Surah Al Qasas Ayat 71 - 88

Al Qasas Ayat 71 Dan 73

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ

71 - Katakanlah: "Bagaimana fikiran kamu jika Allah menjadikan malam kepada kamu tetap selama-lamanya hingga ke hari kiamat; tuhan yang manakah yang lain dari Allah, yang dapat membawakan cahaya yang menerangi kepada kamu? Apakah tidak kamu dengarkan (secara memahami dan menerima kebenaran)?"

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

72 - katakanlah lagi: Bagaimana fikiran kamu jika Allah menjadikan siang kepada kamu tetap selama-lamanya hingga ke hari kiamat; tuhan yang manakah yang lain dari Allah, yang dapat membawakan malam kepada kamu untuk kamu berehat padanya? Apakah kamu tidak melihat (dalil-dalil dan bukti keesaan dan kekuasaan Allah)?"

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

73 - Dan di antara rahmat pemberianNya, Ia menjadikan untuk kamu malam dan siang (silih berganti supaya kamu berehat padanya dan supaya kamu berusaha mencari rezeki dari limpah kurniaNya, dan juga supaya kamu bersyukur.

Ayat-ayat ini masih berkisah kepada kaum musyrikin yang enggan menerima kebenaran. Allah masih menyeru mereka untuk berfikir supaya mereka menginsafi akan kekuasaan Allah yang mutlak itu. Allah kata jika Allah menjadikan malam itu tanpa siang, terus menerus malam sampai ke hari kiamat dengan tidak pernah merasa siang, maka siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan cahaya bagi mereka? Adakah kekuasaan lain selain dari Allah yang sanggup dan tahu mendatangkan cahaya? Cubalah mereka fikirkan. Dapatkah kiranya berhala-berhala yang mereka puja itu memberikan mereka cahaya untuk menerangi kegelapan itu? Dapatkah tuhan mereka selain dari Allah menerbitkan matahari lain untuk mereka?

Apakah mereka tidak mahu mendengarkan dan memahami? Tentang betapa dahsyatnya nanti jika misalnya terjadi demikian, iaitu malam terus menerus, gelap gelita tanpa cahaya. Cahaya matahari tidak ada, cahaya bulan tidak ada, cahaya bintang tidak ada, segala sesuatu hening dan senyap sunyi di kiri kanan kita. Ke mana saja mata memandang tidak ada yang kelihatan. Maka yang tajam pada waktu itu ialah deria pendengaran kita. Kerana itu maka penutup ayat 71 ini ialah apakah tidak kamu dengarkan?

Lalu pada ayat 72 Allah kata pula, bagaimana sekiranya Allah jadikan bumi ini berkeadaan siang terus menerus pula sampai ke hari kiamat. Matahari tidak berganjak di tengah-tengah langit. Ataupun secara ilmu pengetahuannya bumi tidak bergeerak mengelilingi matahari. Berada di tempat yang sama selama-lamanya sampai hari kiamat. Bagaimana agaknya yang akan jadi dengan hidup manusia?

Oleh kerana itu, manusia disuruh berfikir, disuruh menuntut ilmu untuk menyelidiki kemungkinan itu, tentu manusia yang berpengetahuan akan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa tidak mungkin peraturan yang telah ada ini akan diubah lagi. Maksudnya tidak mungkin ada kekuasaan Tuhan yang lain yang sanggup menghentikan putaran alam dan cakerawala.

Ini kerana putaran alam dan cakerawala yang dijadikan Allah kini sudah sangat sempurna. Tidak ada Tuhan yang lain yang dapat mengubah kecuali jika Allah sendiri yang hendak mengubah perjalanan itu. Tetapi tidak tuhan yang lain yang dapat menghalanginya.

Maka oleh kerana siang hari yang terang benderang, jauh dan dekat, warna dan warni, panjang dan lebar jelas nampak oleh mata, maka sebab itu Allah mengajukan pula pertanyaan di akhir ayat 72 ini dengan pertanyaan apakah kamu tidak melihat?

Lalu di dalam ayat 73 Allah memberitahu bahwa di antara rahmat Allah yang dikurniakan kepada manusia adalah adanya malam dan siang yang dijadikanNya datang silih berganti. Waktu malam merupakan suasana yang gelap, mendatangkan ketenangan yang sesuai untuk manusia berehat setelah badan penat bekerja pada waktu siang.

Manakala waktu siang pula merupakan suasana terang benderang, memudahkan pula untuk manusia melihat sesuatu dengan jelas, dapat bekerja dan berusaha mencari rezeki dan penghidupan masing-masing, yang telah dibahagi-bahagikan oleh Allah kepada makhluk Nya dengan kelimpahanNya.

Mudah-mudahan dengan adanya rahmat Allah, dapatlah manusia berterima kasih, kerana telah banyak menerima budi yang patut dibalas.  Allah tidak sekali-kali mengharapkan pembalasan. Tetapi apa yang patut dilakukan sebagai tanda syukur dan berterima kasih itu hendaklah manusia memuji Allah setulusnya dan seikhlas hati tanpa menyekutukanNya.

Al Qasas Ayat 74 Dan 75

وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ

74 - Dan (ingatlah) pada hari (kiamat), Allah akan menyeru mereka lalu bertanya: "Mana dia sekutu-sekutuKu yang kamu sifatkan mereka (menjadi tuhan dan dapat memberikan pertolongan)?"

وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا فَقُلْنَا هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

75 - Dan (pada hari itu) Kami keluarkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan (kepada golongan yang kafir): "Bawalah keterangan dan bukti kebenaran kamu". Maka (pada saat itu) ketahuilah mereka bahawa kebenaran (hak ketuhanan) itu tertentu bagi Allah, dan (dengan itu), hilang lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan secara dusta dahulu.

Pada hari kiamat nanti Allah akan menyeru kepada orang-orang musyrik, supaya mereka memanggil berhala-berhala, patung-patung dan apa saja yang menjadi sembahan mereka selain Allah itu, kemudian Allah menyuruh mereka ini untuk meminta tolong dari sembahan mereka untuk melepaskan mereka dari azab dan seksa semasa di akhirat nanti.

Seruan ini tidak lain merupakan celaan dan memberi malu di depan khalayak ramai, untuk menunjukkan betapa sesat dan kelirunya orang-orang yang menyembah selain Allah itu, yang terang-terang menarik kemurkaan Allah.

Pada hari kiamat itu juga nanti Allah akan mengeluarkan orang-orang , iaitu para Nabi dan Rasul, yang akan menjadi saksi atas perbuatan umatnya samada telah menerima mahupun menolak akan seruan mereka agar bertuhankan Allah dan mempercayai utusanNya. Mereka diminta supaya menunjukkan alasan dan bukti kebenaran mengenai dakwaan mereka, bahwa Allah ada mempunyai sekutu.

Apabila mereka diminta memberikan bukti, tentu saja mereka itu akan kebingungan dan tidak dapat memberikan jawapan. Apa yang sudah jelas bagi mereka, bahwa amalan mereka selama ini adalah salah dan sesat. Maka tahulah mereka bahwa kebenaran itu bagi Allah, apayang diberitakan oleh Allah adalah benar, dan tidak ada sesuatu apa pun yang menyekutukanNya.

Akhirnya segala puja-pujaan yang mereka agung-agungkan dan berhala yang mereka reka-rekakan di dunia dahulunya lenyap, tidak akan muncul.

Al Qasas Ayat 76

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

Sesungguhnya Qarun adalah ia dari kaum Nabi Musa, kemudian ia berlaku sombong dan zalim terhadap mereka; dan Kami telah mengurniakannya dari berbagai jenis kekayaan yang anak-anak kuncinya menjadi beban yang sungguh berat untuk dipikul oleh sebilangan orang yang kuat sasa. (Ia berlaku sombong) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah engkau bermegah-megah (dengan kekayaanmu), sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang bermegah-megah. (seperti lagakmu itu).

Allah menceritakan tentang Qarun, yang menjadi sombong dan bongkak dengan kekayaan yang dimilikinya. Firaun dan Qarun ini sama-sama lupa bahwa nikmat kekuasaan bagi mereka adalah anugerah dari Allah semata. Bukannya dari kekuasaan mereka sendiri. Kerana mereka ini cuma manusia yang bersifat lemah. Yang tidak mempunyai kuasa apa-apa pun.

Ada riwayat mengatakan bahwa Qarun ini adalah anak saudara Nabi Musa. Dan ada pula yang mengatakan bahwa Qarun adalah bapa saudara terdekat Nabi Musa. Tetapi yang jelas ia adalah dari kaum Nabi Musa. Orang yang terdekat dengan Nabi Musa dari golongan Bani Israel.

“...Sesungguhnya Qarun adalah ia dari kaum Nabi Musa,”

Tak kira lah samada Qarun ni bapa saudara nabi Musa ataupun anak saudara Nabi Musa, ianya tidak penting. Cukup dengan Allah memberitahu kita bahwa Qarun adalah dari kaum Nabi Musa untuk mengetahui bahwa dia adalah dari kalangan pengikut Nabi Musa sendiri pada mulanya.

Oleh kerana dia telah mulai mendapat kekayaan, maka kaumnya sendiri, yang selama ini telah sehidup semati dalam kepimpinan Nabi Musa, akhirnya tidak rapat lagi hubungan mereka dengan Qarun. Mereka dengan Qarun telah renggang. Ini adalah semata-mata kerana taraf kekayaan. Kebanyakan dari kaum Nabi Musa ini terdirii dari golongan yang miskin dan lemah. Jadi ini membuatkan Qarun yang kaya raya itu mulai menyisihkan diri kerana mabuk dengan kekayaan.

Di sini Allah menggambarkan kepada kita bahwa Allah telah mengurniakan harta dan kekayaan berupa perbendaharaan yang tidak terkira banyaknya kepada Qarun. Perbendaharaan itu disimpan di dalam gudang-gudang yang tertutup dan terkunci. Anak kuncinya saja, kerana banyaknya, sampaikan tidak terpikul oleh sekumpulan orang yang berbadan kuat dan tegap, sebab terlampau berat. Itu kuncinya saja, sisters.  Maka bayangkanlah berapa banyak pula harta kekayaan yang terkunci di dalam gudang-gudang itu.  

Oleh kerana telah kaya itulah maka Qarun telah menyisihkan diri dari kaumnya. Kononnya tidak setaraf. Qarun kaya dan berada di puncak tinggi kekayaan, sementara orang yang miskin dipandangnya hina dan rendah.

Tabiat Qarun ini, kalau dia membeli barang-barang dari si miskin, dia akan membelinya dengan harga yang rendah dan murah. Kalau dia memberi upah, diberinya upah sejumlah wang yang kecil saja. Dan kalau dia memberi, diberinya sedikit saja, sehingga tidak mencukupi. Kalau orang datang hendak meminta sesuatu, dari jauh dia sudah tahu. Lalu dia akan menyatakan kekesalannya, tidak mahu diganggu. Kalau dia berjanji akan memberi, ditangguh-tangguhkan janjinya itu sampai orang yang menagih janji itu menjadi bosan. Semuanya itu adalah termasuk perangai orang yang gila pada kekayaan.

Satu lagi sikap Qarun yang buruk dan tidak disenangi kaumnya ialah sikapnya yang bongkak dan suka berlagak menunjuk-nunjukkan kekayaannya. Membangga-banggakan hartanya dengan menayang pakaiannya yang labuh dan panjang, yang dihelanya sewaktu berjalan-jalan sehingga menyapu lantai. Perbuatan demikian adalah tercela.

Meskipun Qarun orang yang pandai dan terpelajar dalam kalangan kaum Bani Israel, yang tentunya dia faham dan mengerti akan hukum-hukum agama hasil pembacaannya yang banyak dalam kitab Taurat, namun perangainya yang sombong dan bongkak itu menyebabkan dia mendapat teguran dari kaumnya yang dianggapnya kurang pandai dari dirinya.

Mereka menegur Qarun dengan mengatakan janganlah ia terlalu suka, dengan memboroskan harta kekayaannya, kerana harta itulah yang akan menjadikan ia abdi kepadanya. Untuk mencintai daki dunia, sehingga ia lupa kepada kewajiban dan urusan akhirat, lupa kepada perintah yang diredhai Allah.

Al Qasas Ayat 77

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

"Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia; dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan ".

Qarun ditegur oleh rakan-rakannya lagi oleh kerana sikapnya yang sudah melampaui batas.

“Harta benda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu janganlah engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Sesudah dunia ini engkau akan pulang ke akhirat. Harta benda dunia ini, sedikit ataupun banyak hanya akan tinggal di dunia saja. Tidak ada pun yang boleh dibawa ke akhirat. Sebab itu, pergunakanlah harta bendamu itu untuk membina hidup di akhirat. Berbuat baiklah, nafkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Nescaya jika engkau mati kelak segala amal yang dibuat di dunia akan dibawa ke akhirat dan engkau akan dapati ianya bukan satu tapi berlipat ganda di sisi Allah. Dan untuk dunia pula, janganlah dilupakan. Tinggallah dalam rumah yang baik, pakailah kenderaan yang baik dan semoga semuanya itu diberi puncak kebahagiaan dengan isteri yang setia.”

“Dan janganlah engkau mencari-cari kerosakan di muka bumi dengan segala perbuatan yang akan merugikan orang lain, yang akan memutuskan silaturrahim, membuat aniaya, menyakiti hati sesama manusia, membuat onar, menipu dan mencari keuntungan semata-mata untuk diri sendiri dengan melupakan kerugian orang lain, semuanya ini adalah perbuatan yang merosak.

Walaupun ayat ini Allah menceritakan tentang teguran rakan-rakan kepada Qarun, tetapi kalau dijiwai dengan halus, Allah juga menujukan ayat ini kepada hamba-hambaNya yang lain yang mentadabbur ayat ini. Iaitu kita. Supaya dijadikan panduan.  

Di akhir ayat Alalh bagitahu lagi bahwa Allah tidak menyukai orang yang membuat kerosakan di muka bumi. Allah tidak akan sekali-kali memuliakan mereka yang berbuat bencana. Sebaliknya mereka ini akan dihinakanNya, dijauhkan dari memperolehi rahmat dan belas kasihanNya, bahkan mereka akan mendapat seksaan yang pedih, yang setimpal dengan kejahatan yang mereka lakukan.

Okay, di dalam ayat ini Allah telah mengatakan bahwa Allah tidak menyukai orang yang suka membuat kerosakan di muka bumi Allah. Jadi maknanya Allah sudah bagitahu dengan jelas supaya manusia TIDAK membuat kerosakan. Jadi,sekiranya manusia itu tetap melakukan kerosakan juga, maka…. tunggulah balasan Allah yang bakal tiba nanti. Kerana Allah sudah bagi amaran. Jangan. Balasan Allah tetap akan datang. Lambat atau cepat. Dan jika hukuman Allah telah datang…. seorang pun tidak akan mampu mengelak dan menghalangnya.

Al Qasas Ayat 78

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

Qarun menjawab (dengan sombongnya): "Aku diberikan harta kekayaan ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padaku". (Kalaulah Qarun bijak pandai) tidakkah ia mengetahui dan pandai memahami, bahawa Allah telah membinasakan sebelumnya, dari umat-umat yang telah lalu, orang-orang yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta kekayaan ? Dan (ingatlah) orang-orang yang berdosa (apabila mereka diseksa) tidak lagi ditanya tentang dosa-dosa mereka, (kerana Allah sedia mengetahuinya).

Allah ceritakan di dalam ayat ini bahwa Qarun ni biarpun dia diberi nasihat oleh kaumnya agar jangan sombong, tetapi dia enggan menerima nasihat mereka. Bahkan dia bertambah-tambah lagi buruk perangainya untuk mengingkari nikmat. Dengan angkuh dia membalas nasihat mereka dengan mengatakan bahwa dia memperolehi kekayaan yang begini banyak ini adalah disebabkan kepandaian yang ada pada dirinya. dari titik peluhnya sendiri. Tidak ada kena mengena hubungannya dengan Allah. Dia telah berusaha dengan segala akal dan fikirannya dan ternyata usahanya itu berhasil.

Perangai bongkak Qarun ini samalah dengan perangai Firaun dahulu yang tidak mengakui bahwa kekayaan dan kemuliaannya adalah pemberian dari Allah. Malah dia berani mengaku bahwa dialah tuhan. Keangkuhan yang sebegini adalah keangkuhan dan kesombongan yang telah melampaui batas.

Lalu datanglah peringatan dari Allah di dalam ayat ini “....tidakkah ia mengetahui dan pandai memahami, bahawa Allah telah membinasakan sebelumnya, dari umat-umat yang telah lalu, orang-orang yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta kekayaan ?”

Qarun mengatakan bahwa kekayaannya adalah hasil dari kepandaian dan usahanya semata. Kalau memang betul demikian, tidak adakah di dalam pengetahuannya tentang berita yang diterima dari nenek moyangnya mengatakan  bahwa ramai keturunan demi keturunan yang telah dibinasakan dan dihancurkan Allah akibat dari kesombongan dan keangkuhan mereka?

Kalau Qarun mengatakan dirinya pintar, orang-orang terdahulu yang telah dimusnahkan Allah itu pun pintar juga. Kalau Qarun mengatakan dirinya kuat, keturunan yang telah dimusnahkan Allah dahulu pun kuat juga. Dan kalau Qarun mengatakan dirinya banyak mengumpul harta, keturunan yang dibinasakan Allah dahulu pun lebih banyak lagi mengumpulkan harta. Tetapi apa akhiran bagi mereka? Hancur lebur tidak ada bekasan lagi. Ini adalah kerana dosa yang telah mereka lakukan adalah amat besar. Sehinggakan sebab apa mereka ini dihukum, tidak ada orang yang bertanya lagi. Semuanya memandang bahwa hukuman yang diterima oleh mereka itu adalah patut, kerana dosa mereka sangat besar.

Allahu akbar!

Al Qasas Ayat 79 Dan 81

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

79 - Kemudian Qarun keluar kepada kaumnya dengan memakai perhiasannya. (Pada saat itu) berkatalah orang-orang yang semata-mata inginkan kesenangan kehidupan dunia: "Alangkah baiknya kalau kita ada kekayaan seperti yang didapati oleh Qarun! Sesungguhnya dia adalah seorang yang bernasib baik".

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

80 - Dan berkata pula orang-orang yang diberi ilmu (di antara mereka): "Janganlah kamu berkata demikian, pahala dari Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal soleh; dan tidak akan dapat menerima (pahala yang demikian) itu melainkan orang-orang yang sabar".

Maka keluarlah Qarun dari dalam gudang mahligainya yang megah itu dengan bongkak dan angkuh. Keluar dengan sengaja hendak menayang kekayaannya kepada orang ramai yang ada di situ. Dia berarak lengkap dengan perhiasannya yang lazim pada masa itu. Diringi para khadam dan pengiringnya, semata-mata untuk bermegah-megah di depan khalayak ramai dan ingin diagung-agungkan oleh mereka.

Melihat Qarun keluar dengan perhiasan yang amat mempesonakan itu, berkatalah orang-orang yang melihatnya dengan kekaguman, bilakah tiba giliran mereka untuk merasakan nikmat kekayaan dan kemegahan seperti itu juga. Orang-orang ini mereka ingin sekali untuk hidup seperti Qarun yang kaya raya, berhiasan penuh, berjalan dengan penuh megah seperti Qarun. Kerana mereka menyangka bahwa tujuan hidup ialah untuk mendapatkan kemegahan dunia itu saja. Padahal di dalam ayat 60 sebelum ini telah pun diterangkan bahwa semua yang kita dapat dari nikmat dan perhiasan semasa hidup di dunia adalah akan kekal tinggal di dunia saja. Tidak boleh dibawa sehingga ke akhirat. Yang kekal dibawa ke akhirat adalah amal soleh kita, ilmu yang memberikan manafaat dan sedekah jariah.

Orang-orang yang cerdik pandai, yang berilmu pengetahuan,berpandangan jauh, mereka ini tidak akan dapat ditipu oleh perhiasan di luar badan yang membungkus sesuatu di dalamnya yang tidak berisi. Tidak akan mudah diperdaya dengan perhiasan yang mengaburi jasad yang penuh kepalsuan. Lalu mereka ini memberi nasihat kepada orang-orang yang terpesona dengan kemewahan dunia itu tadi.

Mereka berkata, “celaka kamu! Kalau kamu berfikir. Dengan berfikir begitu kamu telah berpegang pada akar yang rapuh. Ketahuilah, bahwa pahala dari Allah adalah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal soleh. Padahal dari Allah juga ganjaran yang mulia, itulah yang sepatutnya menjadi tujuan dan cita-cita orang-orang yang beriman. Itulah puncak kekayaan yang sebenar. Yang terletak di dalam jiwa dan hati sanubari, yang tidak akan hilang dan tidak akan musnah, bahkan bertambah lama bertambah kukuh. Ianya tidak akan dicapai kecuali bagi orang-orang yang bersabar.”

 

Al Qasas Ayat 81

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

Lalu Kami timbuskan dia bersama-sama dengan rumahnya di dalam tanah, maka tidaklah ia mendapat sebarang golongan yang boleh menolongnya dari azab Allah" dan ia pula tidak dapat menolong dirinya sendiri.

Allah menyebutkan pula tentang kesudahan kisah Qarun. Maka terjadilah gempa bumi yang dahsyat, menyebabkan Qarun bersama-sama dengan rumahtangganya dan gudang-gudang emas berliannya itu terbenam ke dalam tanah. Hilang lesap sebagai balasan ke atas kesombongannya. Perkara ini adalah untuk menjadi tauladan kepada orang yang mahu mengambil iktibar, supaya meninggalkan sifat bermegah-megah dengan kekayaan dan perhiasan yang merupakan kesenangan hidup di dunia. Agar Allah tidak akan melesapkan kita bersama harta kekayaan kita ke dalam tanah ditelan bumi.

Sebenarnya di dunia ini ramai orang yang kurang mengendahkan tujuan harta itu digunakan lalu dibelanjakan dengan sewenang-wenangnya untuk kemegahan, malahan ada juga yang semata-mata untuk ditunjukkan. Akibatnya kemudian harta kekayaannya itu hilang lenyap dan lesap, menjadi milik orang lain.

Sebenarnya lesapnya Qarun bersama harta benda dan kekayaannya tidaklah besar ertinya jika dibandingkan dengan lesapnya seluruh umat. Ini dimisalkan kepada tiap-tiap negeri dari negeri-negeri Islam, yang dahulunya pernah dijajah oleh kuasa asing, lalu rakyatnya menjadi hamba abdi, maka kedaulatan dan kekuasaan negeri itu telah lesap. Kerugiannya lebih besar kerana ditanggung oleh seluruh umat. Sedangkan kerugian Qarun ditanggung oleh dirinya sendiri saja. Lesapnya umat sebagaimana yang telah berlaku tadi, adalah kerana kejahilan mereka terhadap ugama, tidak mematuhi hukum-hukumnya dan mencuaikan tujuan agama yang murnia.

Akhirnya Allah menyebutkan bahwa “...maka tidaklah ia mendapat sebarang golongan yang boleh menolongnya dari azab Allah" dan ia pula tidak dapat menolong dirinya sendiri. “

Maksudnya tidak ada gunanya lagi segala pengiring, khadam dan anak buah Qarun yang begitu banyak, kerana mereka semua tidak dapat membela Qarun dari ditimpa malapetaka. Dan akhirnya Qarun menerima kemusnahan serta seksa dari Allah di dalam neraka, malahan Qarun itu sendiri tidak menolong dirinya sendiri.

Al Qasas Ayat 82

وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Dan orang-orang yang pada masa dahulu bercita-cita mendapat kekayaan seperti Qarun - mulai sedar sambil berkata: "Wah! Sesungguhnya Allah memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, dan Dia lah juga yang menyempitkannya kalau tidak kerana Allah memberi pertolongan kepada kita tentulah kita akan dibinasakan dengan tertimbus di dalam tanah (seperti Qarun). Aduhai! Sesungguhnya orang-orang yang kufurkan nikmat Allah itu tidak akan berjaya!"

Kisah Qarun yang menerima malapetaka dibenamkan di dalam perut bumi bersama harta kekayaannya itu telah menjadi buah mulut orang ramai sehinggalah ke hari ini. Lebih-lebih lagi orang-orang yang ingin dan mengharapkan untuk mendapat kekayaan  sepertimana yang Allah kurniakan kepada Qarun. Mereka itu rupanya telah menyesali apa yang mereka ingin dan harapkan. Insaf setelah melihat sendiri akan kejadian yang menimpa Qarun.

Pelajaran dari peristiwa ini adalah, rupa-rupanya orang yang banyak harta dan menikmati segala kesenangan hidup di dunia ini dengan bersukaria, bukanlah ianya menunjukkan bawasanya Allah redha kepadaNya. Ini kerana Allah boleh saja memberikan kurnia dengan seluas-luasnya dengan tidak terkira banyaknya, dan Allah juga boleh untuk menahan sehingga sedikit pun tidak akan diberikanNya.  

Allah mempunyai kurnia yang luas dan Allah jugalah yang akan menyempitkan rezeki seseorang. Allah lah yang akan mengangkat darjat seseorang dan Allah juga yang akan menurunkannya. Kerana Allah lah yang mempunyai hikmat dan kebijaksanaan yang cukup sempurna, mempunyai bukti-bukti yang kuat, tidak ada sesiapa yang dapat menahan keputusan hukum dan ketetapanNya.

Kaum Bani Israel, setelah nampak jelas peristiwa kebinasaan Qarun itu maka yakinlah mereka bahwa Allah itu berkuasa untuk memberikan rezeki dan kurnianya kepada sesiapa saja yang disukaiNya dan dengan kehendakNya. Orang yang mengengkari nikmat Allah dan mendustakan RasulNya, padahal Allah telah menjanjikan pahala di akhirat, maka orang-orang yang serupa pekertinya dengan Qarun itu tidak akan mendapat untung di dunia mahupun di akhirat.

Al Qasas Ayat 83 Dan 84

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

83 - Itulah kampung akhirat, yang telah Kami sediakan bagi orang-orang yang tidak bertujuan hendak mendapat pengaruh atau kelebihan di muka bumi dan tidak ingat hendak melakukan kerosakan; dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

84 - Sesiapa yang datang membawa amal baik (pada hari akhirat) maka baginya balasan yang lebih baik daripadanya; dan sesiapa yang datang membawa amal jahat, maka mereka yang melakukan kejahatan tidak di balas melainkan dengan apa yang mereka kerjakan.

Kampung akhirat adalah kampung yang menjadi destinasi terakhir bagi setiap makhluk Allah. Tempat di mana adanya pahala atau balasan. Kampung akhirat ini disediakan Allah untuk menjadi tempat yang penuh dengan nikmat kepada orang-orang mukmin yang suka merendahkan diri, tidak angkuh dan sombong, dan tidak menginginkan untuk membesarkan diri dengan menganiaya orang, dan tidak pula suka berbuat derhaka kepada Allah. Iaitu maksiat dan keerosakan di mukabumi.

Kesudahan yang terpuji berupa syurga, dikhaskan bagi orang yang bertakwa, iaitu takut akan azab Allah dengan mengerjakan ketaatan dan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang. Ianya sekali-kali bukan untuk orang-orang yang seperti Firaun yang suka menyombongkan diri kepada Allah.

Orang-orang yang melakukan kebaikan semasa di dunia, mereka akan mendapat pahala sebagai balasannya di akhirat. Sedangkan balasan dari kebaikan itu lebih baik lagi kerana ianya diperolehi dengan gandaan sepuluh kali ganda bahkan berganda-ganda lagi banyaknya. Ini menunjukkan tentang sifat kelebihan Allah. Dan kebaikan itu dinamakan ‘Hasanah” kerana orang yang datang membawanya nanti di akhirat akan mempunyai wajaha yang sangat indah dipandang mata, begitu juga siapa yang melakukan kebaikan akan mendapat pujian dan sanjungan.

Ada pun yang melakukan kejahatan, mereka ini akan dicela, tak kira samada kejahatan itu kecil ataupun besar. Dan apabila ia datang membawa kejahatan itu di akhirat nanti ia akan mempunyai wajah yang sngat hodoh. Maka orang yang membuat kejahatan di dunia, dia tidak akan diberi balasan oleh Allah di akhirat dengan kejahatan juga. Dan Allah akan menghukum mereka sekadar dengan kesalahan yang mereka telah lakukan. Itu merupakan keadilan bagi Allah.

Al Qasas Ayat 85 Dan 86

نَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

85 - Sesungguhnya Allah yang mewajibkan kepadamu (beramal dan menyampaikan) Al-Quran (wahai Muhammad) sudah tentu akan menyampaikan engkau lagi kepada apa yang engkau ingini dan cintai. Katakanlah (kepada kaum yang menentangmu): "Tuhanku amat mengetahui akan sesiapa yang membawa hidayah petunjuk dan sesiapa pula yang berada dalam kesesatan yang nyata ".

وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ

86 - Dan engkau (wahai Muhammad) tidak pernah berharap supaya Kitab Al-Quran ini diturunkan kepadamu, (tetapi ia diturunkan kepadamu) hanyalah sebagai rahmat dari Tuhanmu, oleh itu janganlah engkau menjadi penyokong bagi orang-orang kafir.

Kini Allah menyebutkan pula tentang kisah Nabi Muhammad saw serta sahabat-sahabatnya dengan kaumnya yang telah menyakiti baginda sehingga terpaksa baginda berhijrah, yang kemudian Allah kembalikan pula baginda ke tanah air dan seterusnya menakluki kota Mekah itu dengan kemenangan yang gilang gemilang.

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya baginda beramal dengan pengajaran Al Quran dan juga dengan hukum-hukumnya itu. Ini kerana Allah juga lah yang akan mengembalikan baginda ke tanah air yang dicintai. Kepulangan baginda ke Mekah pada hari penaklukannya merupakan suatu peristiwa yang besar ertinya dalam sejarah, kerana dapat menakluki kota Mekah secara aman dengan tidak ada pertumpahan darah walau setitis pun.  Dan dengan itu agama Islam diletakkan di tempat kemuliaan dan kaum musyrikin ditempatkan di dalam kerendahan.

Inilah yang dijanjikan Allah kepada baginda nabi semasa baginda berada di Mekah pada permulaan kenabian dahulu. Pada masa itu baginda menerima banyak tentangan dan penganiayaan kaumnya sehingga baginda terpaksa berhijrah keluar dari Mekah. Tetapi akhirnya Allah kembalikan baginda ke sana dengan membawa kemenangan.

Dan Allah menyuruh baginda nabi katakan kepada kaum musyrikin yang mendustakan baginda bahwa Allah lebih tahu untuk memberi pimpinan kepada baginda dan kepada mereka semua. Dan nantinya mereka juga akan tahu siapa yang buruk kesudahannya dan siapa pula yang menang dengan mendapat bantuan di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Sudah tentulah baginda dan para mukminin yang akan mendapat kemenangan.  

Sebelum wahyu pertama diturunkan baginda nabi Muhammad tidak pernah mengharapkan agar kitab diturunkan kepadanya. Tetapi Allah lah yang menurunkan kitab Al Quran kepada baginda nabi Muhammad untuk menjadi rahmat yang sangat banyak faedahnya dan sangat besar harganya., Sehinggakan melalui kitab Al Quran itu,  baginda dapat mengetahui berita-berita orang-orang sebelumnya, dan hal-hal yang terjadi sesudahnya.

Dan kitab Al Quran itu juga mengandungi panduan dan pengajaran yang baik, siapa yang mengamalkannya akan mendapat kebahagiaan hidup, baik di dunia mahupun juga di akhirat.  

Maka dengan itu hendaklah baginda dan kaum mukmin bersyukur atas nikmat Allah. Iaitu Tuhan yang menurunkan Al Quran. Janganlah sesekali menjadi penolong dan pembantu untuk membela orang-orang kafir menjadi kuat. Tetapi  sebaliknya hendaklah berpisah dari mereka dan tinggalkan mereka.

Al Qasas Ayat 87 dan 88

وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

87 - Dan janganlah mereka (yang ingkar) dapat menghalangmu (daripada menyampaikan dan beramal dengan) ayat-ayat Allah sesudah ia diturunkan kepadamu; dan serulah manusia kepada (agama) Tuhanmu; dan janganlah engkau menjadi dari golongan yang menyertai orang-orang musyrik.

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

88 - Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah. BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan (untuk dihitung amal masing-masing dan menerima balasan).

Allah menggesa RasulNya dan pengikut-pengikut baginda supaya menguatkan azam mereka, jangan menghiraukan rintangan dan tentangan kaum musyrikin yang hendak menghalang orang daripada mempelajari ayat-ayat Quran dan menghalang dari mengamalkannya. Kerana Al Quran itu merupakan keterangan-keterangan yang datangnya dari Allah, dan telah pun diturunkan ke atas rasulNya.

Sesungguhnya Allah itu ada bersama RasulNya, untuk memberikan pertolongan kepada baginda dengan meninggikan agamaNya lebih dari lain-lain agama.

Allah juga menyuruh baginda nabi Muhammad supaya segera tampil ke hadapan untuk berdakwah. Iaitu menyeru kepada agama Allah kepada seluruh umat manusia dan menyampaikannya kepada meraka supaya menyembah Allah semata-mata. Dan janganlah menjadi orang-orang yang menyekutukan Allah, iaitu dengan berbuat ibadat dan memohon pertolongan kepada yang lain selain dari Allah.

Pada ayat terakhir ini lebih-lebih lagi dijelaskan agar baginda nabi menjauhkan diri dari menyekutukan Allah dan seterusnya mencela dan membanteras perbuatan ini. Ini kerana tuhan yang lain selain dari Allah itu tidak ada sama sekali.

Allah adalah berdiri dengan sendirinya. Tidak ada syarikat bagiNya. Tidak ada Tuhan melainkan DIA.

Yang dimaksudkan dengan Tuhan ialah yang disembah, yang dipuja, yang ditakuti, tempat berlindung, pusat seluruh kekuasaan atas alam ini. Itu semuanya hanya pada Allah sendiri saja. Yang patut dipuja, disembah, dijunjung tinggi, tempat menghimpun seluruh permohonan hanyalah Allah saja. Yang lain TIDAK!

“....Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah.”

Ini kerana Allah adalah wujud yang mutlak, wujudNya adalah wajib! Sebelum ada yang lan, Dia telah ada. Setelah hancur yang lain, Dia tetap ada.

“BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum..”

Maksudnya Dialah yang menentukan segala sesuatu. Hitam kataNya, maka hitam lah. Putih kataNya, maka putih lah. Terjadi sesuatu adalah mengikut kehendak dan ketentuanNya. Musnahnya sesuatu itu adalah juga mengikut kehendak dan ketentuan dariNya.  

“..kepadaNyalah kamu semua dikembalikan “

Semua makhluk, semua kejadian akan dikembalikan KEPADANYA. Ini kerana semuanya berasal dari Dia. Maka sudah tentulah semuanya akan kembali kepadaNya. Setelah kembalinya semua makhluk dan kejadian kepada Allah maka akan ditentukanlah kesudahan bagi setiap sesuatu. Barang siapa yang berbuat baik, kebaikanlah yang menjadi ganjaran baginya. Dan barang siapa yang mendapat ganjaran buruk, janganlah disesali melainkan diri mereka sendiri.

Semoga kita semua dapat mengambil pengajaran.