Friday, June 26, 2015

Surah Yusuf Ayat 81 Hingga Ayat 100

Surah Yusuf Ayat 81

Kembalilah kamu kepada bapa kamu, dan katakanlah, wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu (Bunyamin) telah mencuri, dan kami tidak menjadi saksi (terhadapnya) melainkan dengan apa yang kami ketahui dan kami tidaklah dapat menjaga perkara yang ghaib.” - 81

“Dan bertanyalah kepada penduduk negeri (Mesir) tempat kami tinggal (berdagang) dan kepada orang-orang kafilah yang kami balik bersamanya. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar". - 82

“(Setelah mereka kembali dan menyampaikan hal itu kepada bapa mereka) berkatalah ia: "(Tidaklah benar apa yang kamu katakan itu) bahkan nafsu kamu telah memperelokkan pada pandangan kamu suatu perkara (yang kamu rancangkan). Jika demikian, bersabarlah aku dengan sebaik-baiknya, mudah-mudahan Allah mengembalikan mereka semua kepadaku. Sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” - 83

Saudara yang tertua di antara mereka pun menyuruh saudara-saudara yang lain itu pulang menemui ayah mereka supaya memberitahukan keapda ayah seprtimana berikut, “wahai ayah kami, sesungguhnya anak ayah Bunyamin telah mencuri.”

Maksudnya Bunyamin telah dituduh mencuri bekas kepunyaan raja Mesir lalu kini dijadikan hamba abdi kepada Al Aziz yang memerintah negeri Mesir, sebagai hukuman ke atasnya, mengikut hukuman yang berjalan di dalam syariat mereka.

Kemudian katakan kepada Ayah “apa yang kami kemukakan ini ialah yang kami ketahui.” maksudnya kami tidak menyaksikan sendiri bagaimana Bunyamin telah mencuri, apa yang kami kemukakan ini hanyalah sesudah mendengar kata-kata orang yang menuduh Bunyamin mencuri, sedangkan yang kami ketahui pula memang benar bekas kepunyaan raja itu telah dijumpai di dalam karung makanan kepunyaan Bunyamin.

Kami tidak tahu perkara ghaib tentang pencurian bekas itu telah dilakukan oleh Bunyamin. Kalaulah kami tahu perkara ini akan berlaku sedemikian, tiadalah kami mahu membuat perjanjian dengan ayah untuk menjaga Bunyamin sebagaimana yang kami janjikan dahulu.

Sekiranya ayah tidak percaya, maka suruhlah bertanya kepada orang-orang penduduk Mesir temapt kami membeli makanan. Sebab peristiwa tersebut telah tersiar beritanya di kalangan mereka, dan apabila mereka ditanya tentang hal itu tentu mereka akan menceritakan hal yang sebenarnya.

Kemudian untuk menguatkan kebenaran kata-kata mereka itu, maka sebutkanlah, “sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar,” maksudnya apa yang kami khabarkan itu adalah semuanya benar, samada ayah suka hendak bertanya kepada orang lain atau pun tidak, kerana kebiasaan kami bercakap benar, dan kami tidak menceritakan melainkan perkara yang benar. Maka kami yakin ayah tidak akan ragu-ragu terhadap kami.

Saudara-saudara Nabi Yusuf yang sembilan orang itu pun pulanglah ke negeri Kan’an terus menemui Nabi Yaakub, bapa mereka. Lalu mereka pun menceritakan kepada Nabi Yaakub apa yang telah terjadi dengan menyebutkan segala kata-kata saudara merka yang tua sepertimana yang dipesankan.

Mendengarkan semua itu, Nabi Yaakub tidak percaya lau menjawab, “bahkan diri kamulah yang menyuruh membuat pekerjaan itu.” maksudnya bahkan ini adalah tipu daya kamu yang lain juga, yang sengaja kamu ada-adakan, aku tidak percaya mendengarnya, apa lagi dikuatkan dengan apa yang kamu katakan bahwa orang yang menghukum Bunyamin itu adalah mengikut undang-undang dalam syariat kita, yang mana kamu pula menfatwakannya, padahal hukuman itu bukanlah mengikut undang-undang negerinya.

Nabi Yaakub kemudian merasa amat dukacita mengenang peristiwa yang mengejutkan itu. Maka untuk menghiburkan hatinya beliau hanya mengatakan, “maka bersabarlah yang lebih baik.” maksudnya , apa boleh buat, dengan kehilangan Bunyamin pula aku mestilah bersabar. Kerana dengan bersabar itu lebih baik. Tidak perlu aku khuatir atau hendak mengadu kepada siapa-siapa kecuali Allah tempat aku meletakkan harapan dan memohon pertolongan.

Kemudian Nabi Yaakub berharap semoga Allah dapat mengembalikan anak-anak beliau iaitu Nabi Yusuf, Bunyamin dan saudara mereka yang mengambil keputusan untuk tinggal di Mesir itu dikembalikan kepada Nabi Yaakub. Nabi Yaakub mengharapkan demikian kerana di dalam hatinya telah terasa (menerusi ilham) bahwa Nabi Yusuf belum lagi mati meskipun tidak diketahui tentang beritanya.

Allah itu maha Mengetahui akan keadaan Nabi Yaakub yang telah keseorangan, kehilangan anak-anak dan kesedihan mengenangkan anak-anak yang telah hilang. Allah juga Maha Bijaksana dalam segala ketentuanNya, di mana setelah Allah menimpakan mala petaka, akan disusuliNya pula dengan mengangkatkan mala petaka itu apabila sampai saat dan ketikanya yang sesuai. Dan sesungguhnya kesusahan itu bukan untuk selamanya.

Setelah kesusahan telah memuncak, kini giliran kesenangan pula yang bakal muncul. Jelasnya, tiap-tiap kesusahan akan diiringi dengan kesenangan, seuai dengan firman Allah di dalam Surah Asy Syarh ayat 5 dan 6 yang bermaksud:
“maka sesungguhnya bersama kesulitan akan datang kelapangan, sesungguhnya bersama kesulitan akan datang kelapangan, “



Surah Yusuf ayat 84 Hingga 86

Dan (bapa mereka - Nabi Yaakub) pun berpaling dari mereka (kerana berita yang mengharukan itu) sambil berkata: Aduhai sedihnya aku kerana Yusuf, dan putihlah dua belah matanya disebabkan ratap tangis dukacitanya kerana ia orang yang memendamkan marahnya di dalam hati.” - 84

“Mereka berkata: "Demi Allah, ayah tak habis-habis ingat kepada Yusuf, sehingga ayah menjadi sakit merana, atau menjadi dari orang-orang yang binasa". - 85

“(Nabi Yaakub) menjawab: "Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan dukacitaku kepada Allah dan aku mengetahui (dengan perantaraan wahyu) dari Allah, apa yang kamu tidak mengetahuinya.” - 86

Nabi Yaakub pun berpaling meninggalkan mereka bersendiirian seraya meratap dengan katanya, “wahai sedihnya hatiku mengenangkan Yusuf.”

Maksudnya nabi Yaakub kesedihan dengan menyebut-nyebut nama Yusuf, kerana kehilangan Yusuflah menjadi punca kesusahan. Maka dengan kehilangan Bunyamin pula akan bertambah lagi kesedihannya, yang juga akan menambahkan lagi kenangannya kepada nabi Yusuf.

Sesungguhnya kesedihan yang dideritai oleh Nabi Yaakub itu berlarutan berpanjangan, sehingga menyebabkan kedua-dua belah matanya memutih, menjadi rabun tidak dapat melihat, kerana kelopak matanya sentiasa digenangi oleh air mata. Dan kepiluan hatinya menyebabkan pemandangan matanya semakin suram dan pudar, akhirnya tidak dapat melihat sama sekali.

Tetapi Nabi Yaakub as adalah orang yang bersifat tabah dan kuat menahan kesedihan hatinya. Kemarahannya tidak dilahirkannya kepada anak-anaknya, bahkan setiap kemarahan hendak keluar ditahannya lalu ditelannya bersama-sama dengan air mata hingga terpendam.

Apabila anak-anaknya mendengar Nabi Yaakub meratapi Nabi Yusuf, dengan kesal mereka mengatakan, Demi Allah, rupanya ayah masih juga mengenang-ngenang Yusuf. Bukankah ayah sekarang sedang menghadapi bala dan cubaan yang besar? Janganlah ayah bersedih terus menerus dan menangis meratapinya. Kami khuatir perbuatan itu akan membawa bala yang lebih besar lagi yang menyebabkan samada ayah akan sakit merana yang tidak dapat diubati atau pun bianasa dengan dengan meninggal dunia.

Mendengar kata-kata anak-anaknya itu, Nabi Yaakub hanya menjawab, sepertimana ayat 86 “ "Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan dukacitaku kepada Allah dan aku mengetahui (dengan perantaraan wahyu) dari Allah, apa yang kamu tidak mengetahuinya.” Di sinilah rahsia kesedihan yang larat itu. Sebab beliau telah diberitahu dengan ilham ataupun dengan wahyu oleh Allah, bahwa Nabi Yusuf masih hidup, tetapi Allah belum memberitahukan di mana Nabi Yusuf berada sekarang. Kalau sekiranya sudah pasti Nabi Yusuf meninggal, tidaklah Nabi Yaakub akan sampai demikian sengsara oleh kedukaan. tidaklah matanya akan sampai putih. Itulah yang beliau bayangkan kepada anak-anaknya itu. Allah memberitahukan kepadaku apa yang kamu tidak mengetahui.

Dan Nabi Yaakub bukanlah mengeluhkan nasibnya kepada orang lain, sebab orang lain tidak akan dapat melepaskan beliau dari kesedihan itu. Hanya kepada Allah, dan kepada Allah jua dia memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan itu.



Ayat 87-89: Nabi Ya’qub ‘alaihis salam mengutus anak-anaknya agar mereka mencari Yusuf dan saudaranya, tidak bolehnya putus asa dari rahmat Allah dan rasa kasihan Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepada saudara-saudaranya

Surah Yusuf Ayat 87 Hingga 89

“Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir". - 87

“Maka (bertolaklah mereka ke Mesir, dan) setelah mereka masuk mengadap Yusuf, berkatalah mereka: "Wahai Datuk Menteri, kami dan keluarga kami telah menderita kesusahan (kemarau), dan kami datang dengan membawa barang-barang yang kurang baik dan tidak berharga (untuk menjadi tukaran bagi benda-benda makanan negeri ini). Oleh itu, sempurnakanlah sukatan bekalan makanan bagi kami dan mendermalah kepada kami, sesungguhnya Allah membalas dengan sebaik-baik balasan kepada orang-orang yang bermurah hati menderma". - 88

“Yusuf berkata: "Tahukah kamu (betapa buruknya) apa yang kamu telah lakukan kepada Yusuf dan adiknya, semasa kamu masih jahil (tentang buruknya perbuatan yang demikian)?" - 89

Mengikut As Suddi, setelah Nabi Yaakub mendengar anak-anaknya bercerita tentang kebaikan pembesar Mesir itu, beliau ingin benar mengharapkan kalau-kalau pembesar Mesir itu sebenarnya adalah Nabi Yusuf. Maka ketika itu beliau pun menyuruh anak-anaknya supaya pergi lagi ke Mesir untuk menyelidik berita-berita tentang Nabi Yusuf dan saudaranya serta mencari keduanya sampai dapat.

Nabi Yaakub adalah seorang nabi dan beliau telah diberikan ilham oleh Allah, bahwa Nabi Yusuf masih lagi hidup. Nabi Yaakub semakin dapat merasakan bahwa beliau semakin dekat untuk menemui Nabi Yusuf, dan firasat beliau ialah di negeri Mesir. Ditambah lagi anaknya Bunyamin telah menjadi tawanan di sana. Anak-anak beliau yang lain yang bukan nabi nescaya tidak akan mengerti atau terfikir apa-apa akan hal itu. Dan sebagai anak yang patuh kepada orang tua, nescaya akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh ayah mereka.  

Di samping itu Nabi Yaakub berpesan, “dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah.” Itulah pegangan Nabi Yaakub, dan pegangan itu akan diberikan kepada anak-anaknya supaya terus mencari Nabi Yusuf dan Bunyamin. Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Cari terus!

Maka pergilah anak-anak Nabi Yaakub ke negeri Mesir lalu mereka terus pergi berjumpa dengan pembesar negeri itu, iaitu Nabi Yusuf. Mereka mengadukan hal kesengsaraan yang menimpa mereka kepada Nabi Yusuf, mengatakan bahwa gandum yang mereka bawa balik hari itu telah habis semua. dan sekarang mereka datang untuk membeli gandum lagi tetapi kali ini mereka membawa barang yang tidak berharga kerana kehabisan harta.

Maka dengan barang-barang tukaran yang ada itu saja yang mereka mampu untuk membeli makanan. Lantaran itu  maka mereka memohon untuk isilah sukatan mereka seberapa harga sebanyak barang tersebut dan mereka juga memohon agar bersedekahlah kepada mereka, sesungguhnya Allah akan membalas orang-orang yang bersedekah.

Mereka mengadukan hal penderitaan mereka dengan cara yang amat menyayat hati kepada orang yang mendengarnya supaya mereka dikasihani. dengan tujuan untuk menyelidik tentang Nabi Yusuf dan saudaranya , di manakah kedua-duanya berada sekarang. Ia juga adalah untuk menguji setakat manakah kesan pengaduan mereka. Kalau pembesar itu nampaknya berasa kasihan, mereka akan ceritakan apa yang mereka kehendaki, kalau tidak, mereka akan diam saja. Sebab bapa mereka pernah membayangkan keiginannya mengharapkan kalau-kalau pembesar Mesir itu sebenarnya adalah Nabi Yusuf.

Mendengarkan itu, Nabi Yusuf pun berkata keapda saudara-saudaranya, ‘adakah kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan kepada Yusuf dan saudaranya?’  Maksudnya alangkah besar dosa yang kamu lakukan kepada Nabi Yusuf dahulu kerana membuangnya di perigi buta dan memutuskan tali silaturrahim serta memisahkannya dengan ayahnya.

Cara susunan pertanyaan itu menunjukkan bahwa mereka ditanyakan dengan tidak mengandungi nada marah, melainkan berupa kemaafan dari Nabi Yusuf. Ini kerana disebutkan bahwa ketika mereka membuang Nabi Yusuf ke dalam perigi buta itu, mereka masih lagi bodoh dan tidak menyedari bahwa perbuatan itu adalah satu dosa.

Janji Allah kepada Nabi Yusuf, sebaik saja beliau dibuang ke dalam perigi itu oleh saudara-saudara beliau, bahwa kelak perkara ini akan disebutkan kepada mereka, maka sekarang hal itu telah terjadi. Sisters, lihat balik ayat 15 yang kita telah pelajari sebelum ini. Benar-benar mereka tidak menyangka ketika itu bahwa mereka kelak akan dipertemukan lagi dengan keadaan seperti ini.





Ayat 90-93: Takwa dan sabar termasuk sebab keberhasilan dalam hidup dan ditinggikannya derajat

“Mereka bertanya (dengan hairan): "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf? " Ia menjawab: "Akulah Yusuf dan ini adikku (Bunyamin). Sesungguhnya Allah telah mengurniakan nikmatNya kepada kami. Sebenarnya sesiapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menghilangkan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” - 90

“Mereka berkata: "Demi Allah! Sesungguhnya Allah telah melebihkan dan memuliakan engkau daripada kami (disebabkan taqwa dan kesabaranmu); dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah".  - 91

‘Yusuf berkata: "Kamu pada hari ini tidak akan ditempelak atau disalahkan (tentang perbuatan kamu yang telah terlanjur itu), semoga Allah mengampunkan dosa kamu, dan Dia lah jua Yang Maha Mengasihani daripada segala yang lain yang mengasihani.” - 92

“Pergilah dengan membawa bajuku ini, kemudian letakkan pada muka ayahku supaya ia dapat melihat, dan selepas itu bawalah kepadaku keluarga kamu semuanya". - 93

Apabila mendengar keterangan pembesar Mesir tersebut, saudara Nabi Yusuf berasa kagum dan kehairanan bagaimana pembesar itu tahu semuanya akan hal mereka kalau dia bukan Yusuf? Selama dua tahun lebih mereka berulang alik ke Mesir menemui dan berkenalan dengannya masih belum menyedari bahwa pembesar itu adalah Nabi Yusuf, adik mereka. Oleh sebab itu mereka pun bertanya untuk mendapatkan kepastian, “.. Mereka bertanya (dengan hairan): "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?  “

ALLAHU RABBI!!!! Yang berbicara sekarang ini adalah pertalian darah, cinta kasih yang sebenar dalam hati sanubari. Bak kata orang, carik-carik bulu ayam. Walaupun berlaku persengketaan namun kasih sayang adik beradik setelah terpisah lama, rindu dendam yang membekam di jiwa pasti akan terasa sebak dan meruntun jua. Nabi Yusuf tidak dapat lagi untuk menyembunyikan perasaan beliau, kerana semuanya ini adalah saudara kandungnya, belahan dirinya. Nabi Yusuf menjawab, “Akulah Yusuf dan ini adalah saudaraku.” Adik kandungku, Bunyamin! “

“..Sesungguhnya Allah telah mengurniakan nikmatNya kepada kami. Sebenarnya sesiapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menghilangkan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Yang berkata itu sekarang bukan lagi Yang Mulia pembesar negeri Mesir saja, dan yang berkata itu sekarang bukan lagi semata-mata Nabi Yusuf yang telah hilang lebih seperempat abad. Yang berkata sekarang itu lebih dari keduanya.

Beliau adalah Rasul Allah yang sangat yakin dengan pertolongan Allah. Rasul Allah yang empat kali disebut bahwa dia seorang yang suka berbuat kebaikan Muhsinin, baik sewaktu ia diasuh di rumah pembesar yang membeli dirinya (lihat ayat 21), atau pun setelah dimasukkan ke dalam penjara, disaksikan sendiri oleh rakan-rakan sepenjara (lihat ayat 36), atau setelah beliau menjadi wakil raja (lihat ayat 56), malahan dirasai kebaikannya itu oleh saudara-saudaranya  sehingga kerana itu memohon mereka agar, demi kebaikannya itu, sudilah melepaskan adik mereka Bunyamin dan mengambil salah seorang mereka menjadi gantinya(lihat ayat 78).

Orang yang selalu berbuat kebaikan dalam suka dan duka, dalam mewah dan sengsara, sekarang mengakuilah beliau bahawa keteguhannya mempertahankan kebaikan itulah yang menyebabkan mereka dipertemukan kembali.(ayat 90).

Sekarang jelas sudah, memang dialah adik mereka, Yusuf. Benarlah ayah mereka Rasul Allah, patutlah beliau tetap merasa Nabi Yusuf belum mati, Nabi Yusuf masih hidup. Tetapi alangkah rendahnya rasa diri mereka ketika itu. Mereka telah bersalah besar kepada Nabi Yusuf, dan sekarang Nabi Yusuf telah dipertemukan kepada mereka di dalam keadaan yang berbeza sama sekali, telah duduk di atas puncak singgahsana kemuliaan.

Saudara yang hilang lebih seperempat abad sudah bertemu. Dan ayah mereka akan merasa gembira bila mereka pulang kembali mengkhabar berita gembira ini. Tetapi mereka sendiri adalah orang-orang yang bersalah terhadap saudara kandung mereka yang sekarang ini telah mencapai kedudukan yang amat tinggi.

Perhatikan susunan wahyu Ilahi ini, mereka dengan tak langsung terus mengaku bersalah. Sekarang ini mereka hanya menyerahkan nasib mereka kepada Nabi Yusuf saja. Kalau mereka di hukum lantaran kesalahan mereka itu, itu adalah yang sepatutnya mereka terima, dan mereka tidak akan menyesal. Tetapi mereka berpuas hati, kerana ayah mereka tidak lagi akan bersedih hati.

Tetapi Nabi Yusuf seorang rasul Allah yang Muhsinin, juga seorang Yang Mulia pembesar di Raja Negeri Mesir, yang telah banyak menderita dan juga merasa bahagia. Beliau yang telah mengakui bahwa semua kebahagiaan adalah berlandaskan takwa dan sabar. Lantaran itu beliau tetap akan melanjutkan ketakwaan dan kesabaran di dalam apa-apa jua situasi mendatang. Dengan sifat yang sebegitu, Nabi Yusuf memberitahu saudara-saudaranya bahwa mulai hari ini,  tidak ada celaan atau cacian terhadap perbuatan mereka yang sudah lepas, dan beliau bersedia memaafkan saudara-saudaranya.

Alangkah indahnya sifat Nabi Yusuf ini. Betapalah saudara-saudaranya tidak akan terharu mendengar jawapan itu. Mulai saat itu jangan disebut-sebut lagi soal itu, yang telah lampau biarlah ia berlalu dan hilang dalam lipatan masa. Semoga Allah akan memberikan keampunan kepada mereka semua. Jika sekiranya di dunia ada orang-orang yang penyayang, maka Allah itu terlebih lagi Maha Penyayang dari sekalian orang-orang yang penyayang itu. Ditutupkan perkara itu dengan penuh rasa sayang oleh Nabi Yusuf.

Diriwayatkan bahwasanya Nabi Yusuf as telah bertanya khabar tentang ayahnya kepada saudara-saudaranya. Lalu mereka memberitahukan kepada Nabi Yusuf bahwa Nabi Yaakub kini telah menjadi rabun matanya, tidak dapat melihat lagi. Pada ketika itu Nabi Yusuf memberitkan bajunya supaya disampaikan kepada bapanya.

Sebenarnya nabi Yusuf telah mengetahui akan hal ini samada menerusi wahyu Allah ataupun kerana dia tahu bahwasanya penyakit rabun yang dihidapi oleh bapanya tidaklah lain disebabkan oleh banyaknya ia menangis dan terlalu sedih. Maka apabila baju Nabi Yusuf yang melekat bau badan beliau pada baju itu nanti dicium oleh Nabi Yaakub, nescaya beliau akan merasa lega, dan dadanya kembali lapang seolah-olah telah menemui ubat dan penawar kepada kesedihannya. Ianya akan menjadikan tenaga penglihatan Nabi Yaakub menjadi pulih kembali dan menghilangkan selaput yang menutupi biji mata beliau yang selama ini menghalang pandangan mata beliau.



Ayat 94-101: Pertemuan Yusuf ‘alaihis salam dengan kedua orang tuanya, gembiranya bertemu setelah sekian lama menghilang, meminta doa orang tua, dan menyebutkan doa Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

Surah Yusuf ayat 94 dan 95

“Dan semasa kafilah (mereka meninggalkan Mesir menunju ke tempat bapa mereka di Palestin), berkatalah bapa mereka (kepada kaum kerabatnya yang ada di sisinya): "Sesungguhnya aku ada terbau akan bau Yusuf. Jika kamu tidak menyangka aku sudah nyanyuk (tentulah kamu akan percaya)".  - 94

“Mereka berkata: "Demi Allah! Sesungguhnya ayah masih berada dalam keadaan kekeliruan yang lama". - 95

Maka berangkatlah saudara-saudara Nabi Yusuf pulang mengadap ayah mereka. Jarak di antara tanah Kan’an dengan negeri Mesir adalah lapan hari perjalanan. Maka diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, apabila kabilah itu mulai saja untuk berangkat meninggalkan Mesir, di saat itu juga Nabi Yaakub merasa seperti dapat mencium bau Nabi Yusuf  dibawa angin. Perkara itu dinyatakan secara terus terang kepada anak-anak atau cucu-cucunya, atau menantu-menantunya dan anak-anak perempuan yang tinggal bersama beliau di kampung.

Disebabkan beliau yang sudah tua, Nabi Yaakub pun merasa bahwa mungkin anak-anak itu tidak percaya dan aakn mengatakan saja bahwa itu hanya ‘kata-kata’ orang yang keliru dan lemah akal lantaran beliau yang sudah lanjut usia. Tetapi perkara itu tetap dikatakan juga, tidak peduli apa anak cucu beliau akan katakan kepada beliau.

Anak cucu Nabi Yaakub memang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nabi yaakub itu. Malahan dituduhnya Nabi Yaakub sedang keliru seperti kebiasaannya yang lama juga kerana masih lagi mengenangkan Nabi Yusuf yang sudah lama tiada.


Surah Yusuf ayat 96

Maka sebaik-baik sahaja datang pembawa khabar berita yang mengembirakan itu, dia pun meletakkan baju Yusuf pada muka Nabi Yaakub, lalu menjadilah ia celik kembali seperti sediakala. Nabi Yaakub berkata: "Bukankah aku telah katakan kepada kamu, sesungguhnya aku mengetahui (dengan perantaraan wahyu) dari Allah akan apa yang kamu tidak mengetahuinya?"

Setelah beberapa hari di dalam perjalanan, maka sampailah kabilah anak-anak Nabi Yaakub itu ke Kan’an pulang menemui bapa mereka. Sebaik saja sampai Yahudza telah membawa baju Nabi Yusuf dan diberikan kepada Nabi Yaakub. Dia jugalah yang dahulunya yang membawa baju Nabi Yusuf berlumuran darah palsu sehingga menyebabkan ayahnya berdukacita.Maka sekarang dia pula yang membawa baju Nabi Yusuf kepada Nabi Yaakub, tetapi kali ini ia datang untuk menebus kedukaan bapanya dengan berita yang menggembirakan.

Sampai saja di rumah, Yahudza telah menghulurkan baju Nabi Yusuf kepada Nabi Yaakub. Disapukan baju Nabi Yusuf ke wajah ayahandanya Nabi Yaakub. Seketika itu juga, Nabi Yaakub yang rabun dapat kembali melihat seperti semula, bahkan dikatakan segala kesihatan dan semangat Nabi Yaakub pulih kembali.

Perkara yang demikian tidaklah menghairankan kerana berapa ramai orang yang pada mulanya mengidap sesuatu penyakit telah menjadi pulih dan sembuh kembali kerana telah menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan hati.

Lalu Nabi Yaakub dengan gembira telah menyatakan kepada anak-anaknya, sudah aku katakan semasa aku mengutus kamu pergi ke Mesir , dan menyuruh kamu mencari Yusuf dan melarang kamu berputus asa dari rahmat Allah. Ini aku ketahui daripada Allah, bukan dengan menyangka-nyangka yang mana kamu tidak mengetahui bahwa Yusuf masih hidup lagi.





Surah Yusuf Ayat 97 Dan 98

“Mereka berkata: "Wahai ayah kami! Mintalah ampun bagi kami akan dosa-dosa kami; sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah".

“Nabi Yaakub berkata: "Aku akan meminta ampun bagi kamu dari Tuhanku; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani".

Kalau sebelum ini saudara-saudara Nabi Yusuf telah meminta ampun kepada Nabi Yusuf dan kepada Allah, di saat iut juga Nabi Yusuf memberikan maaf dan menyatakan bahwa Allah telah memberi ampun kepada mereka, dan meminta supaya hal itu dipandang tiada apa-apa saja, sekarang mereka meminta ampun kepada ayahanda mereka pula, Nabi Yaakub.

Tetapi Nabi Yaakub telah memberikan jawapan yang berbeza sedikit memandangkan usianya yang telah meningkat tua. Nabi Yaakub berkata bahwa di dalam ibadat sembahyang beliau, entah berjuta-juta kali sudah, samada di waktu mustajab doa, ataupun di waktu sunyi berseorangan mengadap Ilahi, beliau setiap kali tidak tinggal untuk memohon keampunan dari Allah untuk anak-anaknya itu, dan Nabi Yaakub merasa yakin bahwa Allah mengampuni mereka.  Subhanallah… begitulah kasihnya seorang ayah. Walaupun anaknya berbuat jahat, ayah tetap sayang dan memohon ampun bagi pihak anaknya kepada Allah.

Ditambah lagi sekarang ini Nabi Yaakub merasa amat gembira kerana akan dipertemukan semula dengan anak kesayangan beliau Nabi Yusuf. Jadi terlebih-lebih lagi Nabi Yaakub sudi untuk mengampunkan kesalahan anak-anaknya yang lain. Apatah lagi selama ini pun Nabi Yaakub tidak pernah menunjukkan murka beliau kepada anak-anaknya itu.

Terhadap Allah, nescaya Allah akan memberi ampun kepada orang-orang yang mengakui kesalahannya, sebagaimana yang tersebut di dalam sebuah Hadis Qudsi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw  untuk kita umatnya:
“Walaupun sampailah dosamu itu ke pintu lawang langit, lalu engkau memohon ampun kepadaKu, nescaya akan Aku berikan keampunan kepadamu.”

Allahu rabbi!!!!




Surah Yusuf Ayat 99 dan 100

“Maka ketika mereka (Nabi Yaakub dan keluarganya) masuk (ke Mesir) menemui Yusuf, Yusuf segera menyambut serta memeluk kedua ibu bapanya, sambil berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah kamu berada di dalam aman. “ - 99

“Dan ia dudukkan kedua ibu bapanya (bersama-samanya) di atas kerusi kebesaran. Dan setelah itu mereka semuanya tunduk memberi hormat kepada Yusuf. Dan (pada saat itu) berkatalah Yusuf: "Wahai ayahku! Inilah dia tafsiran mimpiku dahulu. Sesungguhnya Allah telah menjadikan mimpiku itu benar. Dan sesungguhnya Ia telah melimpahkan kebaikan kepadaku ketika Ia mengeluarkan daku dari penjara; dan Ia membawa kamu ke mari dari dosa sesudah Syaitan (dengan hasutannya) merosakkan perhubungan antaraku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku lemah-lembut tadbirNya bagi apa yang dikehendakiNya; sesungguhnya Dia lah yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” - 100

Di sini Allah menceritakan kedatangan Nabi Yaakub menemui Nabi Yusuf di negeri Mesir. Pada hari yang telah ditentukan maka berangkatlah Nabi Yaakub dan seluruh keluarganya menuju ke Mesir. Setelah Nabi Yusuf telah mendapat tahu bahwa Nabi Yaakub telah dekat, Nabi Yusuf sengaja keluar ke sempadan Kan’an - Mesir untuk menyambut kedatangan ayahanda beliau.

Inilah saat yang diharap-harapkan dan sangat diyakini oleh Nabi Yaakub pasti akan datang. Kerana beliau memang tahu yang anaknya Nabi Yusuf masih hidup. Nescaya bertangis-tangislah mereka pada saat yang amat mengharukan itu.

Nabi Yaakub dijemput memasuki istana dengan ucapan selamat datang, dan masuklah kamu ke negeri Mesir, in shaa Allah dalam keadaan aman sentosa, aman dari segala ketakutan, kesengsaraan dan kesusahan.’ Ucapaan in shaa Allah di sini dipakai oleh beliau sebagai mengambil berkat dan doa, dengan harapan mudah-mudahan dengan kehendak Allah mereka hidup aman sentosa. Ini patut dijadikan ikutan oleh kita orang-orang mukmin untuk menggunakannya di dalam pemakaian kata sehari-hari, kerana para nabi sendiri sudah pun menggunakannya. Iaitu tiap-tiap hari kita menghendaki dan mecita-citakan sesuatu untuk menjanjikannya janganlah kita pastikan yang kita boleh melakukannya, melainkan dengan kita berkata in shaa Allah, iaitu dengan izin Allah.

Setelah mereka sampai di istana, dipersilakan ayahanda dan bonda nabi Yusuf duduk di atas singgahsana, dengan didudukkan di atas kerusi tempat ia mengarahkan pemerintahannya, sebagai menghormati kedua-duanya lebih daripada menghormati saudara-saudaranya.

Kedua-dua ibu bapanya bersama sekalian saudara-saudaranya ketika itu telah sujud kepada Nabi Yusuf. Mengenai sujud yang telah dilakukan oleh keluarga nabi yusuf terhadap beliau ini, menurut syariat mereka, memang dibolehkan, bahkan menjadi kebiasaan sebagai tanda penghormatan kepada yang lebih tua atau yang lebih berpangkat. Sikap dan adat yang demikian itu telah pun berlaku sejak zaman Nabi Adam as sehingga turunnya syariat Nabi Isa as yang telah mengharamkannya oleh agama Islam. Sejak itu manusia tidak boleh sujud kepada sesiapa pun juga, kepada apa pun jua, kecuali kepada Allah swt sahaja.

Nabi Yusuf telah berkata kepda ayahandanya Nabi Yusuf, “"Wahai ayahku! Inilah dia tafsiran mimpiku dahulu. Sesungguhnya Allah telah menjadikan mimpiku itu benar. Dan sesungguhnya Ia telah melimpahkan kebaikan kepadaku ketika Ia mengeluarkan daku dari penjara; dan Ia membawa kamu ke mari dari dosa sesudah Syaitan (dengan hasutannya) merosakkan perhubungan antaraku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku lemah-lembut tadbirNya bagi apa yang dikehendakiNya; sesungguhnya Dia lah yang Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.”

Pada ayat ini dinyatakan jelas tentang ketinggin budi Nabi Yusuf. Beliau hanya menyebut bahwa Allah telah menyelamatkan beliau keluar dari penjara, dan tidak sedikit pun disebutkan bahwa Allah juga telah mengeluarkan beliau dari dalam perigi buta, supaya demi untuk menjaga hati saudara-saudara beliau dan supaya peristiwa itu tidak dikenang-kenang lagi. Dan lebih dari itu, ialah hormat kepada Allah! Dan tidak juga disebutkan bahwa dari dalam penjara dia telah terus naik takhta kerajaan sebagai pembesar Al Aziz negeri Mesir, menunjukkan kerendahan hatinya di hadapan orang tuanya, kerana meskipun bagiamana ketinggian pangkat yang diperolehi beliau, Nabi Yusuf tidak lebih dari seorang anak yang selalu wajib berkhidmat dan hormat setinggi-tingginya kepada orang tua.

Allahu rabbi!  
Sisters,  adakah kita pun begitu juga? Menyandang jawatan yang tinggi di dalam sesebuah organisasi dan menjadi orang penting di dalam satu badan, disegani ramai, dihormat ramai, tetapi kita masih tetap rendah dan merendahkan diri kita kepada kedua orang tua? Itulah ajaran seorang rasul untuk seorang yang bergelar anak. Tetapi berapa ramaikah di antara kita yang mengambil contoh tauladan ini?


Kini Nabi Yusuf sudah berasa senang hati dan mensyukuri nikmat Allah berikan kerana semua ahli keluarga beliau telah datang berkumpul di Mesir, untuk hidup bersama-sama merasai nikmat kemuliaan yang telah dirasai oleh beliau, dan tidak akan berasa susah lagi untuk mendapatkan makanan yang pada pada masa itu masih sangat susah. Sejak waktu itu hiduplah mereka bersama-sama di negeri Mesir.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.