Wednesday, September 2, 2015

Surah Al Anbiya Ayat 24 - 57





Al Anbiya Ayat 25 Hingga 29

21:25 > Dan Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Muhammad) seseorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahawa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku; oleh itu, beribadatlah kamu kepadaKu". 

21:26 > Dan mereka (yang musyrik) berkata: "(Allah) Ar-Rahman mempunyai anak". Maha Sucilah Ia. Bahkan (mereka yang dikatakan menjadi anak Allah itu) ialah hamba-hambaNya yang dimuliakan. 

21:27 > Mereka tidak mendahuluiNya dengan perkataan dan mereka pula mengerjakan apa yang diperintahkanNya. 

21:28 > Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka (yang telah mereka lakukan), dan apa yang di belakang mereka (yang akan mereka lakukan); dan mereka tidak memohon syafaat melainkan bagi sesiapa yang diredhai Allah; dan mereka pula sentiasa cemas takut daripada ditimpa azabNya. 

21:29 > Dan (jika ada) sesiapa di antara mereka berkata: "Sesungguhnya aku ialah tuhan selain dari Allah", maka yang berkata sedemikian itu, Kami akan membalasnya dengan (azab) neraka jahannam; demikianlah Kami membalas golongan yang zalim.

Allah menyambung lagi dengan mengatakan bahwa Allah tidaklah mengutus para rasul kepada umat, melainkan mereka Allah berikan wahyu untuk memaklumkan, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah baik di langit mahupun di bumi melainkan Allah saja. Oleh itu, maka hendaklah manusia menyembah dan beribadat kepada Allah dengan tulus ikhlas. Jangan sampai menyembah kepada Tuhan yang lain.

Kaum musyrikin, di kalangan mereka ada pula yang mengadakan bahwa Allah mempunyai anak dan anak Allah yang mereka sebut-sebut itu adalah malaikat. Maha Suci Allah daripada disekutukan dan malaikat itu bukanlah anak Allah. Sesungguhnya anak mestilah menyerupai bapa mereka tentang segi keturunan dan jenisnya. Padahal antara nikmat dengan yang memberikan nikmat itu adalah sesuatu yang berbeza. dan bukan sejenis. Khalik (Tuhan Pencipta) dengan makhluk yang dicipta juga bukan sejenis.

Jelas sekali di sini bahwa Allah lah yang menciptkan malaikat. Dan ini bermakna malaikat itu dicipta untuk dijadikan hamba kepada Allah. Bertambah tinggi perhambaannya, maka bertambah pula kemuliaannya. Tanda mereka ialah hamba, ialah setianya  mereka melaksanakan perintah Allah.

Malaikat itu pun tidak diberi kuasa oleh Allah untuk memberikan syafaat. Syafaat ertinya ialah yang diberi keizinan oleh Allah untuk memberikan penerimaan dan penghormatan atau barang siapa yang Allah kehendaki. Mentang-mentanglah malaikat itu dikatakan sangat dekat dengan Tuhan, maka kaum musyrikin pun menganggap dan menelah yang malaikat itu anak Allah.  Namun malaikat ini tidaklah berkuasa apa-apa untuk melindungi seorang hamba yang lain di hadapan. Sebabnya malaikat itu pun hanyalah hamba Allah juga.  

Malaikat itu hanya akan memberi syafaat sekiranya Allah meredhainya. Sister boleh rujuk surah Al Baqarah ayat 255 iaitu Ayatul Kursi yang antara ayatnya menyatakan bahwa “siapakah gerangan yang akan memberi syafaat di sisiNya, kalau bukan dengan izinNya.”

Dalam ayatul kursi ini, siapakah yang diberi kuasa oleh Allah itu? Orang itu adalah orang yang dekat dengan Allah dan Allah meredhainya. Dekat dengan Allah maksudnya orang yang beriman dan bertakwa.

Dan malaikat itu juga meminta belas kasihan kerana takut kepada Allah. Maksudnya kerana takutkan akan seksaan Allah maka mereka berjaga-jaga tidak mahu menderhakai Allah atau menyalahi perintah dan tegahanNya. Maka jika misalnya ada di antara malaikat yang mengakut dirinya tuhan pula di sisi Allah, maka nescaya azab sengsara akan diterimanya sama juga beratnya dengan azab makhluk yang lain yang mengaku dirinya sebagai tuhan. Begitulah balasannya kepada mereka yang zalim. Ertinya hukuman Allah akan berlaku bagi sesiapa saja yang memakai hak yang bukan haknya. Baik dia malaikat atau jin atau pun manusia.




 Al Anbiya Ayat 30

21:30 > Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? Maka mengapa mereka tidak mahu beriman?

Allah menceritakan keadaan kaum musyrikin yang tidak mahu memerhatikan keadaan alam ini, dan tidak memerhatikan kejadiannya. Padahal dari makhluk-makhluk yang ada di alam ini dapat diperoleh bukti-bukti tentang adanya Allah serta kekuasaanNya yang mutlak. Maka Allah menegaskan, apakah mereka itu buta, sehingga tidak dapat melihat bahawa langit dan bumi itu dulunya merupakan sesuatu yang padu dan tidak berpecah? Kemudian Allah dengan kekuasaan-Nya yang mutlak dan dapat berbuat apa-apa saja yang dikehendaki-Nya, telah memisahkan langit dan bumi itu, dan masing-masing beredar menurut garis peredarannya yang tersendiri, dan melakukan tugas tertentu, dengan sebaik-baiknya.

Dari keterangan ini dapat pula kita fahami, bahawa Al Quran benar-benar merupakan mukjizat yang besar. Dan kemukjizatannya tidak hanya terletak pada gaya bahasa dan rangkuman yang indah. Mukjizatnya juga terletak pada isi yang terkandung dalam ayat-ayatnya, yang mengungkapkan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang tinggi nilainya, terutama mengenai alam, dengan berbagai jenis dan sifat serta manfaat masing-masing.

Al Quran juga telah mengemukakan semuanya itu pada abad yang keenam sesudah wafatnya Nabi Isa, di saat manusia di dunia ini masih diliputi suasana kesesatan. Lalu dari manakah Nabi Muhammad dapat mengetahui semuanya itu, kalau bukan dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya?
Perkembangan ilmu pengetahuan modern dalam berbagai bidang telah membenarkan dan mengukuhkan lagi apa yang telah diungkapkan oleh Alquran sejak empat belas abad yang lalu. Dengan demikian, kemajuan ilmu pengetahuan itu seharusnya menuntun manusia kepada keimanan terhadap apa yang diajarkan oleh Al Quran, terutama keimanan tentang adanya Allah serta semua sifat-sifat kesempumaan-Nya.

Selain itu Allah juga telah menerangkan perihali kepentingan fungsi air bagi kehidupan semua makhluk yang hidup di alam ini, baik manusia, haiwan mahupun tumbuh-tumbuhan. Maka Allah berfirman: ".. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup".

Manusia dan haiwan sanggup bertahan hidup berhari-hari tanpa makan, asalkan ia mendapat minum. Akan tetapi ia takkan dapat hidup lama tanpa mendapatkan minum beberapa hari saja. Demikian pula halnya tumbuh-tumbuhan. Apabila ia tidak mendapatkan air, maka akar dan daunnya akan menjadi kering, dan akhirnya mati sama sekali. Di samping itu, manusia dan haiwan, selain memerlukan air untuk hidupnya, ia juga berasal dari air, yang disebut "nutfah".

Dengan demikian air adalah merupakan suatu unsur yang sangat penting bagi kejadiaan dan kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, apabila manusia sudah meyakini pentingnya air bagi kehidupannya, dan meyakini pula bahawa air tersebut adalah salah satu dari nikmat Allah SWT., maka tidak adalah alasan bagi manusia untuk tidak beriman kepada Allah serta untuk mengingkari nikmat-Nya yang tak ternilai harganya.






Al Anbiya ayat 31 Hingga 33

21:31 > Dan Kami telah menjadikan di bumi gunung-ganang yang menetapnya, supaya bumi itu tidak menggegar mereka; dan Kami jadikan padanya celah-celah sebagai jalan-jalan lalu-lalang, supaya mereka dapat sampai kepada mencapai keperluan rohani dan jasmani. 

21:32 > Dan Kami telah menjadikan langit sebagai bumbung yang terpelihara dan terkawal, sedang mereka (yang kafir itu) berpaling tidak memerhatikan tanda-tanda (kekuasaan Kami) yang ada padanya. 

21:33 > Dan Dia lah (Tuhan) yang telah menjadikan malam dan siang, serta matahari dan bulan; tiap-tiap satunya beredar terapung-apung di tempat edaran masing-masing (di angkasa lepas).

Allah mengarahkan pandangan manusia kepada gunung-gunung dan jalan-jalan serta dataran-dataran luas yang ada di bumi ini. Allah menerangkan bahawa Dia menciptakan gunung-gunung yang tegap berdiri di bumi ini seakan-akan menjadi pasak, sehingga bumi tidak bergoncang bersama manusia yang ada di atasnya. Sedang kita tahu bahwa bumi ini senantiasa berputar pada paksinya, dan beredar di sekeliling matahari.

Manakala dataran-dataran dan lembah-lembah yang luas itu diciptakanNya  agar manusia mudah berjalan dan mudah pula bercucuk tanam dan memelihara ternakan, serta mendirikan bangunan yang diperlukannya. Apabila manusia memerhatikan semuanya itu, nwscaya mereka akan sampai kepada keimanan terhadap Allah Pencipta alam semesta, serta mensyukuri segala rahmat-Nya.

Lalu Allah SWT. mengarahkan perhatian manusia kepada benda-benda di langit, yang diciptakanNya sedemikian rupa sehingga masing-masing berjalan dan beredar dengan teratur, tanpa jatuh berguguran atau bertembung di satu sama lainnya. Semuanya itu dipelihara dengan suatu kekuatan yang disebut "daya tarik menarik" antara benda-benda di langit itu, termasuklah matahari dan bumi. Ini juga merupakan bukti yang nyata tentang wujud dan kekuasaan Allah. Akan tetapi kaum musyrikin tidak memerhatikan bukti-bukti tersebut.

Selanjutnya Allah mengarahkan perhatian manusia kepada kekuasaanNya dalam menciptakan waktu malam dan siang. Serta matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis peredarannya dalam ruang cakerawala yang amat luas yang hanya Allah lah yang mengetahui batas-batasnya.

Adanya waktu siang dan malam adalah disebabkan kerana perputaran bumi pada paksinya, di samping peredarannya mengelilingi matahari. Bahagian bumi yang mendapat sinaran matahari akan mengalami waktu siang, manakala bahagian yang tidak mendapat sinaran matahari akan mengalami waktu malam pula. Cahaya bulan pula adalah sinaran matahari yang dipantulkan bulan ke bumi. Di samping itu, bulan juga beredar mengelilingi bumi.
Keterangan yang terdapat dalam ayat-ayat di atas adalah untuk menjadi bukti-bukti alamiyah, di samping dalil-dalil yang rasional dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab suci terdahulu, tentang wujud dan kekuasaan Allah SWT.. Ini adalah untuk menguatkan lagi apa yang telah disebutkan-Nya dalam firman-Nya yang terdahulu, bahwa "apabila" di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah nescaya akan rosak binasalah keduanya".







Al Anbiya ayat 34 Hingga 35

21:34 > Dan Kami tidak menjadikan seseorang manusia sebelummu dapat hidup kekal (di dunia ini). Maka kalau engkau meninggal dunia (wahai Muhammad), adakah mereka akan hidup selama-lamanya? 

21:35 > Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan.

Allah menerangkan bahwa dunia ini tidaklah dijadikan sebagai tempat tinggal yang kekal, malahan tidak ada sesiapa pun yang akan dapat hidup kekal di dunia. Baik Rasulullah sendiri tidak akan kekal hidup di dunia. Semuanya akan meninggalkan dunia ini. Sepertimana rasul-rasul terdahulu, begitu jugalah Rasulullah.

Lalu Allah bertanyakah adakah orang-orang yang menyekutukan Tuhan itu akan hidup kekal di dalam dunia ini? Jawapannya sudah tentulah tidak. Mereka semua akan mati. Semuanya akan mati dan meninggalkan dunia.

Allah menguatkan kenyataanNya lagi, dengan mengatakan bahwa tiap-tiap yang bernafas pasti akan merasai pahit getirnya kematian. Mereka akan merasai sakitnya roh merkea berpisah dari jasad. Oleh itu janganlah berasa gembira sangat apabila mendengar orang lain mati dan menampakkan rasa puas hati dengan kematian orang lain, dan tidak memperlihatkan tanda-tanda ketakutan dan berkeluh kesah kerana kematian seseorang.

Sesungguhnya Allah menguji manusia dengan pelbagai cara. Ada dengan ujian yang buruk, iaitu kesusahan di dunia seperti kemisikinan, kesakitan dan penderitaan. Ada juga yang ujiannya adalah ujian yang baik iaitu kesenangan hidup di dunia seperti mempunyai tubuh badan yang sihat, merasakan kelazatan dan kegembiraan serta tercapai segala impian dan cita-cita. Semua ujian ini adalah untuk mengetahui adakah manusia sabar ketika menanggung ujian yang buruk, dan bersyukur ketika, mendapat kurnia, sehingga bertambah-tambah pula pahala mereka kerana berjaya menjalani ujian tersebut. 




Al Anbiya Ayat 36

21;36 > Dan apabila orang-orang kafir itu melihatmu, mereka hanyalah menjadikan perkara yang engkau sampaikan itu sebagai ejek-ejekan sahaja, sambil berkata sesama sendiri: "Inikah dia orangnya yang mencaci tuhan-tuhan kamu?" (Mereka berkata demikian) sedang mereka sendiri kufur ingkar kepada Al-Quran yang mengandungi peringatan Allah yang melimpah-limpah rahmatNya.

Allah menerangkan sikap dan kelakuan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad saw, yaitu bahawa setiap kali mereka melihatnya, maka mereka menjadikan Nabi sasaran bagi sindiran dan ejekan mereka. Hal ini kerap berlaku umpamanya semasa nabi saw melintas di depan Abu Sufiyan dan Abu Jahal. Abu Jahal akan berkata sambil mentertawakan baginda, “inilah nabi kepada anak-anak Abdi Manaf.”

Demikianlah ejekan mereka terhadap Rasulullah. Dan mereka tidak menginsafi bahwa yang sebenarnya merekalah yang selayaknya menerima ejekan, karena mereka menyembah patung-patung dan berhala, yang tidak berkuasa berbuat apapun untuk mereka, bahkan tangan mereka sendirilah yang membuat tuhan-tuhan mereka itu. Dengan demikian, keadaan menjadi terbalik dari pada yang semestinya, kerana tuhan semestinya sebagai pencipta bukan yang diciptakan.





Al Anbiya Ayat 37 Hingga 41

21:37 > Jenis manusia dijadikan bertabiat terburu-buru dalam segala halya; Aku (Allah) akan perlihatkan kepada kamu tanda-tanda kekuasaanKu; maka janganlah kamu meminta disegerakan (kedatangannya). 

21:38 > Dan (kerana tabiat terburu-burunya) mereka berkata: "Bilakah berlakunya janji azab itu, jika betul kamu orang-orang yang berkata benar?". 

21: 39 > Kalaulah orang-orang kafir itu mengetahui apa yang akan menimpa mereka ketika mereka tidak dapat menahan atau mengelakkan api neraka dari muka dan belakang mereka, dan mereka pula tidak diberi pertolongan, (tentulah mereka segera beriman, dan tidak berkata demikian). 

21:40 > (Mereka tidak diberitahu akan masa itu) bahkan (yang dijanjikan) itu akan datang kepada mereka secara mengejut, serta terus membingungkan mereka; maka mereka tidak akan terdaya menolaknya, dan tidak akan diberi tempoh bertaubat. 

21:41 > Dan demi sesungguhnya, telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelummu, lalu orang-orang yang mengejek-ejek di antara mereka, ditimpakan balasan azab bagi apa yang mereka telah perolok-olokkan itu.

Allah menerangkan bahwa manusia dijadikan sebagai makhluk yang bertabiat suka tergesa-gesa dan terburu nafsu. Kemudian " Allah mengingatkan kaum kafir agar mereka jangan meminta disegerakannya azab yang diancamkan kepada mereka, kerana Allah pasti akan memperlihatkan " kepada mereka tanda-tanda dari azab-azab-Nya itu.

Di sini dapat kita lihat, bahwa Allah melarang manusia untuk bersifat tergesa-gesa, minta segera didatangkannya sesuatu yang belum tiba saatnya, akan tetapi pasti datangnya. Di samping itu Allah menerangkan, bahwa sifat tersebut sudah dijadikan sebagai salah satu sifat pada manusia. Ini bererti, bahawa walaupun sifat tergesa-gesa itu sudah dijadikan-Nya sebagai salah satu sifat pada manusia namun manusia diberinya kemampuan untuk menahan diri dan melawan sifat tersebut, lalu membiasakan diri dengan sifat ketenangan dan kesabaran atau mengawal diri.
Sifat tergesa-gesa dan terburu nafsu selalu menimbulkan akibat yang tidak baik serta merugikan diri sendiri atau orang lain, yang akhirnya menyebabkan rasa penyesalan yang tak berkesudahan. Sebaliknya, sikap tenang, sabar, berhati-hati dan mengawal diri dapat menyampaikan seseorang kepada apa yang ditujunya, dan mencapai kejayaan yang gemilang dalam hidupnya. Itulah sebabnya Al Quran selalu memuji orang-orang bersifat sabar, dan menjanjikan kepada mereka bahwa Allah senantiasa akan memberikan perlindungan, petunjuk dan pertolongan kepada mereka. Sedangkan orang-orang yang-suka terburu nafsu. lekas marah, mudah dimasuki godaan iblis yang akan menjerumuskannya ke jurang kebinasaan, dan menyeleweng dari kebenaran.

Tentangan orang-orang kafir agar azab Allah segera didatangkan kepada mereka, dengan jelas menunjukkan ketidak percayaan mereka terhadap adanya azab tersebut, serta keingkaran mereka bahwa Allah berkuasa menimpakan azab kepada orang-orang yang zalim. Betapa nekadnya kaum kafir itu, ketika mereka berkata kepada Nabi Muhammad dan kaum Muslimin dengan sikap menentang :"Bilakah azab akhirat yang dijanjikan itu bakal datang? Jika ancaman itu benar, cubalah perlihatkan sekarang juga!"

Jelas, bahwa mereka meminta untuk segera didatangkan azab itu kepada mereka, kerana mereka sebenarnya tidak percaya sama sekali tentang adanya azab tersebut. Dan dengan sendirinya, mereka juga tidak percaya tentang hari akhirat, serta kekuasaan Allah untuk membalas segala perbuatan manusia.

Seandainya kaum kafir itu mengetahui, bahwa kelak mereka tidak akan berdaya untuk mengelakkan diri dari azab api neraka yang akan menyerbu mereka dari segala arah, nescaya mereka tidak akan berkata demikian. Oleh sebab itu, tentangan mereka agar azab tersebut didatangkan segera kepada mereka, adalah betul-betul timbul dari kebodohan dan keengkaran mereka, karena mereka telah menutup diri merekaterhadap ajaran-ajaran yang benar, yang disampaikan oleh Rasulullah.

Sesungguhnya azab akhirat yang diancamkan kepada kaum kafir itu pasti akan terjadi, bahkan akan datang kepada mereka secara tiba-tiba dan tidak akan terduga, sehingga menyebabkan mereka menjadi panik, tidak dapat lari untuk menyelamatkan diri. Dan mereka benar-benar tidak akan diberi  waktu untuk bersiap-siap untuk menyelamatkan diri daripadanya.

Lalu di akhir ayat 41 Allah memberikan hiburan kepada Nabi Muhammad yang selalu mendapat ejekan dari kaum kafir, Allah menegaskan bukan baginda saja yang pernah diejek oleh kaum kafir itu. Bahkan semua Rasul yang diutus Allah sebelumnya juga menjadi sasaran ejekan mereka. Akan tetapi azab yang dahulu mereka perolok-olokkan itu akhirnya datang melanda mereka. Dan tidak  ada seorang pun dapat menyelamatkan mereka dari azab yang dahsyat itu.







 Al Anbiya Ayat 42 Hingga 43

21:42 > Katakanlah (wahai Muhammad): "Siapakah yang dapat menjaga keselamatan kamu pada malam dan siang daripada azab Tuhan yang bersifat Maha Pemurah?" (Mereka tidak memikirkan yang demikian) bahkan mereka tetap berpaling ingkar dari pengajaran Tuhan mereka. 

21:43 > Tidak ada bagi mereka tuhan-tuhan yang dapat melindungi mereka dari azab Kami. Mereka yang dipertuhankan itu tidak dapat menolong dirinya sendiri, dan tidak pula mereka dibantu dengan pertolongan dari pihak Kami.

Allah menyuruh Nabi untuk menjawab ejekan itu dengan cara mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang siapakah yang dapat memelihara dan melindungi mereka dari azab Allah. baik pada waktu malam. mahupun pada waktu siang?

Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menyedarkan mereka, bahawa tak seorangpun berkuasa dan berupaya untuk melindungi mereka dari kemurkaan dan azab Allah. Karena Dia adalah Maha Kuasa untuk berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Andai kata mereka selalu ingat tentang iradah dan kekuasaan Allah, nescaya mereka tidak akan melakukan ejekan dan tentangan semacam itu. Akan tetapi, kerana mereka adalah orang-orang yang telah berpaling dari mengingat Allah dan kekuasaan-Nya, maka itulah sebabnya mereka mengejek Rasul-Nya dan menentang dengan sikap yang angkuh agar azab tersebut segera ditimpakan kepada mereka.

Allah mencela mereka lagi kerana masih juga berharap kepada berhala-berhala yang mereka sembah sebagai tuhan padahal ia tidak dapat menolak bahaya atau mendatangkan faedah sedikitpun kepada mereka. Adakah berhala-berhala itu dpat mempertahankan mereka dari hukuman Allah ? Sudah tentulah tidak. Berhala-berhala itu semuanya tidak akan berupaya untuk menolak seksaan Allah, iaitu seksaan yang mereka minta untuk disegerakan turun kepada mereka. Bahkan, mereka tidak akan mendapat pembelaan daripda sesiapa pun dariapda seksaan tersebut. Ini telah menunjukkan tentang kelemahan berhala, maka tidaklah patut mendakwakan mempunyai kuasa yang menyebabkan mereka memuja dan emnyembahnya.






Al Anbiya Ayat 44

21:44 > (Bukan benda-benda yang dipertuhankan itu yang memberi kesenangan kepada mereka) bahkan Kami biarkan mereka dan datuk-nenek mereka menikmati (kesenangan hidup) hingga berlanjutanlah umur mereka (dalam keadaan yang menyebabkan berlaku perkara yang tidak diingini mereka). Maka tidakkah mereka melihat bahawa kami datangi daerah bumi yang mereka kuasai dengan menguranginya sedikit demi sedikit dari sempadan-sempadannya? Jika demikian halnya, maka adakah mereka yang akan menang?

Allah menerangkan tentang kelebihan serta limpahan nikmatNya yang dikurniakan kepada mereka dan juga kepada bapa-bapa mereka. Walaupun mereka membalasnya dengan keburukan. Sebenarnya kesenangan hidup yang mereka nikmati sehinga berlarut-larutan sampai berumur lanjut dan ditangguhkan pula datangnya seksaan, semua ini telah melalaikan mereka dariapda mengingati Allah. Dan mereka telah tertipu olehnya.

Maka Allah mengingatkan  mereka , mengapa mereka minta disegerakan turunnya seksaan? Tidakkah mereka melihat dan menyedari, bahwa seksaan itu sudah pun mula datang, sedikit demi sedikit, yang berupa kekuasaan dan pengaruh mereka telah mulai dikurangkan. Ini terbukti dengan adanya kemenangan demi kemenangan yang dikurniakan oleh Allah kepada orang-orang mukmin di dlaam pepeerangan melawan orang kafir. Sehingga daerah kekuasaan dan permerintahan mereka bertambah luas, sedangkan daerah kekuasaan orang-orang musyrik itu semakin lama semakin kecil.

Akhirnya sempurnalah sudah penaklukan kota Mekah yang menjadi tempat tumpuan dan bertahan orang-orang musyrik itu manakala ketua-ketua dan pemimpin mereka pula terbunuh di medan perang. Seterusnya pengaruh syirik yanga da di sana telah pun dihapuskan. Jadi mengapakah mereka tidak memikirkan hal itu? Mengapa mereka tidak juga mengambil tauladan untuk berjaga-jaga supaya jangan sampai ditimpa oleh seksaan Allah, serpti yang ditimpakan kepada umat yang dahulu yang sifatnya seumpama mereka?

Lalu Allah bertanya dengan mencela, siapakah yang menang, adkaah orang musyrik yang menyekutukan Allah, ataupun Rasulullah dan orang-orang mukmin yang menjadi pengikut-pengikutnya?






 Al Anbiya Ayat 45 Hingga 47

21:45 > Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanyalah memberi amaran kepada kamu dengan wahyu (Al-Quran yang diturunkan Allah kepadaku); dan sudah tentu orang-orang yang pekak tidak dapat mendengar seruan apabila mereka diberi amaran, (maka janganlah kamu menjadi pekak kerana azab Tuhan amatlah berat). 

21:46 > Dan demi sesungguhnya, jika mereka disentuh oleh sedikit sahaja dari azab Tuhanmu, sudah tentu mereka akan berkata: "Aduhai celakanya kami! Sebenarnya kami adalah orang-orang yang zalim (terhadap diri sendiri)!" 

21:47 > Dan (ingatlah) Kami akan mengadakan neraca timbangan yang adil untuk (menimbang amal makhluk-makhluk pada) hari kiamat; maka tidak ada diri sesiapa akan teraniaya sedikitpun; dan jika (amalnya) itu seberat biji sawi (sekalipun), nescaya Kami akan mendatangkannya (untuk ditimbang dan dihitung); dan cukuplah Kami sebagai Penghitung.


Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw untuk menegaskan kepada kaum kafir dan musyrik itu bahawa tugasnya sebagai Rasul, ialah sekadar menyampaikan peringatan Allah kepada mereka dengan wahyu, yaitu Al Quran, serta menerangkan kepada mereka akibat kekafiran, dengan menerangkan kisah-kisah tentang umat yang terdahulu. Adapun perhitungan dan pembalasan atas perbuatan mereka adalah menjadi kekuasaan Allah SWT, bukan kekuasaan Rasul.

Allah memberikan sindiran terhadap kaum kafir, bahwa mereka adalah diibaratkan seperti orang-orang tuli, tidak mendengar dan tidak memerhatikan peringatan yang disampaikan kepada mereka. Hati mereka seperti telah tertutup, dan tidak menerima kebenaran dan petunjuk Allah yang disampaikan Rasul kepada mereka.

Salah satu dari sifat kelakuan kaum kafir, ialah bila mereka ditimpa oleh Azab Allah, walaupun hanya sedikit saja, mereka mengeluh dan menyesali diri, dengan berkata: aduhai, celakalah kami, bahwasannya kami adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.

Sebelum azab itu datang menimpa, mereka tidak mempercayainya, bahkan mereka menentang dan mereka mencabar agar azab tersebut didatangkan segera kepada mereka karena keingkaran dan keangkuhan mereka. Tetapi setelah azab itu datang menimpa tahu pula mereka tentang kekuasaan Allah. Lalu timbullah penyesalan dalam hati mereka. Akan tetapi sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.

Pada hari kiamat nanti Allah akan meletakkan neraca keadilan yang benar-benar adil, sehingga tak seorangpun akan dirugikan dalam penilaian itu. Maksudnya: penilaian itu akan dilakukan setepat-tepatnya, sehingga tak akan ada seorang hambapun yang amal kebaikannya akan dikurangi sedikitpun, sehingga menyebabkan pahalanya dikurangi dari yang semestinya ia terima Sebaliknya tak seorangpun di antara mereka yang kejahatannya dilebih-lebihkan, sehingga menyebabkan ia mendapat azab yang lebih berat dari pada yang semestinya, walaupun Allah berkuasa berbuat demikian.

Ayat ini merupakan amaran yang keras, supaya setiap manusia berjaga-jaga terhadap amalannya, kerana Allah akan mengira dan menimbang semuanya dari sekecil-kecil sehingga ke sebesar-besarnya untuk diberikan balasan. Orang yang kufur tidak perlua amalannya ditimbang. Kerana dia tidak mempunyai apa yang disifatkan sebagai amalan disebabkan oleh keengkarannya.





 Al Anbiya Ayat 48 Hingga 50

21:48 > Dan demi sesungguhnya, Kami telah memberi kepada Nabi Musa dan Nabi Harun Kitab (Taurat) yang membezakan antara yang benar dengan yang salah, dan yang menjadi cahaya yang menerangi, serta yang mengandungi pengajaran, bagi orang-orang yang mahu bertaqwa. 

21:49 > Iaitu mereka yang takut (melanggar hukum-hukum) Tuhannya semasa mereka tidak dilihat orang, dan mereka pula gerun cemas akan (peristiwa-peristiwa yang mengerikan pada) hari kiamat. 

21:50 > Dan Al-Quran ini juga pengajaran yang berkat, yang Kami turunkan (kepada Nabi Muhammad); dengan keadaan yang demikian maka patutkah kamu mengingkarinya?


Allah menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa dan Harun. Kitab Taurat tersebut adalah merupakan penerangan dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.  Kitab Taurat juga disebut Al Furqan, sebagaimana halnya Al Quran. Ini karena kitab Taurat tersebut juga berisi syariat, yaitu hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang membezakan antara hak dan batil, antara baik dan buruk, secara hukum, sehingga setiap tingkah laku dan perbuatan manusia, baik atau buruk, dijelaskan akibat hukum atau sangsinya. Tidak demikian halnya kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Ia tidak membawa syariat.

Kiitab Taurat ini berfungsi sebagai pembawa syariat, dan sebagai sinar petunjuk dan peringatan, hanyalah berguna bagi orang-orang yang bertakwa. Ini bererti, bagi orang-orang yang tidak bertakwa, yaitu yang tidak bersedia melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan-Nya, maka Taurat itu tidaklah menjadi petunjuk. Akan tetapi untuk mereka ini Allah telah sediakan azab yang dahsyat

Lalu siapakah orang yang bertakwa ini? Allah menjelaskan orang-orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa takut kepada azab Allah, walaupun azab tersebut merupakan salah satu dari hal-hal yang ghaib. Orang-orang yang bertakwa juga adalah orang-orang yang senantiasa merasa takut akan datangnya hari kiamat, mengingatkan hal yang akan terjadi kelak di hari kiamat itu antara lain hari perkiraan amalan dan hari pembalasan.

Oleh karena rasa takut mereka terhadap azab Allah pada hari kiamat yang akan menimpa orang-orang yang tidak bertakwa, maka mereka yang bertakwa ini selalu menjaga diri terhadap hal-hal dan perbuatan yang mengakibatkan dosa dan azab maka mereka senantiasa melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi segala larangan-Nya.

Allah menyeru pula kepada orang-orang Arab yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad saw supaya berpegang teguh dengan Al Quran. Al Quran itu merupakan peringatan dan pelajaran yang sangat bermanfaat untuk orang-orang yang bertakwa, sehingga sepatutnyalah ianya diikuti dan dijadikan sebagai sebuah pegangan yang teguh.

Lalu Allah mencela pula sikap kaum yang masih mengengkari Al Quran, padahal tak ada satu alasanpun bagi mereka untuk mengengkarinya kerana ia hanya membawa pelajaran dan tuntunan yang bermanfaat bagi mereka apabila mereka mengikutinya. Bahkan, kebaikan dan manfaat AlQuran itu sudah pun dijelaskan kepada mereka.






Al Anbiya Ayat 51 Hingga 54

21:51 > Dan demi sesungguhnya, Kami telah memberi kepada Nabi Ibrahim sebelum itu jalan yang benar dalam bertauhid, dan Kami adalah mengetahui akan halnya. 

21:52 > Ketika ia berkata kepada bapanya dan kaumnya: "Apakah hakikatnya patung-patung ini yang kamu bersungguh-sungguh memujanya?" 

21:53  >  Mereka menjawab: "Kami dapati datuk nenek kami selalu menyembahnya". 

21:54 > Ia berkata: "Sesungguhnya kamu dan datuk-nenek kamu adalah dalam kesesatan yang nyata".

Allah menerangkan bahawa sebelum Dia mengutus Nabi Musa dan Harun, Dia juga telah mengutuskan Nabi Ibrahim as. Allah telah mengurniakan kepadanya hidayah kebenaran untuk memimpin umatnya, dalam mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dengan hidayah tersebut Nabi Ibrahim telah dapat menyelamatkan dirinya dan umatnya dari kepercayaan yang tidak benar dan dari penyembahan kepada selain Allah, Seperti patung dan berhala.

Allah juga mengetahui bahwa Nabi Ibrahim benar-benar mempunyai keyakinan dan keimanan terhadap Allah serta mengesakanNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa jua pun. Semua ini merupakan pekerti mulia, perangai yang baik dan sifat yang terpuji. Nabi Ibrahim juga telah diberikan taufik, iaitu kemudahan untuk memerhatikan dan mencari bukti semasa melihat matahari, bulan dan bintang.
Allah menceritakan bahwa Nabi Ibrahim telah berkata kepada bapanya dan juga kaumnya semasa berkumpul memuja berhala, “patung-patung apakah ini yang kamu leka menyembahnya?” Tujuan pertanyaan itu adalah untuk mengingatkan suapya mereka memikirkan keadaan patung tersebut yang tidak bergerak. Nabi Ibrahim memperkecil-kecilkan berhala-berhala mereka dan berpura-pura tidak tahu akan hakikatnya. Seolah-olah memberi pengertian kepada mereka. Kalaulah merka memikirkan baik-baik dan merenungkan sejenak akan perbuatan mereka menyembah dan memuja patung itu, nescaya patung-patung yang dibuat dari kayu atau batu itu sedikit pun tidak dpat memeberikan pertolongan kepada mereka.

Oleh kerana bapanya yang bernama Azar dan kaumn ya itu tidak dapt memberikan alasan yang boleh dikemukakan untuk memeperkenalkan patung itu yang sebenarnya, kecuali yang mereka tahu hanyalah meniru perubatan nenek moyang mereka saja. Maka jawapan yang dapat mereka berikan hanyalah dengan mengatakan bahwa mereka dapati bapa-bapa mereka pun menyembahnya juga. Oleh kerana itu mereka pun turut meniru pebuatan nenek moyang mereka dengan tidak ada bukti, kecuali itulah yang dapat mereka kemukakan.

Ini dapatlah difahami bahwa bapa nabi Ibrahim dan kaumnya adalah orang-orang yang menjadi pak turut, meniru-niru buta dan hanya suka bertaklid saja. Tentu saja perbuatan ibadat yang dilakukan itu menyebabkan mereka tidak tahu menyatakan hakikat yang sebenarnya. Kecuali yang dapat ialah dengan mengeluarkan kata-kata yang akan memberi malu kepada diri mereka sendiri. Dan jawapan yang memalukan ini adalah menunjukkan akan kelemahan mereka.

Mendengarkan jawaban itu, Nabi Ibrahim terus menyatakan bahwa betapa buruknya pekerti mereka. Dan jawapan itu juga merupakan cacian dan celaan kepada mereka disebabkan perbuatan yang mereka lakukan. Ini dapatlah disimpulkan bahwa orang yang menjadi pak turut dan meniru-niru buta itu jelas sekali berada dalam kesesatan. Mereka tidak ada tempat untuk bersandar, kecuali dengan mengikuti kemahuan nafsunya dan acuman syaitan.

Dengan ayat ini kita mendapat kesan, bahwa sesuatu yang batil atau salah itu tidak dapat menjadi benar walaupun banyak dan ramai bilangan orang yang menjadi pengikutnya, lambat laun akan ketara juga salahnya.






Al Anbiya Ayat 55 Hingga 57

21:55 > Mereka bertanya: "Adakah engkau membawa kepada kami sesuatu yang benar (sebagai seorang Rasul), atau engkau dari orang-orang yang bermain-main sahaja?" 

21:56 > Ia menjawab: "(Bukan bermain-main) bahkan (untuk menegaskan bahawa) Tuhan kamu ialah Tuhan yang mentadbirkan langit dan bumi, Dia lah yang menciptanya; dan aku adalah dari orang-orang yang boleh memberi keterangan mengesahkan yang demikian itu. 

21:57 > "Dan demi Allah, aku akan jalankan rancangan terhadap berhala-berhala kamu, sesudah kamu pergi meninggalkan (rumah berhala ini)".

Apabila mendengarkan kata-kata Nabi Ibrahim, mereka merasa sangat sangsi dituduh sebagai orang-orangyang sesat dan merasa hairan mengapa Nabi Ibrahim telah berani menuduh demikian. "Apakah engkau datang kepada kami dengan membawa kebenaran, atau adakah engkau hanya berolok-olok saja?".
Dari ucapan mereka itu dapatlah diketahui bahawa hati mereka mulai tergugah, kerana ucapan sedemikian itu belum pernah terdengar di kalangan mereka. Ditambah lagi apabila melihatkan akan sikap Nabi Ibrahim yang bersungguh-sungguh dan keras dalam ucapannya, maka hati mereka mulai ragu-ragu terhadap kebenaran dan perbuatan mereka sendiri sebagai penyembah patung. Lalu mereka meminta kepada Nabi Ibrahim agar memberikan bukti-bukti dan alasan-alasan yang menunjukkan kebenaran ucapan kepada mereka. Jika Nabi Ibrahim tidak dapat memberikan bukti-bukti tersebut, maka mereka akan menganggap bahwa Nabi Ibrahim hanyalah mahu memperolok-olok mereka saja.

Lalu Nabi Ibrahim pun menerangkan kepada mereka bahwa ia datang membawa kebenaran, bukan berolok-olok, yaitu bahawa Tuhan mereka adalah Tuhan langit dan Bumi. Dialah yang patut disembah, kerana Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi itu dan menciptakan diri mereka, serta memberikan rahmat dan perlindungan-Nya kepada semua makhluk-Nya, karena Ia Maha Kuasa dan Maha Pengasih.

Dan Nabi Ibrahim memberikan jaminan bahwa apa yang diucapkannya tadi adalah benar dan ada bukti dan alasannya. Bukan seperti mereka yang mengatakan sesuatu tetapi tidak mempunyai bukti. Sebagai seorang saksi, maka tiap-tiap yang didakwakan mestilah mempunyai bukti. Maka manakah bukti yang membenarkan dakwaan mereka bahawa patung berhala yang mereka sembah itu adalah tuhan?  Dengan demikian maka sedarlah mereka bahawa menyembah Allah adalah jalan yang benar, sedangkan menyembah patung dan menyembah berhala adalah kesesatan yang besar.

Setelah mengemukakan bukti yang menunjukkan dakwaan Nab Ibrahim, beliau mengancam pula hendak memusnahkan berhala-berhala yang mereka sembah itu. Dan ini juga sebagai bukti bahwa dia bukan hanya berani bercakap, malahan beliau juga berani bertindak menghapuskan perkara yang salha dan mungkar. Ini dilakukan semata-mata didorong oleh imannya yang kuat dan cemburu terhadap agama, supaya yang dikatakannya itu terbukti dengan perbuatan.

Nabi Ibrahim telah bersumpah dengan nama Allah yang Maha Agung untuk berusaha membinasakan patung-patung tersebut semasa kaumnya pergi beredar keluar kota menghadiri suatu perayaan. Dan begitulah Nabi Ibrahim pun melaksanakan sumpahnya, supaya kaumnya mengetahui bahwa mereka berada di dalam kesesatan, dan hanya dpat dibetulkan dengan cara yang halus lagi sempurna. 








No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.