Monday, November 16, 2015

Surah Al Ankabut Ayat 50 - 69









Al Ankabut Ayat 50 Hingga 52

وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
50 - Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepada (Muhammad) mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Jawablah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya (urusan menurunkan) mukjizat-mukjizat itu adalah tertentu bagi Allah, dan aku hanyalah seorang Rasul pemberi amaran yang jelas nyata".

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
51 - (Patutkah mereka meminta mukjizat-mukjizat yang lain?) tidakkah cukup bagi mereka bahawa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya Al-Quran yang diturunkan itu mengandungi rahmat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
52 - Katakanlah (wahai Muhammad): "Cukuplah Allah menjadi saksi (yang mengetahui perkara yang berbangkit) antaraku dengan kamu; Ia mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi. Dan mereka yang percaya kepada perkara yang salah dan tidak percaya kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi.


"Mengapa tidak diturunkan kepada (Muhammad) mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?"
Rupa-rupanya kaum musyrikin Quraisy ini telah mendengar bahwa nabi-nabi terdahulu telah diturunkan mukjizat kepada mereka untuk menguatkan kerasulan mereka , untuk membuktikan mereka itu utusan Allah. Jadi mereka pun bertanya kepada Nabi Muhammad apakah Tuhan tidak menurunkan mukjizat kepada baginda?

Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar menjawab,"...Sesungguhnya (urusan menurunkan) mukjizat-mukjizat itu adalah tertentu bagi Allah,”   dan inilah jawapan yang sangat bijaksana dari seorang Rasul Allah. Iaitu bahwasanya seorang rasul tidaklah berdaya upaya untuk membuat mukjizat dari dirinya sendiri kalau bukan Allah yang menetukan.

Seorang rasul itu hanyalah manusia. Kewajipan seorang rasul hanyalah untuk menyampaikan peringatan Allah kepada semua manusia supaya mereka insaf, supaya mereka turuti jalan yang benar. Peringatan itu wajib diberikan dan disampaikan dengan sejelas-jelasnya.

Sisters, perhatikanlah baik-baik ayat ini. Nabi kita Nabi Muhammad saw tidak langsung terpesona dengan permintaan mereka supaya nabi diperuntukkan dengan suatu mukjizat yang ganjil dan ajaib. Kalau pun baginda mahu baginda boleh saja bermohon kepada Allah untuk diberikan mukjizat kepada baginda, dan Allah pasti akan kabulkan permohonan baginda. Tapi baginda tidak tergoda untuk berbuat demikian. Malah baginda memberikan peringatan bahwa Al Quran itu sendirilah, wahyu yang diturunkan Allah itu sendiri, adalah mukjizat!

Sesungguhnya Al Quran itu adalah al Kitab yang sampai dari Allah sebagai wahyu, yang telah dibacakan kepada mereka semua. Mereka sendiri, iaitu orang-orang Quraisy telah tahu tentang kedudukan Al Quran itu. Mempunyai bahasa yang tinggi, mengatasi kata-kata hikmat dan syair yang indah yang dikarang oleh para penyair dan sasterawan di kala itu.

Dan mereka juga tahu bahwa Nabi Muhammad saw bukanlah seorang penyair atau pun sasterawan yang hebat. Hanyalah seorang manusia biasa yang hidup di kota Mekah bersama-sama mereka. Sepatutnyalah mereka berfikir dengan lebih logik lagi dan dengan akal yang waras sebelum mereka mendakwa bahwa Al Quran itu adalah hasil rekaan baginda nabi.

Dengan al Quran, manusia-manusia yang sebelum itu tidak merasa hidup mereka bermakna, manusia yang tadinya merasa tidak berharga, tidak mempunyai tujuan hidup, tak ada cita-cita, tetapi setelah dibacakan Al Quran kepada mereka, mereka menjadi berubah. Terasa jiwa menjadi bersemangat, terasa ada tujuan hidup yang harus dituju, ada cita-cita yang harus dicapai. Itulah mukjizat AlQuran. Menghidupkan jiwa seseorang yang mahu menerima kebenaran dan seruan Al Quran. Maka orang yang tidak mahu menerima seruan Al Quran adalah disamakan jiwanya serpti orang yang sudah mati.

Memanglah Al Quran itu adalah mukjizat dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Siapa yang akan menyangka pada mulanya bahwa bangsa Arab yang tidak mempunyai sejarah itu akan bangkit menjadi sebuah bangsa yang besar, kerana berpegang pada petunjuk Al Quran. Dalam masa hanya seperempat abad saja, bangsa yang tadinya tidak dipandang orang, telah dapat menakluk dua buah kerajaan besar di zaman itu, iaitu kerajaan Romawi dan Persia.

Kemudian dikatakan pula bahwa isi kandungan Al Quran ini juga mempunyai peringatan untuk kaum yang beriman. Peringatan bahwa mukjizat Al Quran itu akan terus terjadi sehingga ke hari kiamat. Pembaca dan pengamalnya akan mendapat kejayaan selama mana ia masih setia berpegang teguh pada isi kandungannya dan menuruti petunjuknya.

Sesungguhnya Al Quran adalah mukjizat yang paling sempurna berbanding mukjizat-mukjizat lain yang diturunkan kepada rasul-rasul terdahulu. Kerana Al Quran itu akan tinggal kekal dengan keadaannya yang terpelihara, sedangkan mukjizat lain telah tiada bersama tiadanya rasul mereka.

“Katakanlah (wahai Muhammad): "Cukuplah Allah menjadi saksi (yang mengetahui perkara yang berbangkit) antaraku dengan kamu; “
Sifat orang beriman, mereka akan menuntut dan mengharapkan sesuatu yang lebih tinggi, menuntut bukti yang lebih mendalam dalam kehidupan manusia. Tetapi orang yang berfikiran dangkal, mereka hanya meminta ditunjukkan tanda-tanda saja, minta ditunjukkan mukjizat. Mereka tanya , kalau dulu Nabi Musa boleh membelah laut, kenapa Nabi Muhammad tidak boleh juga membelah laut? Kalau Nabi Ibrahim dibakar dalam api dan api itu menyejukkan Nabi Ibrahim, kenapa pula Nabi Muhammad tidak boleh dibakar dalam api, dan api itu akan menyejuk?

Sebab itulah di ayat 52 ini Allah menjelaskan bahwa saksi untuk setiap perkara besar yang terjadi itu adalah Allah sendiri. Allah dapat melakukan apa saja mengikut kehendakNya. Allah boleh menganugerahkan mukjizat besar lebih besar dari mukjizat nabi-nabi yang lain. Dan mukjizat yang besar itu adalah Al Quran itu sendiri. Suatu kitab yang terus menerus mempengaruhi hidup makhluk di dunia, berkembang setara dengan kemajuan zaman. Kian berkembang zaman, kian nyata kebenaran di dalam Al Quran. Kian berkembang teknologi yang canggih dan efisyen kian terasa akan kepentingan untuk mengamalkan isi kandungannya.

Segala yang ada di langit dan bumi dengan segala perhiasan dan kelengkapannya, matahari dan bulan, bintang-bintang, awan yang berarak, angin yang behembus, ufuk yang jauh sesayup mata memandang, bumi yang terbentang dengan gunung. ladang dan lembahnya, lautan dan daratan, tumbuhan aneka ragam, dan berbagai kejadian lagi yang terjadi di alam maya ini… semuanya adalah ciptaan dari Yang Maha Kuasa. Diulang sekali lagi….SEMUANYA CIPTAAN ALLAH.

Dan Dia Maha Tahu apa yang orang-orang Quraisy itu reka-rekakan dengan mengada-ngadakan kata-kata dusta. Allah juga Maha Tahu apa yang mereka katakan mengenai Al Quran. Bahkan Al Quran itu pula yang akan menjadi saksi bahwa mereka tidak akan berdaya untuk mengadakan karangan seperti Al Quran dan dengan itu tidak dapat mereka tolak hujah-hujah dari Allah.

Orang-orang yang batil yang tidak percaya kepada Allah, orang itulah yang akan mendapat kerugian. Sebabnya ia tealh melalui satu kehidupan, tetapi ia tidak mengetahui dan tidak mahu mengakui kebenaran siapakah pencipta kehidupan itu. Maka akhirannya untuk mereka, layaklah mereka untuk menerima seksaan pada hari pembalasan nanti.









Al Ankabut Ayat 53 Hingga 55

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلَا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
53 - Dan mereka meminta kepadamu menyegerakan kedatangan azab (yang dijanjikan); dan kalau tidaklah kerana adanya tempoh yang telah ditetapkan, tentulah azab itu akan datang menimpa mereka; dan azab itu tetap akan datang menimpa mereka secara mengejut, sedang mereka tidak menyedarinya.

يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
54 - Mereka meminta kepadamu menyegerakan kedatangan azab itu, padahal sesungguhnya neraka Jahannam tetap akan meliputi orang-orang yang kafir -

يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
55 - Pada hari azab itu menyelubungi mereka dari sebelah atas mereka dan dari bawah kaki mereka; dan (malaikat yang melakukannya) akan berkata kepada mereka: "Rasalah kamu (balasan) apa yang kamu telah kerjakan".

Allah ceritakan lagi akan kesombongan dan keangkuhan orang-orang kafir Quraisy yang meminta diturunkan seksaan dengan segera. Di antara mereka ada yang bertanya bilakah datangnya seksaan ini? dan ada pula yang berani mencabar mengatakan , ayuh, hujanilah kami dengan batu dari langit. Atau datangkanlah kepada seksaan yang pedih! Angkuh sungguh mereka ini. Padahal seksaan itu sesungguhnya pasti akan datang dan mempunyai tempoh yang telah ditetapkan Allah. Dan bila waktunya telah sampai, haaa….. mereka pasti tidak akan dapat mengelak lagi. Kerana ia akan datang dengan serta-merta dan dengan tidak disangka-sangka. Di ketika mereka sedang asyik masyuk bergembira. Tak ingat apa-apa benda.

Allah bagitahu lagi bahwa pertanyaan mereka itu adalah menunjukkan kebodohan mereka semata-mata. Kalaulah mereka tahu bahwa api neraka jahannam itu amat dan terlalu azab yang menyeksakan, yang kelak akan mengepung mereka sehingga mereka tidak dapat mengelak dan menghindarkan diri mereka lagi,  sudah pasti mereka tidak akan meminta semua perkara ini.

Hari kiamat merupakan hari kegemparan yang amat dahsyat. Tidak dapat hendak digambarkan betapa ngeri dan dahsyatnya keadaan pada ketika itu. Kerana seksa yang menyelubungi orang-orang kafir ini pada seluruh tubuh merka dari atas kepala dan dari bawah kaki mereka, semua kesengsaraan itu akan ditambah lagi dengan kata-kata cacian dan celaan yang menghujani mereka. Ini menunjukkan betapa buruknya pekerti yang telah mereka lakukan semsa hayat merka di dunia dahulu.








Al Ankabut Ayat 56 Hingga 59

يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
56 - Wahai hamba-hambaKu yang beriman! Sesungguhnya bumiKu adalah luas (untuk kamu bebas beribadat); oleh itu, (di mana sahaja kamu dapat berbuat demikian) maka hendaklah kamu ikhlaskan ibadat kamu kepadaKu.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
57 - Tiap-tiap diri (sudah tetap) akan merasai mati, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Kami (untuk menerima balasan).

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
58 - Dan orang-orang yang beriman serta beramal soleh, Kami akan tempatkan mereka dalam mahligai-mahligai di Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan yang sebaik-baiknya bagi orang-orang yang beramal soleh

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
59 - (Iaitu) mereka yang sabar, dan mereka pula berserah diri bulat-bulat kepada Tuhannya.

Di permulaan menyampaikan dakwah di Mekah itu, ramai kaum yang beriman terdiri dari orang-orang miskin melarat. Jadi mereka telah dihina dan dicaci, diperkecilkan, dicemuh bahkan ada juga yang dianiaya. Mereka hidup menderita kerana mempertahankan keimanan mereka. Allah menurunkan ayat 56 Surah Al Ankabut ini untuk memberikan hiburan kepada mereka untuk memujuk mereka dan menunjukkan kasih sayang Allah kepada mereka.

Allah bagitahu bahwa sekiranya dengan tinggal di Mekah ini maka hidup mereka menjadi melarat dan ditindas. maka berpindah lah mereka ke tempat lain yang lapang bagi mereka untuk menyembah Allah. Sesungguhnya bukanlah kota Mekah saja yang ada di atas mukabumi ini.

Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini adalah perintah dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman supaya berhijrah dari negeri mereka, sekiranya mereka tidak bebas menegakkan agama. Supaya mereka pergi mengembara di atas muka bumi Allah yang luas ini. Supaya di tempat yang baru itu mereka dapat menegakkan keyakinan atas Keesaan Allah dan beribadah kepadaNya.

Ini dikuatkan oleh sebuah hadith, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Semua negeri adalah negeri Allah, dan semua hamba adalah hamba Allah, maka di mana saja kamu mendapat kebaikan (rezeki), maka berdiamlah di sana.” (H.R. Ahmad).
Itulah pembuka jalan bagi hamba-hamba Allah yang telah beriman untuk berhijrah, kumpulan yang pertama telah hijrah sampai dua kali ke Habsyah dan mendapat perlindungan dari Raja Habsyah di sana. Iaitu Raja Najasyi yang bernama Ash-Hamah, dan kemudiannya pula Nabi Muhammad saw sendiri telah berhijrah ke Madinah. Dan sesampai di Madinah itulah Islam telah dapat berkembang.

Allah memberitahu bahwa di mana-mana pun orang-orang yang beriman itu berada, kematian pasti akan datang kepada mereka juga. Jadi hendaklah mereka ini janganlah takut menghadapi maut, sebab maut adalah perkara yang pasti untuk ditempuhi oleh setiap makhluk yang bernyawa.

Sebelum maut itu mendatangi mereka, hendaklah mereka mengisi kehidupan mereka dengan keimanan dan amalan soleh, berbakti dengan sebanyak-banyaknya dan melakukan perbuatan yang berguna dan berfaedah. Apabila kematian itu datang, maka semuanya akan dikembalikan kepada Allah. Amal yang soleh, perbuatan yang baik dan jasa yang besar antara sesama manusia itulah yang membuatkan seseorang itu tidak akan merasa cemas dan takut untuk menghadapi kematian.

Di antara iman dan amal soleh itu, kedua-duanya sangat berkait rapat dan tidak dapat dipisahkan. Kerana amal yang soleh atau perbuatan-perbuatan yang berguna, tidak akan dilakukan sekiranya ianya tidak didorong oleh keimanan yang ada pada diri seseorang.

Dan perbuatan baik orang-orang yang beriman itu akan dibalas oleh Allah dengan menganugerahkan mereka syurga berupa taman yang dibina, di dalamnya terdapat istana-istana indah yang mengandungi beberapa bilik yang banyak, dikelilingi oleh pohon-pohon rendah yang mengalir di bawahnya beberapa batang anak sungai. Mereka akan tinggal kekal di dalamnya selama-lamanya. Inilah balasan terbaik bagi mereka yang beriman terhadap apa yang telah mereka kerjakan semasa di dunia.

Demikianlah juga janji Allah untuk orang yang bersabar dan bertawakkal kepada Allah. Orang-orang yang bersabar ketika menerima bermacam-macam cubaan dan tekanan dariapda orang-orang musyrik serta bertahan dengan penderitaan semasa melakukan hijrah, mereka ini sentiasa berserah diri kepada Allah. Sentiasa berada di dalam keadaan bertawakkal kepada Allah di dalam apa saja yang patut mereka lakukan dan yang patut mereka tinggalkan. Umapamanya dalam hal mencari rezeki, jihad melawan musuh, mahupun dalam menyampaikan dakwah kepada sesama mereka.

Ini adalah kerana Allah telah bagitahu kepada mereka bahwa dengan bersabar Allah akan tinggikan darjat mereka dan meningkatkan kedudukan mereka dan seterusnya akan menghinakan orang-orang kafir yang di ketika itu telah menindas mereka.







Al Ankabut Ayat 60

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah) berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya bersama, Allah jualah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu; dan Dia lah jua Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Di ayat ini Allah menerangkan dengan lebih jelas mengapa perlunya seseorang itu untuk bertawakkal kepada Allah. Para mujahid sewaktu awal-awal hendak berpindah itu, mereka merasa ragu-ragu untuk berpindah, kerana hati mereka berat untuk meninggalkan harta benda, berat untuk bercerai dengan kesenangan yang selama ini mereka nikmati, ada rumah, ada harta, makan minum terjamin dan sanak saudara yang rapat dan mesra. Kalau sekiranya mereka berpindah , apakah akan dijamin mereka akan mendapat lagi segala kenikmatan yang mereka tinggalkan itu? Apakah mereka akan dijamin untuk senang memperolehi rezeki ?

Maka datanglah peringatan Allah ini untuk mereka. Allah bagitahu lihatlah binatang-binatang yang menjalar dan melata di atas bumi itu. Binatang-binatang ini tidak ada satu pun yang membawa kantong untuk mengisi makanan mereka. Ikan di dalam air juga tidak ada satu pun yang membawa persiapan makanan ke mana saja ia pergi, bahkan di mana ada air di situlah adanya makanannya. Namun selama binatang-binatang itu masih hidup, rezeki masing-masing sudah Allah sediakan.

ALLAH LAH YANG MEMBERI REZEKI!

Dan rezeki yang paling agung dan utuh , tidak akan hilang dari dalam dada adalah KEIMANAN. Dan keimanan itulah yang akan menjadi modal pertama dalam menempuh hidup. Ini kerana orang yang beriman itu jiwanya sangat besar,keyakinannya sangat utuh, dan fikirannya tidak pernah lemah.

Lihat saja contoh dari sahabat Rasulullah yang mulia iaitu Abdulrahman Bin Auf, seorang hartawan yang rela berpindah ke Madinah dengan tidak membawa apa-apa bersamanya. Padahal beliau adalah seorang yang kaya raya. Sesampai di Madinah beliau telah diperkenalkan oleh Rasulullah kepada Saad bin Rabi’. Saad bin Rabi’ menyambut gembira persaudaraan di antara mereka sehingga Saad sanggup memberikan separuh dari hartanya untuk dijadikan modal buat Abdul Rahman berniaga dan juga menghadiahkan salah seorang dari dua isterinya untuk dinikahkan dengan Abdul Rahman.

Begitu juga dengan Shuhaib Bin Sinan Ar Rumi yang telah ditahan oleh orang-orang Quraisy dari berpindah ke Madinah. Mereka memberi ancaman kepada Shuhaib, sekiranya hendak juga berpindah Shuhaib tidak boleh membawa hartanya yang melimpah itu bersamanya pindah ke Madinah. Sangkaan mereka Shuhaib mestilah tidak jadi berpindah mengenangkan tidak akan berharta bila sudah berpindah. Namun dengan senang hati Shuhaib menyerahkan semua hartanya kepada mereka, dengan syarat jangan menghalangi beliau untuk berpindah. Allahu akbar!  Teguhnya keimanan para sahabat Rasulullah ini.











Al Ankabut Ayat 61 Dan 62

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
61 - Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi, dan yang memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya)?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Maka bagaimana mereka tergamak dipalingkan (oleh hawa nafsunya daripada mengakui keesaan Allah dan mematuhi perintahNya)?

للَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
62 - Allah memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan (rezeki itu) baginya; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.  

Orang-orang musyrikin ini, ataupun sesiapa saja yang menganut agama lain, yang menyembah berhala beratus-ratus tahun dahulu, kalau ditanyakan kepada mereka, siapakah yang menjadikan langit dan bumi yang terbentang luas ini? Mereka pasti akan menjawab Allah lah yang menciptakannya. Begitu juga dengan matahari yang perjalanannya teratur dari masa ke semasa, bulan yang bermula nampak sebagai bulan sabit sehingga ke bulan purnama dan ia menyusut menjadi sabit kembali. Mereka pasti akan menjawab Allah lah yang mengatur semua itu.

Kalau memang mereka tahu yang segala-galanya Allah yang cipta dan Allah yang mengatur, mengapa pula mereka sanggup berpaling kepada yang lain selain dari Allah? Allah yang menciptakan , mengapa berhala yang mereka sendiri cipta itu mereka sembah sebagai tuhan? Apakah patut perbuatan mereka itu?

Demikianlah juga dengan rezeki manusia. Allah lah yang melebarkan, meluaskan dan mengembangkan rezeki itu sehingga ada di antara hamba-hambanya itu yang menjadi kaya raya, melimpah-limpah seprtimana Qarun. Dan Allah jualah yang membatasi segala rezeki terhadap hambaNya untuk sesiapa saja yang dikehndaki Allah. Maksudnya ada juga terdapat hamba Allah yang mendapat hanya sekadar boleh dimakan saja, itu pun susah untuk mencarinya.

Sesungguhnya rezeki itu adalah dibahagi-bahagikan dengan mengikut kekuasaan Allah. Tidak ada sesiapa selain Allah yang menguasai rezeki tersebut. Oleh itu janganlah teragak-agak lagi kalau sudah sampai waktunya untuk berhijrah, atau berjihad dan berjuang melawan musuh disebabkan takutkan kemiskinan dan kesengsaraan. Kalau Allah berkuasa menciptakan makhlukNya, tentulah Allah juga bekuasa menanggung rezeki mereka.










Al Ankabut Ayat 63

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: "Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya?" Sudah tentu mereka akan menjawab: "Allah". Ucapkanlah (wahai Muhammad): "Alhamdulillah" (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian), bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (hakikat tauhid dan pengertian syirik).   

Allah menyuruh NabiNya bertanya lagi kepada kaum musyrikin itu, siapakah yang telah menurunkan air dari langit? Kalau hujan sudah lama tidak turun, sehingga terjadi kemarau panjang dan bumi seakan-akan mati, siapa yang berkuasa menurunkan hujan dari langit? Siapa yang menghidupkan dan menyuburkan bumi yang telah mati kerana kekeringan, sehingga tumbuh semula segala jenis tanaman yang tadinya telah mati. Kini kelihatannya menghijau dan menghasilkan buah-buahan yang sangat banyak?

Maka pertanyaan ini tidak ada jalan lain untuk mereka menjawabnya kecuali dengan satu saja. Ya, pastilah mereka akan berkata, “Allah”.Tetapi yang menghairankan, setelah mereka mengakui wujudnya Allah kemudian mereka terus pula menyekutukan Allah dengan makhluk lain.

Tetaplah sudah bahwa Tuhan pencipta alam itu, ialah yang memulakan mengadakannya dan juga dapat mengulang kembali untuk mengadakannya. Maka di sini Allah mengingatkan pula kepada Rasul-Nya supaya melafazkan segala puji-pujian bagi Allah, yang telah memperlihatkan bukti yang sebegini terang.

Begitu pula dengan pengakuan orang-orang musyrik itu bahwa segala nikmat itu semuanya datang dari Allah. Tetapi kebanyakan mereka tidak memikirkan perkara apakah yang mendatangkan manafaat pada agama mereka dan perkara apa  pula yang mendatangkan mudharat. Sebaliknya mereka berkeadaan jahil, kerana menyangka bahawa dengan menyembah patung dan berhala itu kononnya dapat menghampirkan mereka dengan Tuhan.

Jadi kesimpulan yang kita dapat di sini adalah, apa yang mereka ucapkan itu sangat berlawanan dengan apa yang mereka kerjakan. Mereka mengakui keesaan Allah yang Maha Agung dan mempunyai kudhrat serta kekuasaan, tetapi dalam masa yang sama mereka masih lagi juga menyembah yang lain. Padahal mereka telah mengetahui dan mengakui Allah itulah Tuhan Yang Maha Pencipta.  







Al Ankabut Ayat 64

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan (ingatlah bahawa) kehidupan dunia ini (meliputi segala kesenangan dan kemewahannya, jika dinilaikan dengan kehidupan akhirat) tidak lain hanyalah ibarat hiburan dan permainan; dan sesungguhnya negeri akhirat itu ialah kehidupan yang sebenar-benarnya; kalaulah mereka mengetahui (hakikat ini tentulah mereka tidak akan melupakan hari akhirat).

Hakikat yang sebenarnya adalah bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan yang sebenarnya. Pandangan dan fikiran orang-orang musyrik ini sebenarnya telah tertutup, sehingga mereka telah disibukkan oleh urusan duniawi. Mereka berlumba-lumba mencari harta kekayaan, kekuasaan dan kesenangan serta kelazatan yang ada padanya. Seakan-akan kehidupan dunia ialah kehidupan yang sebenarnya bagi mereka.

Sekiranyalah mereka semua itu mahu memerhatikan bahwa kehidupan dunia yang sementara ini adalah sebagai jambatan untuk sampai kepada kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, serta mahu pula mendengarkan ayat-ayat Allah, tentulah mereka tidak akan menjadi derhaka dan tidak akan menyekutukan Allah. Sekiranya mereka mendengarkan seruan Rasul dengan menggunakan telinga, akal dan hati, sudah pasti mereka tidak akan tersesat dari jalan Allah.
Sesungguhnya kehidupan yang hakiki itu adalah kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat itu merupakan segi yang lain dari kehidupan manusia itu, yaitu kehidupan yang diliputi oleh kebenaran yang mutlak. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya masih bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan. Sedangkan kehidupan akhirat itu pula telah dipisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Kehidupan akhirat ini banyak ditentukan oleh corak kehidupan dunia yang dialami seseorang sekarang, dan tergantung kepada amal dan usahanya sewaktu ia masih hidup. Kehidupan dunia diibaratkan sebagai kehidupan masa kanak-kanak, sedangkan kehidupan akhirat diibaratkan sebagai kehidupan masa dewasa. 

Jika seseorang pada masa kanak-kanak menyediakan diri mereka dengan sungguh-sungguh, seperti belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, maka kehidupan masa dewasanya menjadi sebuah kehidupan yang cerah. Sebaliknya jika ia banyak bermain-main tidak menggunakan waktu-waktu itu sebaik-baiknya, maka kehidupan dewasanya akan menjadi suram.

Demikianlah pula dengan kehidupan akhirat, ianya bergantung kepada amal dan usaha seseorang sewaktu masih hidup di dunia. Jika ia selama hidup di dunia ia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia. Sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, maka sudah tentulah ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti.

Allah mengingatkan kepada orang-orang musyrik agar mereka mengetahui hakikat hidup itu. Sekiranya mereka mendalami dan mengetahui hakikat hidup itu, tentulah mereka tidak akan tersesat, dan tentu pula mereka tidak akan terpedaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Setiap orang yang berilmu dan mahu mempergunakan akalnya dengan mudah akan dapat membezakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dan yang salah.








Al Ankabut Ayat 65 Dan 66

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
65 - Dalam pada itu, apabila mereka naik bahtera (lalu menemui sesuatu bahaya di laut), mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya. Kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepadaNya.

لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
66 - (Akibat syirik itu) menjadilah mereka orang-orang yang kufurkan nikmat yang Kami telah berikan kepadanya, dan (menjadi) orang-orang yang hanya dapat bersuka ria di dunia; kemudian mereka akan mengetahui kelak akibat buruk apa yang mereka lakukan.

Di sini Allah memberitahu tentang bagaimana keadaan orang-orang musyrik itu yang hidup mewah semasa di dunia. Mereka itu apabila ditimpakan bala dan malapetakan oleh Allah, barulah mereka tahu nak mengingati Allah. Apabila mereka naik ke dalam kapal, dan kapal itu dipukul badai dan gelombang yang besar yang boleh menyebabkan kapal mereka karam, maka kecutlah hati mereka.

Semasa dalam kengerian itu, mereka mengangkat tangan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan pertolongan. Waktu itu mereka tidak pula mahu meminta pertolongan kepada berhala-berhala atau benda-bena yang mereka sekutukan dengan Allah yang mereka puja-puja itu. Tidak pula mereka berbuat demikian.  Sebenarnya perbuatan mereka berdoa menyeru Allah itu adalah tidak lain dan tidak bukan hanya kerana terpaksa.

Adakah dengan berdoa kepada Allah itu berterusan mereka lakukan? Jawapannya tidak! Kerana apabila mereka telah diselamatkan oleh Allah dari bahaya ombak besar dan permukaan laut telah kembali tenang, kapal mereka telah menghampiri daratan, mereka dengan spontannya akan berbalik kepada perangai lama mereka lagi. Iaitu kembali syirik dengan Allah dan masih juga memuja berhala atau benda-benda lain yang dengannya mereka telah menyekutukan Allah.

Kembalinya mereka kepada perbuatan menyekutukan Allah itu adalah tidak lain hanyalah untuk mengingkari segala nikmat yang dikurniakan Allah terutama nikmat keselamatan dari karam di laut tadi. Dan juga untuk bersuka ria kerana dapat kembali memuja patung dan berhala yang mereka cintai.

Maka akibat dari perbuatan yang seperti ini menyebabkan mereka diancam Allah dengan seksaNya pada hari kiamat, yang mana mereka nanti akan mengetahuinya sendiri.








Al Ankabut Ayat 67

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ
67 - Dan tidakkah mereka melihat dan memerhatikan bahawa Kami telah menjadikan (Makkah, negeri mereka) tanah suci yang dihormati, lagi aman; sedang orang-orang ramai yang tinggal (dalam daerah-daerah) di sekeliling mereka sentiasa diculik (untuk ditawan atau dibunuh) ? Oleh itu, patutkah mereka percaya kepada perkara yang salah, dan kufur ingkar akan nikmat-nikmat Allah?

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
68 -  Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah, atau mendustakan kebenaran setelah kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahawa) dalam neraka Jahannam disediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?

Pada ayat ini Allah mengingatkan kepada penduduk kaum musyrikin di Mekah, tentang di mana mereka tinggal, di mana mereka dilahirkan. Semuanya mengakui bahwa mereka dilahirkan di Mekah. Sejak nenek moyang mereka lagi, iaitu zaman Nabi Ibrahim dan nabi Ismail yang menurunkan mereka, tanah Mekah itu telah dijadikan sebagai Tanah Larangan. Atau yang kita lebih kenali sebagai Tanah Haram. Maksudnya dari Tanah Haram ini adalah bahwa kehormatan tanah itu dijaga. Binatang buruannya tidak boleh diburu, pohonnya tidak boleh ditebang. Barang siapa yang masuk ke dalam wilayah tanah itu akan dijamin keselamatannya. Walaupun musuh ramai sekalipun.

Dan larangan ini dipegang teguh oleh penduduknya turun termurun. Sehingga walaupun ayah seseorang telah dibunuh oleh seseorang pembunuh, lalu si pembunuh itu telah ditemui di dalam kawasan Tanah Haram itu, maka waris si mati tidak boleh membalas dendam terhadap kematian itu di dalam Tanah Haram tersebut. Sebab itulah penduduk di Tanah Haram itu selalu hidup dalam aman, tidak ada perkelahian dan tiada ada perbalahan dan pembunuhan.  

Inilah yang Allah ingatkan kepada kaum musyrikin Quraisy yang tidak mahu menerima dakwah Rasulullah. Sepatutnyalah mereka ingat kembali bahwa keamanan dalam kampung halaman mereka, negeri Mekah al Mukarramah itu, adalah sumpah setia Nabi Ibrahim dan cucu keturunannya yang sekarang datang membawa kembali seruan Nabi Ibrahim. Keamanan yang sebegini tidak ada dan tidak terdapat di luar Mekah.

Maka keluar saja dari Tanah Larangan itu, maka keamanan tidak ada lagi. Di antara kabilah dengan kabilah berkelahi. Dan kaum antara kaum bersengketa. Ada kalanya rompak merompak, samun menyamun, perebutan tanah subur untuk menggembala ternak masing-masing. Pendekata kehidupan di luar kota Mekah itu adalah sangat tidak aman dan kacau bilau.

Jadi Allah tanya mereka, mengapakah mereka yang sudah diberi kenikmatan begini besar hidup di dalam keamanan sepanjang masa, tetapi masih juga mereka mahu berlaku kufur terhadap Allah dan menyembah kepada yang lain selain Allah? Apakah mereka mahu hidup dalam kacau bilau, bermusuhan, rompak merompak dan culik menculik? Hidup seperti itukah yang akan mereka teruskan? Hidup yang tidak ada tujuan tidak ada pegangan?

Hidup yang tidak mengingat akan kebesaran Allah, padahal kalau ditanyakan siapa yang menciptakan semua langit dan bumi, matahari dan bulan, yang menurunkan hujan dari langit, semua mereka menjawab dengan pasti, bahwa Pencipta semuanya itu adalah Allah satu-satunya.

Apalah ertinya mengakui percaya kepada adanya Allah, dan hidup di tanah yang diamankan Allah, padahal seruan Allah supaya menuruti perintah dan jalanNya yang benar tidak dipedulikan? Apakah rahmat yang telah diberikan Allah kepada mereka akan mereka lupakan dengan begitu saja? Bukankah penghargaan yang besar diberikan Allah kepada kaum Quraisy? bukankah perniagaan mereka pun berjalan dengan baik walaupun datangnya musim dingin mereka berniaga di Sana’a  dan tibanya musim panas mereka berniaga pula ke Syam?

Benar-benar ayat ini suatu dakwah yang mengetuk ke dalam hati sanubari mereka dan menyedarkan mereka… sekiranya mereka mahu sedar.

Setelah itu Allah timbulkan pula pertanyaan, siapakah lagi yang lebih aniaya dariapda mereka yang mengadakan kedustaan terhadap Allah? Maksudnya bahwa tidak ada lagi yang lebih aniaya, yang lebih jahat dari orang-orang yang mengada-adakan kedustaan ke atas Allah. Itu adalah aniaya yang paling besar. Aniaya kepada diri sendiri dan aniaya kepada fikiran yang sihat. Kedustaan yang besar itu ialah mengada-adakan pula tuhan yang lain selain Allah.

Jika ditanya siapa yang menjadikan langit dan bumi, mengatur jalan matahari dan bulan, menurunkan hujan membawa air dari langit, semuanya mengaku hanya Allah , tidak ada yang lain. Padahal mereka sembah pula berhala. Mereka reka patung-patung dengan tangan mereka sendiri lalu mereka puja pula. Sehingga sampai 360 ekor berhala banyaknya yang mereka pakukan di keliling kaabah. Kalau ditanyakan kepda meeka, adakah berhala-berhala itu diterima sejak zaman Nabi Ibrahim? Pasti semuanya tidak ada yang dapat memberikan jawapan yang jitu.

Oleh sebab itu dpatlah difahamkan dari pertanyaan ayat ini bahwa orang yang mengada-adakan ke atas Allah, membuat yang lain untuk disekutukan dengan Allah, atau mengatakan bahwa Allah itu banyak, ada tuhan sendiri yang menguasai langit dan ada pula tuhan lain pula yang menguasai bumi, semuanya itu adalah perbuatan mengada-adakan ke atas Allah. Dan semuanya itu adalah perbuatan yang sangat zalim.

Mendustakan kebenaran setelah kebenaran itu datang kepadanya adalah suatu kezaliman yang paling besar. Kerana kalau tadinya dia mengada-adakan yang mustahil bagi Allah maka sekarang dia mendustakan Allah itu sendiri. Mendustakan kebenaran yang dibawa oleh Rasul Allah adalah bererti menuduh bahwa Allah itu sendirilah yang berdusta. Sebab Allah mengutus seorang nabi ialah untuk menyampaikan kebenaran. Dan inti dari kebenaran itu ialah bahwa tiada tuhan yang lain, selain Allah.

Kesimpulan dari ayat 69 ini ialah seakan-akan Nabi Muhammad saw mengatakan keapda mereka para musyrikin kafir itu bahwa segala risalah yang baginda sampaikan itu adalah semuanya dari Allah untuk disampaikan kepada mereka semua. Ianya adalah kalam Allah, dari Allah, padahal mereka semua mengatakan baginda telah berdusta.

Sekiranya benar para musyrikin itu ingin menegakkan kebenaran mereka sendiri dengan mengatakan bahwa baginda berdusta mengatakan Allah itu Esa, maka akan sampai di suatu ketika di mana kebenaran itu akan terbongkar juga. Suatu saat akan datang di mana akan ditentukan siapakah sebenarnya yang benar-benar membawa kebenaran dan siapakah sebenarnya yang selama ini berbohong. Kerana sudah tentunya di antara mereka berdua akan ada yang didakwakan sebagai berkata benar dan juga sebagai pendusta. Yang berkata benar, semestinya akan menerima habuan untk memasuki syurga yang mulia manakala si pendusta yang bercakap bohong yang tidak percaya itu, pastilah neraka jahanam ganjarannya.






Al Ankabut Ayat 69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keredaan); dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya.

Allah memberikan jaminan kepada sesiapa saj ayang telah menyediakan dirinya untuk menempuh jalan Allah. Mereka tidak berfikir dengan teragak-agak lagi. Tujuan mereka hanyalah satu. iaitu Allah! Segala sesuatu yang dirasakan akan menghalang dan merintangi jalan mereka, telah mereka tinggalkan dan kini fikiran mereka telah nekad. Bulat!

Dengan keyakinan yang nekad dan bulat itu mereka pun mulailah melangkahkan kaki. Mereka pun mulailah berjuang bersungguh-sungguh. Bukit yang tinggi, mereka daki. Lurah yang curam, mereka turuni. Dalamnya lautan mereka renangi. Seluruh tenaga, seluruh fikiran, seluruh jiwa raga, mereka tumpahkan untuk mencari keredhaan Yang Maha Esa.

Mereka tahu jalan itu tidak mudah. Mereka tahu halangannya di hadapan pasti banyak. Tetapi mereka juga tahu bahwa waktu untuk hidup di atas muka bumi ini tidaklah lama mana. Kalau mereka lalai, waktu itu akan habis dan mana yang telah habis tidak akan dapat dikembalikan lagi. Sebab itu lah mereka berkerja keras, bersungguh-sungguh. Mereka teruskan perjalanan walaupun halangan sepahit hempedu menghalangi mereka. Mereka teruskan jua. Itulah namanya BERJIHAD! Mereka ingin mengisi hidup di dunia dengan penuh pengertian dan makna. Tidak rela ianya dibiarkan kosong tanpa pengorbanan.

Kepada mereka inilah Allah telah berjanji, “...sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami..”
Maksudnya Allah sendirilah yang akan menunjukkan jalan-jalan kepada mereka ini. Allah sendiri yang akan menuntun mereka. Kerana jiwa mereka telah terbuka, telah menjadi tulus dan ikhlas bertauhidkan Allah, berbaik sangka kepada Allah. Maka dengan itu Allah telah menunjukkan jalan untuk mereka.

“...dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya. “
Mari kita perhatikan kaitan antara suku ayat pertama dengan suku ayat kedua. Yang pertama haruslah kita ingat bahwa amal usaha yang kita hadapi itu hendaklah benar-benar dikerjakan ikhlas kerana Allah. Kalau amal tidak ikhlas kerana Allah, semangat berjihad tidak akan tumbuh. Keikhlasan hati yang diiringi jihad, iaitu bekerja keras, bersemangat, tidak mengenal bosan, bahkan rela pula berkorban samda harta, pangkat ataupun nyawa sekali pun, pastilah akan membukakan pintu petunjuk dari Allah.

Di suku kedua diperintahkan pula bahwa Allah selalu akan menyertai orang-orang yang membaiki amalannya agar selalu baik dan bermutu. Orang yang muhsin.

Jadi niat ikhlas kerana Allah, kalau pun tidak dengan amalan yang baik yang sesuai dengan syariat Allah dan juga dengan sunnah nabi, maka sia-sia saja pekerjaan atau amalan yang kita kerjakan. Amalan yang baik, kalau tidak disertai dengan niat yang mulia kerana Allah, akan menjadi percuma juga dan tidak bermakna apa-apa segala pekerjaan kita itu. Tidak mendapat pandangan dari Allah. Jadi kedua-dua ini, ianya harus selari, berjalan seiriing dalam meniti gerak hidup seseorang yang beriman. Barulah jalan yang tadinya gelap, pastilah akan diberikan cahaya yang terang oleh Allah.

Sisters yang dirahmati,
Kita telah sampai ke penghujung surah Al Ankabut ini. Ingatlah sisters. Bahwa nabi kita nabi Muhammad saw sendiri bukanlah seorang yang terpelajar dalam erti kata kita sekarang ini. Bahkan baginda sendiri tidaklah mempunyai kepandaian di dalam menulis dan membaca. Baginda adalah seorang yang Ummiy! Namun isi ayat 69 ini telah bertemu dalam dirinya. Sehingga beberapa persoalan besar telah baginda hadapi dan segala kesulitan telah dapat baginda atasi. Dan baginda berhasil pula membangunkan suatu umat yang besar dan agung yang menunaikan risalah yang dipertanggungjawabkan Allah kepada setiap umat baginda dengan selamat dan ianya selesai dengan baik.

Selesai sudah tafsir Surah Al Ankabut . Alhamdulillah.





No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.