih jauh. 

21:110 > Sesungguhnya Allah mengetahui akan perkataan yang kamu sebutkan dengan terus terang, dan juga Ia mengetahui apa yang kamu sembunyikan (di dalam hati). 

21:111 > "Dan aku tidak mengetahui (mengapa dilambatkan balasan buruk yang dijanjikan kepada kamu itu) jangan-jangan lambatnya menjadi satu sebab yang menambahkan azab kamu, dan di samping itu memberi kamu kesenangan hidup hingga ke suatu masa yang tertentu".

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan kepada orang-orang kafir dan kepada orang-orang yang telah sampai seruan kepadanya, bahwa dasar wahyu yang disampaikan kepadanya ialah: tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Karena itu hendaklah manusia menyembah-Nya, jangan sekali-sekali mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun seperti mengakui adanya tuhan-tuhan yang lain selain daripada-Nya, atau mempercayai bahwa selain dari Allah ada lagi sesuatu yang mempunyai kekuatan gaib seperti kekuatan Allah. Dan serahkanlah dirimu kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja dan ikutilah segala wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Meski pun ayat ini berbentuk pertanyaan tetapi ia mengandungi perintah, yang menyuruh sekalian manusia suapya menyerahkan diri kepada Allah dengan jalan memeluk agama Islam yang suci.

Jika perintah ini diabaikan dengan memalingkan diri, tidak mahu mengikuti perintah tersebut, maka Allah menyuruh Nabi Muhammad saw mengatakan kepada mereka bahwa tugas nabi sebagai rasul iaitu hanylah menyampaikan agama Allah kepada manusia. Jika mereka semua tidak mahu mengendahkan perintah Allah dan seruan yang dibawakannya, maka isytiharkanlah perang terhadap mereka. Sebagaimana mereka juga mengisytiharkan perang terhadap Nabi Muhammad. Sesungguhnya Nabi Muhammad adalah bersih dari bersubahat dengan perbuatan mereka yang engkar dan baginda tidak ada kena mengena dengan mereka semua.

Jadi janganlah hendaknya baginda bersedih hati apabila mereka tidak mahu beriman. Kerana baginda sedikit pun tidak bertanggungjawab di atas apa saja yang mereka lakukan. Janji yang diberikan oleh Allah untuk memenangkan orang yang beriman dan mengalahkan mereka , sudah lah pasti tidak diragukan lagi. Hanyasanya bilakah janji itu akan terlaksana. Samada sudah dekat atau pun masih jauh lagi, tidaklah baginda tahu dan Allah juga tidak akan memaklumkan kepada baginda.

Namun yang pasti, hanya Allah sajalah yang mengetahui apa yang mereka tuturkan dan ucapkan berterangan-terangan, samda kata-kata cercaan terhadap islam, ataupun kata-kata yang mendustakan ayat-ayat dan keterangan Allah.

Begitu pula Allah saja yang mengetahui akan perasaan dengki dan permusuhan mereka terhadap orang-orang Islam yang telah mereka sembunyikan. Kelak Allah akan memberikan pembalasanNya samada sedikit ataupun banyak.

Nabi Muhammad mengatakan lagi bahwa baginda tidak tahu mengapa balasan seksaan yang akan ditimpakan oleh Allah ke atas mereka kaum musyrikin itu ditangguhkan dan dilambat-lambatkan. Mungkin hal ini akan menambahkan lagi besarnya ujian dan cubaan yang dikenakan ke atas mereka, supaya diketahui apa yang akan mereka lakukan kelak. Sememangnya pembalasan itu sengaja dilambatkan oleh Allah dari semasa ke semasa, sampai datangnya ajal, iaitu kematian agar seksaan yang akan mereka terima nanti menjadi bertambah berat dan azab.






Al Anbiya Ayat 112

21:112 > (Nabi Muhammad merayu dengan) berkata: "Wahai Tuhanku, hukumkanlah (di antara kami dengan mereka) dengan yang benar; dan Tuhan kami ialah Yang Melimpah-limpah rahmatNya yang dipohonkan pertolonganNya terhadap apa yang kamu sifatkan itu".

Di ayat terakhir ini Allah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw telah berdoa , “wahai Tuhanku! berikanlah hukuman yang seadil-adilnya kepada mereka orang-orang yang mendustakan aku dariapda kalangan kaumku, yang telah menyekutukan Engkau dan menyembah keapda yang lain selain Engkau, dengan menimpakan seksa dan azab yang setimpal. Kerana sesungguhnya Engkau Tuhan yang Pengasih kepada hambaNya. Engkaulah tempat kami memohon pertolongan, untuk mengalahkan mereka.”

Kesimpulannya nabi saw memohon supaya disegerakan turunnya seksaan ke atas kaum msuyrikin tersebut. Dan doanya telah diperkenankan Allah dengan menimpakan kekalahan yang teruk ke atas kaum Musyrikin di dalam perang Badar.

Mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan hidayahNya untuk beramal dengan surruhanNya sesuai dengan yang disyariatkanNya. Tuhanlah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin.

Selesai lah sudah tafsir Surah Al Anbiya’ dengan pertolongan dan iradhatNya. Mudah-mudahan kita semua mengambil pelajaran dan panduan.









Saturday, September 5, 2015

Surah Al Anbiya ayat 82 - 101




Al Anbiya Ayat 82

21:82 > Dan (Kami mudahkan) sebahagian dari Syaitan-syaitan untuk menyelam baginya, serta melakukan kerja-kerja yang lain dari itu; dan adalah Kami mengawal mereka (daripada melanggar perintahnya).

Nabi Sulaiman telah mewarisi daripada bapanya, Nabi Daud, akan pusaka yang berupa kerajaan dan dianugerahkan oleh Alah pangkat kenabian. Pada ayat 81 kita telah belajar bahwa Allah telah memberikan kepada Nabi Sulaiman suatu kekuasaan iaitu beliau dapat memerintahkan angin dan menjadikan angin sebagai hamba beliau. Angin itu akan patuh kepada perintah Nabi Sulaiman untuk bertiup, kadangkala kencang menjadi ribut dan ada kalanya lunak sepoi-sepoi bahasa.  

Selain angin Allah juga memberikan kuasa kepada Nabi Sulaiman untuk menjadikan kaum syaitan dan jin sebagai suruhan beliau. Kaum syaitan dan jin ini disuruh bekerja seagai penyelam ke dalam laut, untuk mencari mutiara, mengambil batu-batu marjan dan perkara-perkara lain yang berkaitan.

Sisters,
Beginilah yang tersebut jelas di dalam AlQuran berkenaan Nabi Sulaiman yang menjadikan syaitan dan jin sebagai hamba beliau. Adapun berbagai tafsir yang kita dapati sehingga ada yang telah diangkat menjadi dongeng, menjadi penghias cerita 1001 malam, yang menceritakan jin telah dimasukkan ke dalam botol dan dilemparkan ke dalam laut beribu-ribu tahun lamanya, itu semua hanyalah dongeng semata-mata yang tidak ada sangkut paut dengan Al Quran.

Apa yang hendak dijelaskan di sini ialah Nabi Sulaiman telah diberi mukjizat yang dapat membuatkan beliau dapat menguasai makhluk-makhluk ini untuk menyelam ke dasar laut dengan perintah beliau. Selain itu bangsa jin dan syaitan ini juga dikerah oleh beliau untuk bekerja di tempat lain seperti untuk membina gedung-gedung yang besar dan tinggi, mendirikan istana, membuat patung-patung dan sebagainya. Kenyataan ini juga ada disebut di dalam ayat 13 dari Surah Saba’.

Meskipun syaitan-syaitan dan jin-jin itu biasanya berupaya membuat aniaya kepada manusia, namun kepada Nabi Sulaiman mereka tidak daapt berbuat demikian. Demikianlah syaitan-syaitan itu dijadikan sebagai buruh yang berada di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman dan tidak satu pun syaitan atau jin yang dapat lair, untuk melepaskan diri daripada tanggungjawab yang ditugaskan kepadanya. Kalau nabi Sulaiman suka, beliau boleh menghukumnya. Dan kalau Nabi Sulaiman suka, beliau boleh menyeksanya. Hal ini telah diceritakan di dalam surah Sad ayat 38 dan 39.






 Al Anbiya Ayat 83 Hingga 84

21:83 > Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani". 

21:84 > Maka Kami perkenankan doa permohonannya, lalu Kami hapuskan penyakit yang menimpanya, serta Kami kurniakan kepadanya: keluarganya, dengan seganda lagi ramainya, sebagai satu rahmat dari Kami dan sebagai satu peringatan bagi orang-orang yang taat kepada Kami (supaya bersabar dan mendapat balasan baik).

Kini Allah sebutkan pula tentang kisah Nabi Ayub as. Nama beliau ialah Ayyub bin Anush dari keturunan Isu bin Ishak. Ibunya dari keturunan Nabi Lut. Beliau dipilih Allah untuk menjadi nabi dan diberikan kekayaan dunia yang melimpah ruah. Nabi Ayub adalah seorang yang kaya raya lagi dermawan. Suka menolong orang yang miskin melarat dan sangat bertakwa kepada Allah. Suka memelihara anak yatim dan janda-janda melarat. Juga suka memuliakan tetamu. Maka amat terpujilah Nabi Ayub di sisi Allah.

Kemudian datanglah peredaran dunia. Allah menguji Nabi Ayub dengan ujian iaitu bala dan malapetaka yang bertubi-tubi datangnya. Lepas satu satu lagi menimpa. Beliau telah jatuh miskin melarat, harta kekayaan habis punah dan anak-anak beliau juga semuanya ditakdirkan meninggal dunia. Kemudian beliau telah jatuh sakit, dan dihinggapi penyakit selama lebih kurang 18 tahun beliau merana.

Penderitaan demi penderitaan yang ditimpa kepada Nabi Ayub, lalu merayulah Nabi Ayub kepada Rabbnya di dalam doanya. Nabi Ayub telah menyifatkan dirinya sebagai orang yang layak diberikan belas kasihan. Disebabkan telah menjalani ujian dengan tabah lagi sabar selama ditimpa malapetaka dan menderita penyakit. Nabi Ayub juga menyifatkan bahwa Allah itulah yang paling belas kasihan, di antara sekalian yang bersifat kasihan. Doa Nabi Ayub ini terbayangkan kehalusan bahasa dan susunan kata-kata beliau.

Lalu Allah telah memperkenankan doa Nabi Ayub. Nabi Ayub telah berjaya menjalani ujian yang berat dengan sabar dan tidak sekali pun merungut atau mengomel di atas penderitaannya. Nabi Ayub telah disembuhkan oleh Allah daripada penyakit.  Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk menghentakkan kakinya ke atas bumi  dan di situ akan keluarlah mata air. Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mandi dengan air mata air dan juga untuk dibuat minuman. Maka sembuhlah penyakit Nabi Ayub. Bertukar menjadi sihat dan muda seperti sedia kala.

Maka setelah sembuh dari penyakit, pengikut-pengikut Nabi Ayub yang dulunya telah meninggalkan Nabi Ayub dek kerana kemiskinan dan penderitaan penyakit yang Nabi Ayub hadapi, kini telah kembali semula. Nabi Ayub juga dianugerahkan anak yang ramai lebih ramai dari sebelumnya.

Sesungguhnya kurniaan Allah ini menjadi rahmat dan nikmat kepada Ayub dan ianya menjadi peringatan bagi mereka yang menghambakan diri kepada Allah untuk menyembahNya. Hendaklah kita mengambil pelajaran, bahwa dunia ini semata-mata merupakan ladang bagi akhirat, yang akan diperoleh hasilanya untuk dikecap di akhirat, maka wajiblah seseorang itu bersabar dalam menghadapi sebarang cubaan dan ujian yang menimpa. Hendaklah juga rajin berusaha untuk menunaikan kewajiban kepada Allah dengan berhati teguh, baik semasa kesenangan, apatah lagi di masa kesusahan.






Al Anbiya Ayat 85 Hingga 86

21:85 > Dan (demikianlah pula) Nabi-nabi Ismail dan Idris serta Zul-Kifli; semuanya adalah dari orang-orang yang sabar. 

21:86 > Dan Kami masukkan mereka dalam (kumpulan yang dilimpahi) rahmat Kami: sesungguhnya mereka adalah dari orang-orang yang soleh.

Di sini Allah kisahkan pula tentang 3 orang nabi, yang juga mempunyai sifat kesabaran dan tahan menanggung penderitaan, sehingga layak mendapat keredhaan Allah dan memasuki syurga Allah. Mereka ialah :

1 . Nabi Ismail a.s.
Seorang yang sememangnya berhati tabah, tidak bimbang barang sedikit pun apabila dirinya hendak disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as semata-mata hendak menunaikan perintah Allah. Nabi Ismail bersama ibunya telah ditinggalkan oleh ayahnya di sebuah kawasan tandus yang tidak ada tanaman dan air. Nabi Ismail juga telah menolong ayahnya membina kaabah di kawasan itu dengan bersusah payah. Semua ujian ini dihadapi Nabi Ismail dengan hati yang sabar, sehingga mendapat penghormatan dari Allah dengan kebangkitan junjungan Nabi Muhammad saw iaitu nabi yang terakhir adalah dari nasab keturunan beliau.

2 . Nabi Idris a.s.
Kebanyakan para ulamak berpendapat , Nabi Idris adalah manusia pertama yang pandai menjahit pakaian. Sebelum ini manusia hanya tahu memakai kulit binatang sebagai pakaian. Beliau lah juga orangyang mula-mula menggunakan senjata untuk berperang melawan orang-orang kafir, juga mengetahui tentang ilmu bintang dan ilmu hisab. Ianya terdahulu telah disebut di dalam surah Maryam ayat 56 hingga 58.

3. Nabi Zulkifli a.s.
Pendapat kebanyakan para ulamak mengatakan beliau adalah seorang nabi. Namun ada pula yang mengatakan beliau adalah anak kepada Nabi Ayub dan bukan seorang nabi.

Ketiga-tiga mereka yang disebutkan itu telah mendapat rahmat Allah dengan memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang ahli syurga, sebagai balasan perbuatan mereka yang baik.







Al Anbiya ayat 87 Hingga 88

21:87 > Dan (sebutkanlah peristiwa) Dzan-Nun, ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya) dalam keadaan marah, yang menyebabkan ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya kesusahan atau cubaan; (setelah berlaku kepadanya apa yang berlaku) maka ia pun menyeru dalam keadaan yang gelap-gelita dengan berkata: "Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri". 

21:88 > Maka Kami kabulkan permohonan doanya, dan Kami selamatkan dia dari kesusahan yang menyelubunginya; dan sebagaimana Kami menyelamatkannya Kami akan selamatkan orang-orang yang beriman (ketika mereka merayu kepada Kami).

Allah menceritakan pula akan kisah Nabi Yunus yang digelarkan dengan “Dzan Nun” dalam ayat ini. Ertinya orang yang berada dalam perut ikan paus, dan erti “an-Nun” adalah ikan paus. Di sini Allah mengingatkan tentang kisah Nabi Yunus bin Matta apakala dia dibangkitkan oleh Allah menjadi rasul, diserunya manusia supaya mentauhidkan Allah dan beribadat keapdaNya. Akan tetapi kaumnya itu terus enggan dan tidak mahu beriman.

Nabi Yunus telah meninggalkan mereka dengan keadaan sangat marah. Dan dia telah pun memberikan amaran dengan ancaman, sekiranya kaumnya tetap juga di dalam kekufuran nescaya mereka akan ditimpakan seksaan oleh Allah di dalam masa 3 hari lagi. 

Kemudian setelah kaumya telah yakin bahwa ancaman itu pasti berlaku, kerana mereka tahu seorang nabi tidak akan berdusta, lalu mereka pun keluar beramai-ramai ke tanah lapang dengan membawa anak-anak dan isteri mereka serta binatang ternakan mereka. Mereka memohon kepada Allah agar diselamatkan dari bahaya, serta mereka bertaubat daripada perbuatan kufur mereka. Dengan permohonan taubat mereka itu Allah telah mengangkat seksaan yang telah dijanjikan itu, tidak ditimpakan kepada mereka, sebagaimana firman Allah di dlam surah Yunus ayat 98.

Adapun Nabi Yunus telah pun meninggalkan mereka menuju ke tepi pantai, lalu berlayar dengan sebuah bahtera. Apabila sampai di tengah laut, tiba-tiba kapal beliau dipukul ribut dan gelombang yang besar sehingga bahtera itu terumbang ambing hampir karam. Mereka berusaha untuk mengurangkan muatan bahtera itu supaya ringan, lalu mereka mengadakan undian. Siapa yang terkena undia, dia akan disuruh meninggalkan behtera itu dengan terjun ke dalam laut bagi menyelamatkan penumpang-penumpang yang lain.

Rupa-rupanya undian itu telah terkena kepada Nabi Yunus, oleh itu dialah yang akan dilemparkan ke dalam laut. Sisters boleh rujuk Surah As Saffaat ayat 141 berkenaan perkara ini.

Lalu Allah telah mengutus seekor ikan paus berlegar-legar di lautan. Ikan itu pun menelan Nabi Yunus. Ikan paus itu telah diwahyukan oleh Allah agar tidak memakan daging dan mematahkan tulang Nabi Yunus kerana Nabi Yunus itu bukan rezeki ikan paus. Allah hanya mahu menjadikan ikan paus itu sebagai kurungan bagi Nabi Yunus saja.

Di dalam perut ikan paus yang gelap gelita selama tiga hari tiga malam, Nabi Yunus menyeru dan berdoa kepada Allah. Nabi Yunus mentauhidkan Allah dengan mengakui bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Allah. Nabi Yunus juga bertasbih mensucikan Allah dariapda sifat yang tidak layak, dan mengakui bahwa dirinya telah menganiaya dirinya sendiri kerana telah meninggalkan kaumya dengan perasaan marah tanpa menunggu perintah daripada Allah.

Doa Nabi Yunus yang disertakannya denga bertaubat dan dengan cara yang baik telah diperkenankan Allah. Penyesalan Nabi Yunus sudah terima. Setelah 3 hari 3 malam berkurung di dalam perut ikan paus yang gelap gulita, akhirnya Allah telah memerintahkan mengangakan mulutnya dan memuntahkan Nabi Yunus keluar. Kemudian setelah Nabi Yunus sedar dari pengsannya dan beransur sembuh sakitnya, maka pergilah Nabi Yunus kepada kaumnya semula bagi menyampaikan dakwah.

Di hujung ayat 88 ini memberi petunjuk kepada kita bahwasanya orang yang mengaku beriman keapda Allah, tidaklah terlepas dari ujian dan cubaan. Meskipun Nabi Yunus mengaku sebelum di dalam perut ikan bahwa beliau memang telah termasuk dalam golongan orang yang aniaya, kerana marah keapda kaumnya lalu dia pergi meninggalkan kaumnya itu dan belayar ke negeri lain. Nabi Yunus telah mengakui bahawa perbuatan itu adalah salah, zalim dan aniaya. Sebab itulah dia telah merasakan bahwa jatuhnya undian kepada dirinya ketika berada di dalam bahtera itu adalah merupakan peringatan pertama dari Allah. Kemudian datang pula ikan menelannya, ini adalah peringatan kedua.

Tetapi Allah yang Maha Berkuasa mengingatkan kepada kita semua di hujung ayat 88 ini bahwa Nabi Yunus bukanlah orang yang zalim. Beliau adalah orang yang beriman. Segala penderitaan yang ditermpuhnya itu bukan azab atau peringatan Allah. Semua itu adalah ujian Allah kepada tiap-tiap hambaNya yang beriman. Dan bagaimana besar sekali pun ujian, namun Allah selalu akan menyelamatkan hambaNya yang beriman. Lalu dengan tegas di hujung ayat ini Allah memberi peringatan kepada Nabi Muhammad saw dan kaumnya, malah ianya peringatan kepada kita semua juga tak terkecuali,  bahwa orang yang beriman yang selalu mendapat ujian dan cubaan dalam menilai keimanannya itu, akan selalu dilepaskan Allah dari bahaya.





 Al Anbiya ayat 89 Dan 90

21:89 > Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Zakaria, ketika ia merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Wahai Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan daku seorang diri (dengan tidak meninggalkan zuriat); dan Engkaulah jua sebaik-baik yang mewarisi". 

21:90 > Maka Kami perkenankan doanya, dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya, dan Kami perelokkan keadaan isterinya yang mandul, (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada Rasul-rasul itu ialah kerana) sesungguhnya mereka sentiasa berlumba-lumba dalam mengerjakan kebaikan, dan sentiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta gerun takut; dan mereka pula sentiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami.

Allah mengingatkan pula akan kisah Nabi Zakaria, ketika beliau memohon agar dikurniakan anak supaya dapat menggantikan beliau nanti menjadi nabi yang akan menolong tugasnya memimpin kaumnya dalam urusan agama dan juga dunia. Nabi Zakaria ini orangnya sudah tua, uban sudah memutih di kepala dan dirinya didapati mandul.  Nabi Zakaria telah berdoa secara sembunyi, tidak diketahui kaumnya. Doanya ialah  "Wahai Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan daku seorang diri (dengan tidak meninggalkan zuriat); dan Engkaulah jua sebaik-baik yang mewarisi".

Meskpun Nabi Zakaria dan isterinya telah berusia lanjut tetapi beliau tidak berputus asa untuk berdoa memohon kepada Allah bagi mendapatkan anak. Kerana adanya keyakinan bahwa Allah itu maha Berkuasa mengurniakan apa saja termasuk anak, tidak mengira apa keadaan orang yang berdoa itu.

Allah telah memperkenankan doa Nabi Zakaria, dan dikurniakanlah keapda beliau seorang anak lelaki yang bernama Yahya. Walaupun nabi Zakaria mandul, tetapi dengan kuasa Allah, isterinya ditakdirkan boleh mengandung kerana semua halangan yang merintang telah dihilangkan oleh Allah lalu semuanya berjalan dengan baik.

Permohonan Nabi Zakaria ini diperkenankan Allah adalah kerana Nabi Zakaria, isterinya serta anak mereka Nabi Yahya semuanya adalah orang-orang yang berlumba-lumba untuk mentaati Allah dengan beramal kebajikan yang dapat mendampingkan diri kepada Allah. Termasuklah para Nabi yang disebutkan kisah mereka semuanya berkeadaan demikian. Mereka semua berlumba-lumba dalam mengejar redha Allah. Mereka beribadat dan menyembah kepada Allah dengan harapan yang besar, yakni cukup berminat untuk memperoleh rahmat dan limpahan Allah, serta takutkan akan seksaanNya.

Hati mereka sentiasa tunduk dan takut akan tercebur dalam melakukan dosa terhadap Allah. Jauh sekali dariapda sombong dan membesarkan diri untuk beribadat kepadaNya. Mereka semua ini dapat mencapai apa yang mereka pohonkan kepada Allah, berkat adanya sifat-sifat mereka yang terpuji. 






Al Anbiya Ayat 91

21:91 > Dan (sebutkanlah peristiwa) perempuan yang telah menjaga kehormatan dan kesuciannya; lalu Kami tiupkan padanya dari Roh (ciptaan) Kami, dan Kami jadikan dia dan anaknya sebagai satu tanda (yang menunjukkan kekuasaan Kami) bagi umat manusia.

Allah menerangkan kisah Siti Maryam secara ringkas. Beliau adalah seorang perempuan yang memelihara kehormatan dirinya. Siti Maryam belum pernah mengadakan apa-apa hubungan dengan kaum lelaki, baik secara halal melalui perkawinan, apa lagi secara tidak halal. Ini menunjukkan bahwa Maryam adalah seorang anak dara suci dan bersih.

Maka suatu ketika Allah memerintahkan malaikat jibril meniupkan ruh ke dalam tubuh beliau iaitu roh Nabi Isa yang masih merupakan janin dalam perut ibunya. Kemudian Maryam melahirkan Nabi Isa a.s. tanpa ayah. Peristiwa yang berlaku kepada Siti Maryam dan wujudnya Nabi Isa lahir ke dunia tidak berayah, hanya beribu saja, adalah menunjukkan tentang kekuasaan Allah kepada manusia seluruhnya yang tinggal di alam semesta, agar mereka menyakini tentang kudhrat Allah dan hikmat kebijaksanaanNya, supaya kita merenung dan memikirkan khususnya tentang terciptanya nabi Isa ini merupakan betul-betul sebagai tanda bukti.

Sisters boleh Surah Ali Imran dan surah Maryam yang telah kita bincangkan terdahulu mengenai bukti kekuasaan Allah mengenai Nabi Isa ini ye.






Al Anbiya ayat 92 Hingga 94

21:92 > Sesungguhnya ugama Islam inilah ugama kamu, ugama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka sembahlah kamu akan Daku. 

21:93 > (Kebanyakan manusia masih berselisihan) dan berpecah-belah dalam urusan ugama mereka; (ingatlah) mereka semuanya akan kembali kepada kami (untuk menerima balasan). 

21:94 > Dengan yang demikian, sesiapa yang mengerjakan sesuatu amal kebaikan, sedang ia beriman, maka tidaklah disia-siakan amal usahanya; dan sesungguhnya Kami tetap menulisnya.

Allah menerangkan bahawa bagi Allah, agama yang benar hanyalah satu. Dan sekalian Nabi dan rasul sepakat untuk memeluk agama yang satu itu juga tanpa menyalahinya pada bila-bila masa. Itulah agama yang berdasarkan menyembah Allah yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagiNya. Dialah yang berkuasa di atas semua hambaNya, yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada kepayahan bagiNya untuk mengurus semua itu, kerana Dialah yang Maha Tinggi kemuliaanNya dan maha Besar kekuasaanNya.

Allah mengingatkan pula kepada kita atas perpecahan yang timbul antara umat manusia. Seluruh umat manusia itu seharusnya menganut agama tauhid, kerana agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama tauhid (agama Islam). Akan tetapi mereka telah berpecah belah. Sehingga kesatuan mereka menjadi terpecah kepada golongan-golongan kecil yang dipisahkan oleh perbezaan pandangan, baik mengenai masalah-masalah yang tidak prinsip dalam agama mahupun masalah-masalah duniawi semata-mata. Perbezaan-perbezaan fahaman itu pada umumnya disertai rasa taklid kepada iman atau pemimpin sehingga kelompok yang satu  akan mengasingkan diri terhadap kelompok yang lain. Dengan demikian mereka sudah melalaikan ajaran agama, yang menyuruh mereka bersatu dan memelihara kesatuan umat. Akan tetapi mereka berbuat sebaliknya, yaitu berpecah belah.

Allah bagitahu bahwa manusia yang sudah berpecah belah itu, seluruhnya akan kembali kepadaNya juga. Maka Allah mengancam bahawa Allah memberikan balasan setimpal di atas tindak tanduk mereka. Oleh itu hendaklah mereka ingat kembali kepada kesatuan umat Islam yang bertuhankan Allah yang satu. Dan hanya menyembah kepada Allah yang satu saja. Hendaklah tunduk kepada Nya dan jangan menerima agama yang lain.

Sesiapa yang mengerjakan amal yang baik sedangkan hatinya penuh iman, iaitu percaya keapda Allah, membenarkan semua rasulNya, begitu pula yakin tentang adanya hari pembalasan di akhirat atas amalan yang baik dan yang buruk, sesungguhnya Allah tidak akan mensia-siakan usaha mereka. Dan tiap-tiap amalan itu akan dicatatkan di dalam buku catatan tak ada sedikit pun yang tertinggal.






Al Anbiya Ayat 95 Hingga 97

21:95 > Dan mustahil kepada penduduk sesebuah negeri yang Kami binasakan, bahawa mereka tidak akan kembali (kepada Kami untuk menerima balasan di akhirat kelak).

21:96 > (Demikianlah keadaan mereka) hingga apabila terbuka tembok yang menyekat Yakjuj dan Makjuj, serta mereka meluru turun dari tiap-tiap tempat yang tinggi.

21:97 > Dan hampirlah datangnya janji hari kiamat yang benar, maka dengan serta-merta pandangan mata orang-orang yang kufur ingkar terbeliak (sambil berkata dengan cemas): "Aduhai celakanya Kami. Sesungguhnya kami telah tinggal dalam keadaan yang melalaikan kami daripada memikirkan perkara ini, bahkan kami telah menjadi orang-orang yang menganiaya diri sendiri".

Allah menjelaskan bahwa tidak mungkinl bagi penduduk suatu negeri yang telah dibinasakannya dengan azabNya, bahwa mereka tidak akan kembali kepada-Nya. Maksudnya, kaum yang ingkar dan kafir itu, walaupun sudah dibinasakan dengan azab yang berat di dunia ini, namun mereka tetap akan kembali kepada Allah di akhirat kelak, untuk dihisab semua amalannya, dan diberi balasan yang setimpal.

Kaum kafir yang telah dibinasakan dengan azab yang berat di dunia ini, sehingga mereka menemui kemusnahan, mereka tidak akan kembali lagi ke dunia ini. Mereka akan tetap dalam kemusnahan itu sampai hari kiamat kelak. Sebagai salah satu dan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat, ialah terbukanya tembok Yakjuj dan Makjuj, sehingga Yakjuj dan Makjuj itu bersegera datang beramai-ramai, meluncur dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi. Mereka membuat kemusnahan dan kebinasaan di dunia ini.

Pada waktu keluarnya Yakjuj dan Makjuj itu, dan di waktu telah dekatnya saat kedatangan janji yang benar, yaitu hari kebangkitan, maka dengan serta merta terbelalaklah mata kaum kafir kerana terkejut, seraya berteriak dengan nada penyesalan. "Aduhai celakalah kami, benar-benar kami lalai tentang kedatangan hari kebangkitan, sehingga kami tidak menyiapkan diri kami dengan baik. Bahkan kami ini adalah orang-orang yang zalim atas dari kami dan terhadap orang lain, kerana kami telah diberi peringatan bahawa hari kebangkitan itu benar-benar akan datang, tetapi kami tidak mengindahkan peringatan itu, bahkan mendustakannya.”
Betapa pun mereka menyesali diri mereka pada saat itu namun penyesalan itu sudah tak berguna lagi, kerana saat kebangkitan itu memang benar-benar akan datang, sedangkan mereka tidak percaya sedikitpun.






Al Anbiya Ayat 98 Hingga 99

21:98 > Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, menjadi bahan-bahan bakaran yang dilimparkan ke dalam neraka Jahannam; kamu (sudah tetap) akan memasukinya. 

21:99 > Kalaulah mereka (yang kamu sembah) itu tuhan-tuhan, tentulah mereka tidak masuk ke dalam neraka; dan (ketahuilah), semuanya (yang menyembah dan yang disembah) akan kekal dalam neraka selama-lamanya.

Ayat ini menegaskan kepada orang-orang musyrik Mekah bahawa mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, selama mereka hidup di dunia, seperti patung, binatang, benda-benda mati, pohon atau tempat keramat dan sebagainya akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Ini merupakan janji Allah kepada mereka, yang pasti akan ditetapkan-Nya.

Disebutkan bahawa orang-orang musyrik beserta patung sembahan mereka juga akan dimasukkan ke dalam neraka, padahal yang berdosa dan menyekutukan Tuhan ialah penyembah-penyembahnya. Adapun patung-patung sembahan itu mereka tidak tahu-menahu apa yang dilakukan oleh penyembah-penyembahnya.

Hikmah menyertakan patung-patung sembahan itu beserta dengan penyembah-penyembahnya ialah untuk memperlihatkan kepada mereka bahawa kepercayaan mereka terhadap sembahan-sembahan itu semasa di dunia adalah tidak benar. Mereka semasa di dunia dahulu mempercayai bahwa patung-patung dan segala apa yang mereka sembah itu akan memberi syafaat kepada mereka di hari kiamat nanti, sehingga mereka dapat terhindar dari azab Allah, dan dengan perantaraan sembahan-sembahan itu mereka percaya mereka akan dimasukkan ke dalam syurga.

Setelah hari kiamat datang dan setelah mereka masuk ke dalam neraka bersama-sama dengan patung-patung sembahan yang mereka sembah itu, ternyata  patung sembahan itu tidak akan dapat berbuat sesuatu apa pun terhadap mereka. Dengan demikian terbuktilah kesalahan kepercayaan yang mereka anuti itu dan kebenaran risalah yang pemah disampaikan Muhammad kepada mereka.

Dalam keadaan demikian maka akan timbullah kemarahan mereka terhadap patung-patung itu, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya, kerana patung-patung itu tidak bersalah dan ia adalah benda-benda mati. Hanya merekalah yang bersalah, dan keinginan mereka sendirilah yang mendorong mereka untuk menyembah patung itu.

Seandainya patung sembahan orang-orang musyrik itu benar-benar tuhan di samping Allah sebagaimana kepercayaan mereka, maka sudah tentulah patung sembahan itu akan selamat bersama-sama mereka. Kerana jika ia benar-benar Tuhan maka tentulah ia Maha Berkuasa lagi Perkasa. Tidak akan ada sesuatu apa pun yang dapat menyeksanya, bahkan ia sendirilah yang akan menyeksa orang-orang yang derhaka padanya. Akan tetapi yang terjadi ialah semuanya itu baik penyembah-penyembah berhala, mahupun patung-patung sembahan, semuanya  akan kekal di dalam neraka.





Al Anbiya Ayat 100 Hingga 101

21:100 > Mereka mendayu-dayu (kesakitan) di dalam neraka, dan mereka pula di situ tidak dapat mendengar sesuatu yang menyenangkan. 

21:101 > Sesungguhnya orang-orang yang telah tetap dari dahulu lagi memperoleh kebaikan dari Kami, mereka dijauhkan dari neraka itu.

Allah menerangkan keadaan penyembah-penyembah berhala-berhala itu beserta patung-patungsembahan mereka di dalam neraka nanti:
1. Mereka di dalam neraka itu mengeluh dan merintih dan nafas mereka menjadi sesak menanggung azab yang tiada terperi dahsyatnya.
2. Penyembah-penyembah berhala yang sedang diazab itu tidak dapat mengetahui keadaan temannya yang lain yang juga diazab, kerana mereka tidak sempat memikirkannya, masing-masing mereka sibuk menghadapi azab yang selalu menimpa mereka.

Manakala keadaan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta orang-orang yang telah diberi Allah taufik untuk taat kepadaNya pula, mereka tidak dimasukkan ke dalam neraka bahkan mereka sedikitpun tidak didekatkan kepadanya.