Monday, November 9, 2015

Surah Al Ankabut Ayat 1 - 20







Pengenalan

Surah Al Ankabut yang bererti labah-labah, adalah surah yang ke 29 dalam susunan Al Quran yang diturunkan di Mekah. Diberi nama Al Ankabut kerana ia diambil perumpamaan dalam ayat 41 di mana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala itu dengan labah-labah yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya. Padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan terus hancur.

Begitu juga halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat meminta sesuatu yang mereka inginkan. Padahal sembahan itu tidak mampu sedikit pun nak menolong mereka dari azab Allah sewaktu di dunia, sepertimana yang terjadi dengan kaum terdahulu.

Hubungan surah ini dengan surah Al Qasas adalah sangat berkait kerana di akhir surah Al Qasas Allah telah melarang Rasulullah dari membuat hubungan ataupun menolong orang-orang yang masih menyekutukan Allah. Dan Rasulullah saw sendiri juga telah diberi peringatan supaya tidak sekali-kali menyekutukan Allah.

Kemudian di dalam surah Al Ankabut pula Allah memberikan peringatan bahwa orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah ini tidak akan luput dari cubaan. Cubaan ini adalah ujian keimanan. Ianya sebagai saringan untuk membezakan di antara iman yang sejati, yang tulus suci dengan iman yang rekaan dan penuh kepalsuan.

Perjuangan menghadapi cubaan ini dalam menegakkan agama Allah sebenarnya bukanlah untuk menguntungkan Allah, kerana Allah sudah sedia kaya dan berkuasa dari seluruh alam ini. Tetapi sebenarnya ia lebih banyak menguntungkan diri mukmin itu sendiri. Di akhir surah ini Allah telah memberikan penghargaan besar kepada para mujahid, para pejuang Allah. Iaitu barang siapa yang berjuang pada jalan Allah dengan bersungguh-sungguh, Allah berjanji akan menunjukkannya jalan, sehinggalah mereka berhasil untuk menang.

Dikatakan bahwa ramai yang mengaku dirinya beriman tetapi tidak tahan menghadapi cubaan dan ada juga yang berjuang sekerat jalan. Tetapi kalau ia ternampak akan keuntungan atau pun habuan daripada perjuangan itu, dia akan sepantas kilat mendakwakan bahwa dia juga turut berjuang bersama orang-orang yang berjuang.

Di dalam surah ini dihuraikan juga beberapa perjuangan dari nabi-nabi terdahulu untuk menunjukkan contoh bahwa sesebuah perjuangan itu jalannya bukanlah mudah dan lancar. Ianya memerlukan kesungguhan dan iman yang kuat kepada Yang Maha Pencipta. Maka dapatlah disimpulkan bahwa Surah Al Ankabut ini akan menerangkan tentang kepemimpinan yang padat tentang iman dan perjuangan.









Al Ankabut Ayat 1

الم
Alif, Laam, Miim.

Huruf-huruf di ayat yang pertama yang sebegini sudah banyak ditafsirkan pada pangkal-pangkal surah terdahulu. Jadi di sini kita tidak akan ulang menerangkannya lagi.








Al Ankabut Ayat 2 Hingga 3

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
2 - Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
3 - Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuiNya tentang orang-orang yang berdusta.

Ayat 2 ini bersifat pertanyaan yang berisi penyangkalan. Maksudnya tidaklah akan dibiarkan saja oleh Allah seorang manusia yang mengaku beriman, padahal dirinya tidak diuji. Tiap-tiap iman pasti kena diuji. Iman yang tidak tahan ujian, maka barulah iman itu maknanya iman yang sekadar pengakuan di mulut sahaja, belum sampai kepada iman yang kukuh di hati.

Di dalam surah Al Baqarah ayat 214 juga mempunyai makna yang serupa dengan ayat ini. Apakah kamu menyangka bahwa kamu akan masuk senang-senang saja ke dalam syurga, padahal sebelum itu kamu tidak didatangkan malapetaka sepertimana yang dihadapi oleh kaum terdahulu daripada kamu? mereka ditimpakan kesusahan, penderitaan dan sampai digoncangkan, sehingga rasul mereka sendiri dan orang beriman yang ada bersama rasul mereka, bertanya, “bilakah akan datangnya pertolongan Allah itu? “ dan pada akhir ayat itu berkata,”ketahuilah bahwa pertolongan Allah itu sudah dekat.”

Di dalam surah Ali Imran ayat 142 pula ditanyakan apakah kamu kira kamu akan dimasukkan ke dalam syurga, padahal kamu belum membuktikan kepada Allah siapa yang berjihad di antara kamu dan siapa pula yang bersabar.

Bertambah tinggi darjat keimanan seseorang akan bertambah besar pulalah dugaan. Oleh sebab itu maka seketika ditanyakan seseorang kepada Rasulullah saw siap ayang lebih hebat ujian dan cubaan yang dideritanya, dan Rasulullah menjawab, “manusia yang lebih berat ditimpakan cubaan ialah para nabi, kemudian para solehin, sesudah itu menurut perbandingan demi perbandingan. Akan diduga seseorang itu mengikut ukuran keagamaannya. Bertambah tebal agamanya, bertambah hebat pulalah dugaan mereka.” Hadith riwayat Tarmizi, Ibnu Majah dan Ad DArimi.

Umat-umat nabi-nabi terdahulu yang mengaku bahwa mereka beriman, mereka ini semua telah diuji dengan ujian yang adakalanya berat juga bagi mereka. Dengan ujian dan dugaan itu maka tahulah Allah siapakah orang-orang yang benar-benar beriman dan siapakah orang yang tidak. Pada orang yang benar-benar beriman, semakin hebat ujian ditimpa ke atas mereka, semakin bertambah teguh pendirian dan keimanan mereka kepada Allah. Tidak berganjak. Sementara bagi mereka yang hanya mengaku beriman sekadar di bibir saja, semakin hebat dugaan ditimpa ke atas mereka, terus saja mereka gelisah dan meminta disegera tamatkan dugaan ke atas mereka itu.

Ini boleh kita lihat sendiri dari penjelasan Allah mengenai kaum Bani Israel setelah mereka meninggalkan Mesir menuju ke Palestin. Lalu di tengah jalan mereka meminta makanan yang tidak patut mereka minta padahal mereka masih dalam perjalanan melaksanakan perintah Allah. Orang semacam inilah yang kerapkali menjadi beban berat dalam perjuangan yang sedang dihadapi oleh pemimpin yang besar. Bila mereka merasa tidak tahan dengan ujian, mereka meminta supaya segera ditolong ataupun segera ditunjukkan rupa Allah dengan nyata. Meraka tidak dapat menahan sabar.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan akan menunjukkan dengan nyata siapa orang yang benar-benar beriman dan siapakah yang berbohong, sebagai hasil dan menjadi keputusan dari ujian yang dijalankan ke atas mereka itu, lalu mereka pun diberikan balasan masing-masing mengikut kelayakannya.










Al Ankabut Ayat 4 Dan 5

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
4 - Bahkan patutkah orang-orang yang melakukan kejahatan menyangka bahawa mereka akan terlepas dari azab Kami? Amatlah buruk apa yang mereka hukumkan itu

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
5 - Sesiapa yang percaya akan pertemuannya dengan Allah (untuk menerima balasan), maka sesungguhnya masa yang telah ditetapkan oleh Allah itu akan tiba (dengan tidak syak lagi); dan Allah jualah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Allah bertanya adakah orang-orang yang membuat dosa, melakukan maksiat dan mengerjakan perbuatan-perbuatan durjana menyangka bahwa mereka akan dapat mengelak dari Allah sehingga Allah tidak berdaya memberikan pengadilan untuk mengenakan seksa kepada mereka? Kalau demikian sangkaan mereka, sesungguhnya mereka ini telah keliru.

Janganlah mereka mengira bahwa dengan berbuat berbagai kejahatan itu mereka dapat mendahului allah. Maksudnya mereka jalan terus, lalu perbuatan jahat itu dibiarkan saja oleh Allah. Seakan-akan Allah tidak tahu atau tidak ambil peduli. Persangkaan demikian adalah salah sama sekali. Ianya suatu persangkaan yang amat buruk sekali terhadap Allah azza wajalla.

Sebenarnya dan sesungguhnya tidak ada satu pun perbuatan jahat yang terlepas dari pengetahuan Allah. Allah mengatakan bahawa persangkaan itu amatlah buruk sekali. Ini kerana dengan sebab perkiraan yang begini, si jahat akan terus berbuat jahat dan tidak akan ingat bahwa ada Allah yang akan menghukumnya. Lama kelamaan dia akan ditulis sebagai orang yang jahat samada di sisi Allah mahupun di sisi manusia. Dengan demikian orang itu telah menyusahkan dirinya sendiri. Dan lama kelamaan, dia akan jadi sukar sekali untuk menjauhkan dirinya dari sifat kejahatan itu. Akan susah untuk dia meninggalkan sifat jahatnya.

Namun di dalam ayat 5 ini, Allah bagitahu bahwa pada sesiapa yang benar-benar mengharap dan ingin mendapatkan pahala atau ganjaran dari Allah pada hari kiamat, yang mana kesempatan untuk bertemu Allah itu memang terbuka, maka hendaklah orang itu berusaha dengan rajin, beramal soleh dengan gigih, bersungguh-sungguh bekerja yang mendatangkan faedah dan mendatangkan keredhaan Allah.

Di samping itu pula hendaklah menjauhi segala dosa dan kejahatan yang dimurkai Allah. Sesungguhnya ajal atau tempoh untuk bertemu dengan Allah itu pasti datang, tidak diragukan lagi. Percayalah bahwa Alalh ada mendengar apa yang dituturkan oleh hamba-hambaNya. Dan Allah juga mengetahui apakah sebenarnya yang menjadi kepercayaan dan yang terlintas di hati seseorang di samping amalan yang dikerjakannya. Lalu Allah berikan balasan yang setimpal dengan pekerjaannya.

Inilah satu peringatan, untuk memastikan seseorang itu akan beroleh apa yang akan menjadi idamannya ataupun yang ditakutinya samada menggembirakannya mahupun yang menggerunkannya.












Al Ankabut Ayat 6 Dan 7

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
6 - Dan sesiapa yang berjuang (menegakkan Islam) maka sesungguhnya dia hanyalah berjuang untuk kebaikan dirinya sendiri; sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berhajatkan sesuatupun) daripada sekalian makhluk.

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
7 - Dan orang-orang yang beriman serta beramal soleh sesungguhnya Kami akan hapuskan dari mereka kesalahan-kesalahan mereka, dan Kami akan membalas apa yang mereka telah kerjakan - dengan sebaik-baik balasan.

Ayat 6 ini Allah menerangkan tentang kewajipan berjihad yang dibebankan kepada seseorang. Kata dasar daripada jihad ialah bekerja keras, bersungguh-sungguh, tidak mengenal penat lelah dan kelalaian. Siang dan malam, petang dan pagi. Berjihad agar agama ini maju, jalan Allah ditegakkan dengan utuhnya. Berkorban tenaga, harta benda, masa dan jiwa raga.

Jihad ini samada jihad dalam melawan kemahuan hawa nafsu ataupun melawan musuh dalam medan peperangan. Maka sesiapa yang berbuat demikian, faedah dan kebaikannya akan terpulang kembali kepada diri sendiri, bukannya kepada Allah. Iaitu kalau jihad dan perjuangannya didasarkan atas keredhaan Allah dan mengharapkan pahala dariNya serta takutkan akan seksaanNya. Sedangkan Allah pula tidak berhajat kepada perjuangan seseorang dan tidak mendapat faedah apa-apa daripadanya. Ini kerana Allah sudah sedia Maha Perkasa dan Maha Berkuasa. Allah itu Maha Kaya dan kekayaanNya adalah melebihi daripada seluruh penduduk alam. Bahkan Allah lah yang memiliki alam seluruhnya, mengurus dan mentadbir, dan berbuat sesuka hatiNya.

Sesiapa yang percaya kepada Allah dan Rasulnya dengan keimanan yang sebenarnya semasa menerima ujian dari Allah walaupun disakiti oleh orang-orang kafir, ia tetap tidak meninggalkan agamanya, serta mengerjakan amalan yang baik-baik iaitu segala yang wajib dikerjakan dan yang haram ditinggalkan. Maka Allah pasti akan menghapuskan kesalahannya yang telah lalu dengan memaafkan dan melupakannya. Dan memberikan balasan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan dengan pahala.










Al Ankabut ayat 8 Dan 9

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
8 - Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; dan jika mereka berdua mendesakmu supaya engkau mempersekutukan Daku (dalam ibadatmu) dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya, maka janganlah engkau taat kepada mereka. Kepada Akulah tempat kembali kamu semuanya, kemudian Aku akan menerangkan kepada kamu segala yang kamu telah kerjakan.

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ
9 - Dan orang-orang yang beriman serta beramal soleh, sudah tentu Kami akan masukkan mereka dalam kumpulan orang-orang yang soleh (dengan mendapat sebaik-baik balasan).

Allah mewajibkan dan memerintahkan kepada manusia supaya bersikap baik terhadap kedua ibu bapa.Kerana kedua ibu bapa itulah asal usul kejadian manusia. Dengan perantaraan keduanyalah Allah menghadirkan tiap-tiap manusia ke muka bumi ini. Ayah mencarikan segala kelengkapan hidup. Ibu mengasuh dan menjaga di rumah. Di dalam ayat 23 dari Surah Al Isra’ dengan tegas Allah menjelaskan bahwa sesudah menyembah kepada Allah Tuhan yang Maha Esa, tidak menyekutukan Allah dengan yang lain, maka hendak manusia bersikap baik kepada kedua ibu bapa mereka.

Sebagai orang yang telah beriman kepada allah, seorang mukmin tidak mengenal lagi akan adanya Tuhan lain selain dari Allah. Kalau ibu bapa mereka mengajak untuk menyembah tuhan yang lain, orang mukmin tidak boleh mengikutinya. Ini kerana tuhan yang lain itu tidak ada dalam akidah kita. Bagaimana kerasnya kehendak ibu bapa, mengajak supaya menyembah tuhan lain itu, sebagai orang mukmin, ia tidak boleh menuruti kehendak mereka.

Ayah dan ibu wajib dihormati. Tetapi mereka tidak boleh dipatuhi dlama hal yang mengenai  akidah.Jika bertemu hak Allah dengan hak kedua orang tua, yang tidak dapat didamaikan lagi, maka hak Allah lah yang wajib didahulukan.

Allah bagitahu lagi bahawa walaupun mereka itu ibu bapa kita,tetapi sekiranya mereka tidak mahu beriman kepada Allah dan masih menyekutukan Allah dengan yang lain, maka mereka itu akan digolongkan bersama orang-orang musyrik juga, terpisah jauh dari anak mereka yang telah beriman kepada Allah.

Dalam hadith At Tarmizi dinyatakan bahwa ayat ini diturunkan mengenai Saad bin Abi Waqas dan ibunya yang bernama Hamnah binti Abu Sufyan. Saad Bin Abi Waqas telah pun memeluk Islam dan tergolong dalam orang-orang yang mula-mula masuk Islam dan dia sangat berbakti kepada ibunya. Ibunya telah berkata kepadanya, apalah gunanya agamamu yang baru ini? Demi Allah, aku tidak mahu makan dan tidak mahu minum, sehinggalah engkau kembali kepada agamamu yang dulu, atau biarkan aku mati daripada malu sepanjang masa. Lalu selama beberapa hari lamanya ibu Saad Bin Abi Waqas berkeadaan demikian. Saad bin Abi Waqas pun berkata kepada ibunya, wahai ibu, sekiranya ibu mempunyai 100 nyawa dan dia akan keluar senafas-senafas, saya tidak akan meninggalkan agama saya. Lebih baik ibu makan kalau ibu suka dan kalau tidak suka makan, janganlah ibu makan. Lalu Allah pun menurunkan ayat ini menyuruh orang berbuat baik kepada ibu bapa tetapi jangan sekali-kali mengikut suruhan mereka untuk menyekutukan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu,tidak dipandang apakah mereka berkeluarga atau pun tidak, ada hubungan darah ataupun tidak, asalkan ia beriman dan beramal soleh dan tidak menyekutukan Allah, nescaya Allah akan memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang baik, iaitu kumpulan ahli syurga bersama dengan mereka.

Okay, sisters. Mari kita lihat balik ayat 2 dan 3 surah ini. ‘apakah manusia itu mengira bahwa mereka tidak akan dibiarkan saja mengaku beriman, padahal mereka belum lagi diuji? Sesungguhnya telah diuji, telah diberikan cubaan akan umat yang terdahulu dari mereka. maka dibuktikanlah oleh Allah siapakah yang benar-benar beriman dan siapakah yang berdusta.

di sini nampak ujian keimanan yang ditempuh oleh Saad Bin Abi Waqas di dalam kasih sayang terhadap ibunya. Kalau imannya tidak kuat, nescaya akan lunturlah kerana tidak tahan melihat ibunya mati kelaparan.

Allah sudah bagitahu bahwa ujian dan cabaran itu akan datang kepada manusia dari pelbagai sudut kehidupan. Sejak dari zaman dahulu sehinggalah sekarang. Contohnya kita sekarang ini yang hidp di zaman moden dan pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan. Keimanan benar-benar teruji. Agama telah menentukan dengan jelas batas pergaulan di antara lelaki dengan perempuan. Ini supaya tidak berlakunya bergaulan bebas sebelum nikah, yang akan menghasilkan gejala yang sangat dahsyat. Pergaulan di luar nikah itu maknanya zina. Dan zina adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan sesat. Tetapi hidup di zaman moden ini telah membukakan segala dinding yang menutup batasan pergaulan. Pegaulan di luar nikah sudah semacam menjadi kebiasaan sehingga ada yang menganggap bahwa zina itu tidak salah. Para pemuda yang masih berkeras mempertahankan nilai-nilai ajaran agama, akan diejek dan dituduh kolot, tidak moden dan ketinggalan zaman.

Orang-orang yang mempunyai cita-cita tinggi, supaya hukum Allah tertegak di dalam masyarakat sebegini memang memerlukan kesabaran dan ketaqwaan yang tinggi. Kerana perlu melalui halangan dan tentangan yang besar. Dan sesungguhnya di akhir zaman ini, tidak ramai yang mahu menegakkan agama Allah, semuanya mahu mengikut arus kemodenan dan akhirnya hanyut bersama kesesatan tanpa disedari. Dan ada kalanya juga, pemerintah negeri sendiri yang terdiri dari orang Islam, mereka lah yang kuat menentang dan memandang ianya sebagai ancaman dan bahaya besar kalau Islam ditegakkan di negara mereka.  

Di sinilah kita disuruh merenung kembali ayat 6 di atas tadi. Iaitu barang siapa yang berjihad, iaitu berkerja keras, bersungguh-sungguh memperjuangakan keyakinan dan keimanannya sendiri, walaupun dengan rasa takut-takut yang ada di dalam diri, maka hasil dari perjuangannya itu adalah untuk kemaslahatan dirinya sendiri juga. Kalaulah ia hanya berdiam diri, tidak berjuang melawan rasa takut, maka dia akan terbenam dan iman di dalam dirinya akan terancam. Lama-lama akan hilang. Tetap kalau ia berjuang, berani menghadapi segala kemungkinan, tidak ada jaminan yang ia akan kalah atau binasa. Dan kalaupun ia binasa, misalnya mati, maka matinya adalah mati syahid. Mati yang mulia. Dan  kalaulah ia hidup setelah berakhirnya ujian merbahaya yang dihadapinya, tingkat keimanannya akan bertambah. Dan darjatnya juga di akhirat akan dinaikkan. Tidakkah ia beruntung? Mati untung, tak mati pun untung.

Begitulah yang terjadi pada sahabat Rasulullah ini, iaitu Saad Bin Abi Waqas. Yang menang imannya menghadapi perasaan belas kasihnya kepada si ibu tercinta. Akhirnya Saad telah mendapat kedudukan yang istimewa. Di sisi Rasulullah , Saad adalah termasuk dalam golongan sepuluh sahabat yang terdekat dengan Rasulullah. Namanya tekenal dalam perjuangan kerana dialah yang menakluk Persia dan merebut istana Kisra. Dia termasuk dalam sahabat-sahabat Rasulullah yang dijamin masuk syurga. MasyaAllah tabarakallah!












Al Ankabut Ayat 10 Dan 11

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
10 - Dan ada sebahagian dari manusia yang berkata: "Kami beriman kepada Allah"; kemudian apabila ia diganggu dan disakiti pada jalan Allah, ia jadikan gangguan manusia itu seperti azab seksa Allah (lalu ia taatkan manusia). Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu memberi kemenangan kepadamu, mereka sudah tentu akan berkata: "Kami adalah sentiasa bersama-sama kamu". (Mengapa mereka berdusta?) Bukankah Allah lebih mengetahui akan apa yang terpendam dalam hati sekalian makhluk?

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ
11 - Dan sesungguhnya Allah mengetahui akan orang-orang yang beriman, dan sesungguhnya Ia mengetahui akan orang-orang yang munafik.

Allah menceritakan pula tentang perangai orang-orang munafik. Iaitu ada di antara orang-orang munafik itu, mula-mula dia mengaku beriman dengan Allah hanya dengan mulutnya sahaja tetapi apabila mereka didatangi suatu ujian, cubaan atau fitnah di dunia ini, mereka mula gelisah. Mula panik. Lalu akhirnya tak dapat mempertahankan agama Allah. Disangkakannya fitnah itu adalah seksaan Allah kepada mereka. Lalu mereka memilih untuk murtad, keluar dari agama Islam dan menjadi kufur kembali.

Kalau seseorang itu benar-benar beriman, hendaklah mereka bersabar apabila menghadapi sesuatu bahaya atau ujian yang Allah bagi. Janganlah menganggap hal itu sebagai seksa dari Allah. Memanglah bagi kaum munafik bahwa adanya fitnah atau tekanan manusia ke atas mereka, menyebabkan mereka menolak keimanan. Tetapi bagi orang-orang mukmin seksa Allah itulah yang menyebabkan mereka menolak daripada menjadi kufur.

Apabila ujian sudah reda dan keadaan sudah pulih, ataupun kemenangan sudah berpihak kepada orang yang beriman, mereka akan segera pula datang dan mengaku yang mereka beriman pula. Mereka akan kata yang ujian yang ditimpakan serta fitnah yang melanda itu adalah kecil sahaja. Mereka kata yang walaupun pada hakikatnya nampak mereka sudah tidak mengikut para mukmin, tetapi sebenarnya mereka tetap berada dalam Islam. Inilah golongan yang hipokrit.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui iman mana yang sejati, yang rela menghadapi pahit manis, rela berkorban apa saja demi agama Allah. Tahan menderita kerana mempertahankan keyakinan. Tidak berganjak walaupun besar gempanya. Tidak berundur walau banyak ancaman. Tidak menjual pendirian kerana pujukan harta dan kemuliaan yang palsu dan sementara.

Allah akan memberikan pahala kepada orang-orang yang sabar itu kerana sentiasa menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Tetapi siapa yang menderhakai Allah dengan melakukan maksiat semasa ia menerima ujian yang berat dan tidak dapat bersabar, dan inilah perangai orang munafik, maka Allah akan memberikan pembalasan yang setimpal kepadanya.

Okay, sisters. Seperti yang kita tahu surah Al Ankabut ini diturunkan di Mekah. Semasa baginda nabi di Mekah belum ada lagi orang-orang yang munafik. Sesudah baginda berpindah ke Madinah barulah terdapatnya orang munafik. Namun ayat ini diturunkan semasa nabi masih di Mekah. Rupa-rupanya Allah sudah mengingatkan kepada Nabi tentang orang-orang munafik ini awal-awal lagi. Begitu bahaya kaum munafik ini supaya kaum yang telah mengaku beriman itu jangan sampai dilandan penyakit seperti orang munafik itu.










Al Ankabut Ayat 12

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
12 - Dan berkata pula orang-orang yang kufur ingkar kepada orang-orang yang beriman: "Ikutlah jalan agama kami, dan kami sedia menanggung kesalahan-kesalahan kamu (kalau kamu mengira perbuatan itu salah)". Padahal mereka tidak akan dapat menanggung kesalahan orang-orang yang bersalah itu sedikitpun, dan sesungguhnya mereka adalah berdusta.

وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
13 - Dan sesungguhnya mereka akan menanggung beban-beban dosa mereka dan beban-beban (dosa orang-orang yang mereka sesatkan) bersama-sama dengan beban-beban dosa mereka sendiri; dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat kelak tentang apa yang mereka pernah ada-adakan secara dusta itu.

Allah menceritakan bagaimana orang-orang Quraisy ini berusaha untuk memujuk rakan-rakan yang telah beriman dan mahu mengikuti petunjuk baginda Nabi Muhammad saw untuk kembali semula ke agama asal mereka menyembah berhala. Orang-orang Quraisy ni kata yang mereka sanggup memikul dan menanggung dosa mereka asalkan mereka sanggup kembali menyembah berhala.

Padahal mereka tidak sedar bahwa dosa mereka sendiri pun sudah tidak terpikul oleh mereka. Sesungguhnya itu semua pengakuan mulut saja. Janji manis yang tidak dapat ditunaikan. Kerana di hujung ayat 13 Allah dah bagitahu bahwa mereka ini sesungguhnya pendusta.

Orang yang mahu mengikut ajakan yang seperti itu hanyalah orang yang bodoh. Orang yang beriman sejati tidak akan dapat dipujuk dengan cara demikian. Dan Allah bukanlah buta dan bukan pula zalim nak memindahkan tanggungjawab kepada orang lain atas dosa yang dibuat oleh orang lain pula.

Bahkan mereka sendiri yang bersikap kufur itu, menanggung beban dosa yang amat berat hasil perbuatan mereka sendiri. Beban dosa kerana kederhakaan dan kekufuran dari keras kepala mereka tidak mahu menerima kebenaran. Mereka juga menipu, memujuk dan merayu orang lain supaya mengikut ajakan mereka. Orang yang bodoh yang mereka perbodohkan lalu terjerumus ke dalam dosa kerana ajakan mereka, itupun tambahan dosa yang akan dipikul mereka juga. Dan orang lain yang tertipu dengan pujukan mereka pun berdosa juga. Kerana mereka telah diberikan akal untuk berfikir.

Jadi dakwaan mereka bahwa mereka sanggup memikul dosa orang lain asal mahu kembali menyembah berhala itu, adalah perkataan yang benar-benar dusta. Ini kerana azab seksa terhadap dosa itu sangatlah besar dan sangatlah berat. Kalaulah mereka tahu dan fahami ancaman Allah yang disampaikan oleh nabi-nabi tentang azab seksa neraka itu, tentu mereka tidak akan mahu berjanji untuk memikul dosa orang lain. Tak seorang pun yang berani. Sebab bebanan dosa mereka sendiri saja sudah sangat azab dan ngeri, bagaimana pula nak menyanggupi memikul dosa orang lain.











Al Ankabut Ayat 14 Dan 15

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
14 - Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya, maka tinggalah ia dalam kalangan mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun; akhirnya mereka dibinasakan oleh taufan sedang mereka berkeadaan zalim (dengan kufur derhaka).
فَأَنجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَآ ءَايَةً لّـِلْعَالَمِينَ
15 - Maka dengan itu Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya yang turut bersama dalam bahtera, dan Kami jadikan bahtera itu satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Kami dan memberi pengajaran insaf) kepada sekalian makhluk.

Mula dari ayat 14 ini Allah menceritakan betapa hebat perjuangan dan jihad nabi-nabi dalam menyebarkan syiar Islam. Dimulai dengan kisah Nabi Nuh kerana Nabi Nuh adalah nabi yang mula-mula sekali membawa syariat.

Di dalam surah Asy Syu’ara ayat 13, Allah ada menerangkan bahwa syariat agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw adalah sama syariatnya dengan Nabi Nuh. Demikian juga Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa iaitu rasul-rasul yang mempunyai tugas penting, melebihi nabi dan rasul yang lain. Kelima-lima nabi yang disebutkan ini adalah disebut sebagai Ulul Azmi.

Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun lamanya. Suatu umur yang sangat panjang jika dibandingkan dengan umur manusia zaman sekarang. Sebagai seorang mukmun yang beriman teguh kepada Al Quran tentu kita akan percaya dengan tidak bertanya lagi akan umur Nabi Nuh yang demikian panjang itu. Ini kerana Allah sendiri yang bagitahu di dalam Al Quran dan bukannya sesuatu yang direka-reka oleh utusanNya.

Walaupun Nabi Nuh berusia 950 tahun namun usaha berdakwah yang selama itu hanya memberikan hasil yang sedikit saja orang yang beriman. Yang sedikit itulah yang disuruh masuk ke dalam bahtera untuk diselamatkan dari ancaman bah besar. Orang yang tidak ikut masuk ke dalam bahtera itu, semuanya tidak akan selamat. Semuanya menerima kehancuran. Mereka semua dilanda taufan dan bah yang ganas lagi menggunung, tenggelam ke dalam laut ketika air telah meliputi seluruh permukaan bumi. Sepertimana yang sisters telah ketahui, hal ini telah dikisahkan lebih panjang terdahulu di dalm surah Hud dan juga Surah Al Mukminun. Mengapa mereka semua menerima kehancuran dan ditarik ke dalam seksa bah yang besar itu? Tidak lain kerana kezaliman mereka, perbuatan aniaya yang telah mereka lakukan.

Nabi Nuh bersama dengan pengikutnya telah masuk ke dalam bahtera itu, yang telah dibina bertahun-tahun lamanya oleh Nabi Nuh. Dan mereka telah diselamatkan Allah dari bencana bah tersebut. Yang lain semuanya telah dihancurkan. Tidak ada lagi. Manusia yang tinggal hanyalah manusia yang menjadi pengikut Nabi Nuh yang berada di dalam bahtera itu saja. Termasuk Nabi Nuh juga. Setelah taufan dan bah besar itu reda dan surut, maka turunlah mereka ke mukabumi kembali menjalani hidup sehari-hari seperti biasa dan beranak pinak di kalangan mereka.  Jadi dapatlah kita simpulkan di sini bahawa, manusia yang lahir sekarang adalah dari keturunan pengikut-pengikut Nabi Nuh yang terselamat dari bencana bah tersebut.

Sehingga hari ini, ramai cendikiawan dan para ahli sejarah yang masih terus menyelidiki tentang di manakah terkandasnya bahtera Nabi Nuh ini di ketika banjir besar mulai surut dan mengering.  Qatadah berpedapat mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh itu masih ada sampai era aawal kemunculan Islam, di atas Gunung Judi. Kalau di zaman ini ianya dikenali sebagai Gunung Ararat, terletak di sempadan Republik Turki dengan Rusia. Meskipun bahtera itu sendiri telah lenyap, dan ada juga yang mengatakan bahtera itu telah menjadi fossil, namun usaha penyelidikannya masih tetap berjalan.










Al Ankabut Ayat 16 Hingga 18

وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
16 - Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Sembahlah kamu akan Allah dan bertaqwalah kepadaNya; yang demikian itu adalah baik bagi kamu jika kamu tahu (membezakan yang baik dari yang buruk).

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
17 - "Kamu hanyalah menyembah berhala-berhala yang diperbuat oleh orang, tidak menyembah Allah yang mencipta segala-galanya, dan kamu hanya mengadakan penyembahan yang dusta. Sesungguhnya mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah itu, tidak berkuasa memberi rezeki kepada kamu; oleh itu carilah rezeki dari sisi Allah, dan sembahlah akan Dia, serta bersyukurlah kepadaNya; (ingatlah), kepada Allah jualah kamu akan dikembalikan.

وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
18 - "Dan jika kamu terus-menerus mendustakan (ajaran agama Allah yang aku sampaikan kepada kamu), maka sesungguhnya umat-umat yang sebelum kamu telah juga mendustakan (Rasul-rasulnya); dan (ingatlah) tugas Rasul hanya menyampaikan dengan penjelasan yang terang nyata".

Allah mengisahkan pula tentang perjuangan Nabi Ibrahim yang digelar sebagai Khalilullah, iaitu sahabat karib Allah, kerana usaha beliau yang selalu bersungguh-sungguh untuk mendekatkan diri beliau kepada Allah. Nabi Ibrahim ini telah menyeru kaumnya supaya menyembah Allah dan tidak menyembah yang lain selain dari Allah. Kerana Allah lah yang menciptakan semua makhluk yang ada di mukabumi ini. Nabi Ibrahim juga menyeru kaumnya supaya bertaqwa hanya kepada Allah kerana Allah tidak bersekutu dengan sembahan yang lain dalam mentadbir alam ini. Jadi mereka tidaklah patut menyembah yang lain selain Allah.

Jika Allah saja yang mereka sembah dan hanya kepada Allah saja mereka bertaqwa, maka itulah jalan sebaik-baiknya bagi mereka untuk keselamatan hidup di dunia dan juga di akhirat nanti. Dengan bertaqwa hanya kepada Allah saja maka terhindarlah mereka dari kejahatan dan akan terbukalah hati mereka kepada hakikat kebenaran. Itulah yang baik bagi mereka jika mereka mengetahui. Itulah sebabnya maka Nabi Ibrahim memberitahu kaumnya sehingga berubahlah pandangan hidup mereka yang salah kepada yang benar.

Yang mereka sembah selama ini adalah berhala. Berhala yang mereka sendiri yang reka dan buat dan dirikian dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka beri nama. Padahal berhala itu mereka buat daripada batu atau kayu. Memang mereka sendiri yang buat berhala itu. Dan mereka sembah pula?Mereka bagi nama dan lepas itu mereka anggap berhala itu sebagai tuhan mereka? Bukankah perbuatan itu hanya dusta semata?

Alangkah bodohnya orang yang menyangka berhala itu tuhan mereka. Dan menjadi pemberi rezeki kepada mereka. Padahal berhala itu dibuat oleh yang meminta rezeki itu sendiri? Berhala itu memang patung tegak yang tidak berdaya untuk bergerak sendiri, mengangkat tangannya sendiri, melangkahkan kakinya sendiri…… dan mereka kata berhala itu berkuasa untuk memberikan mereka rezeki??? Padahal ianya adalah makhluk Allah, sama juga keadaannya dengan orang yang meminta itu sendiri.

Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang memberi rezeki. Yang berkuasa memberikan mereka rezeki. Maka sembahlah Allah untuk mendapatkan rezeki mereka itu. Beribadatlah hanya kepada Allah. Bersyukur dan berterimakasihlah kepada Allah atas segala pemberian nikmat yang telah dikurniakan kepada mereka. Dan ingatlah, hanya kepadaNya saja lah yang mereka semua akan kembali.

Kehidupan di dunia akan berakhir danmereka akan dipanggil Allah kembali kepadaNya jika datang waktunya. Bercerailah badan dengan nyawa. Badan akan kembali ke tempat asalnya iaitu tanah. Nyawa pula kaan kembali ke sumbernya iaitu Yang Maha Pencipta. Setelah itu akan melalui alam kubur, kemudian kiamat, dan setelah itu hari penghisaban.

Maka mana-mana yang mendustakan rasul-rasul mereka, sesungguhnya mereka akan diseksa. Kerana umat-umat yang terdahulu yang pernah mendustakan rasul mereka iaitu kaum Nabi Nuh tadi, kaum nabi Hud, kaum nabi Saleh dan lain-lainnya, semuanya telah ditimpakan azab dan seksa. Maka peraturan Allah pasti akan berlaku juga kepada seluruh makhlukNya dengan menyelamatkan RasulNya bersama-sama pengikutnya. Dan dengan membinasakan orang-orang yang derhaka kepada Allah dan rasulNya.

Adapun tugas para rasul itu hanyalah menyampaikan perutusan Allah dengan jelas sahaja. Mereka hanya menjalankan perintah Allah, dan mereka tidak akan menerima sebarang kerugian pun. Tetapi bagi kaum mereka yang telah engkar dan mendustakan para rasul itulah yang akan mengalami kerugian dan penyesalan yang amat besar.












Al Ankabut Ayat 19 Dan 20

أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
19 - Tidakkah mereka melihat dan memikirkan bagaimana Allah mencipta makhluk-makhluk pada mulanya, kemudian Ia akan mengulanginya kembali (hidup semula sesudah matinya)? Sesungguhnya yang demikian itu amatlah mudah bagi Allah.

قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
20 - Katakanlah: "Mengembaralah kamu di muka bumi, serta lihatlah bagaimana Allah telah memulakan ciptaan makhluk-makhluk dari asal jadinya; kemudian Allah akan memulakan ciptaan itu semula (pada hari akhirat) dalam bentuk kejadian yang baharu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Ayat ini mengajak manusia - kita - untuk mencari Allah dengan merenungi dan memerhatikan keadaan alam semesta kejadian Ilahi. Allah tidaklah dapat dilihat dengan mata kasar kita. Untuk meyakinkan adanya Allah, hendaklah kita perhatikan alam ciptaan Allah. Di awal ayat 19 ini, kita dianjurkan untuk memerhatikan bagaimana Allah memulai penciptaannya. Terdapat banyak permulaan ciptaan Allah yang sangat ajaib, yang begitu mustahil namun begitu teratur dan mengagumkan kalau ianya terjadi dengan sendiri.

Umpamanya permulaan penciptaan ayam daripada sebutir telur. Jika sebutir telur dipecahkan maka akan kelihatan zat kuning dan putih telur sahaja. Kalau direbus, yang kuning itu akan mengeras menjadi seperti tepung kuning dan putih telur akan membalut kuning telur itu dan ianya boleh dibuat sebagai makanan. Tetapi kalau telur itu dimasukkan ke dalam eraman ibu ayam dalam ukuran beberapa hari, zat yang terkandung di dalam telur itu akan berubah. Putih telur dan kuning telur yang kita lihat tadi akan menghilang. Yang ada ianya akan keluarlah daging, mata, kaki, paruh dan akan lengkap sebagai anak ayam.

Begitulah pergerakan permulaan penciptaan dari sebiji telur sampai kemudian menjadi ayam dan kemudian diberikan nyawa oleh Allah. Ajaib sekali dipandang mata. Apabila sudah cukup masa yang ditetapkan, anak ayam itu dengan sendirinya akan mematuk kulit telurnya hingga pecah dan akan keluar perlahan-lahan dari sarang telurnya lalu mengeluarkan bunyi pula.

Itu baru anak ayam yang kita kaji dan perhatikan. Apatah lagi permulaan penciptaan manusia itu sendiri. Sungguh menakjubkan. Dari tititsan air mani yang berpadu, dari dalam diri seorang perempuan dan seorang lelaki , terkumpul di dalam rahim peranakan perempuan. Dalam sekian hari membesar menjadi segumpal air pekat, kemudian bertukar menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian dagin itu beransur tumbuh tulang dan organ di dalam daging itu. Setealh 3 kali 40 hari mulailah ia diberikan Allah nyawa dan setelah 9 bulan 10 hari, lahirlah ia ke dunia. Bukan sebagai segumpal daging tetapi sebagai manusia yang lengkap beranggota. Dan kemudian ia akan membesar menjadi manusia yang dicorakkan oleh kedua ibubapanya mengikut ketentuan Allah.

Semuanya ini baik telur menjadi ayam baik air mani yang bersatu menjadi manusia, semuanya adalah perkara ajaib yang tidak akan diketahui oleh kita dan tidak akan dapat difikirkan oleh kita bagiamanakah caranya ianya terjadi.

Kemudian Allah kata lagi, “....kemudian Ia akan mengulanginya kembali..’
Maksudnya bahwasanya Allah berupaya mengulangi kejadian itu kembali. Telur ayam tadi menghasilkan ibu ayam dan ibu ayam itu kelak akan bertelur pula. Manusia yang lahir tadi akan membesar dan akan berkeluarga dan beranak pinak. Dan bila sampai masanya manusia ini akan mati. Tetapi pada satu waktu kelak, manusia itu akan dihidupkan kembali dalam kejadian yang baru. Allah akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti. Semuanya itu adalah urusan yang sangat mudah bagi Allah.

Maka tidaklah mustahil jika manusia kelak dibangkitkan kembali dalam keadaan yang lain, di hari yang bernama hari kiamat. Kerana apa - apa saja yang kita lihat setiap hari sendiri pun, yang berulang-ulang kejadian tidak jugalah dapat kita mencari jawapannya, namun bagi Allah, itu adalah perkara mudah saja.

Allah menyuruh pula kita untuk melihat dan mengkaji kejadian alam semesta. Kejadian alam semesta sudah kita saksikan maka kita disuruh pula untuk mengembara dan melawat serta berjalan-jalan melihat di bahagian permukaan bumi. Saksikanlah betapa langit telah diciptakan dengan dihiasi matahari, bulan dan bintang-bintang yang tetap dan bintang-bintang yang beredar.

Begitu pula bumi yang dilengkapkan dengan gunung, lembah, sungai, lautan, hutan belantara, padang pasir, gurun sahara. pephonan, tanaman dan segala jenis haiwan dan binatang ternakan dan binatang liar. Jadi semuanya itu bukanlah terjadi dengan sendiri secara kebetulan saja. Malahan ada penciptaannya dan ada yang menjadikannya. Oleh itu siapa yang telah dapat mengadakan alam semesta yang seperti ini, maka tidak harian kalau ia juga dapat dan berkuasa mengadakannya sekali lagi.

Kalau manusia sudah insaf dan mengakui bahwa segala permulaan penciptaan itu sangat teratur dan mengagumkan, meninggalkan kesan bahwa penciptanya adalah Allah Yang Maha Berkuasa, maka tidaklah ada jalan lagi untuk memungkiri bahwa Dia lah Yang Berkuasa juga untuk membuat dan mencipta alam ini di dalam bentuk yang lain, dan mengulangi kehidupan manusia dalam alam yang lain itu. Segala yang kita pandang sulit dan mustahil, adalah terlalu senang dan mudah bagi Allah.








No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.