Monday, November 16, 2015

Surah Al Ankabut Ayat 41 - 49





Al Ankabut Ayat 41 Dan 42

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
41 - Misal bandingan orang-orang yang menjadikan benda-benda yang lain dari Allah sebagai pelindung-pelindung (yang diharapkan pertolongannya) adalah seperti labah-labah yang membuat sarang (untuk menjadi tempat perlindungannya); padahal sesungguhnya sarang-sarang yang paling reput ialah sarang labah-labah, kalaulah mereka orang-orang yang berpengetahuan.

إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
42 - Sesungguhnya Allah mengetahui (kepalsuan) apa jua yang mereka sembah yang lain daripadaNya, dan Allah jualah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.

Setelah kita sampai ke ayat 41 ni, dapatlah kiranya kita fahami bahwa keterangan di dalam surah ini adalah untuk menyuruh kita berjihad, berjuang dan bekerja keras dalam melakukan dakwah ke jalan Allah dengan memberikan contoh-contoh perjuangan yang telah dilalui oleh para nabi. Walaupun hebat ujian datang melanda kita perlulah teguh berpegang kepada tali Allah. Tetap dan nekad di dalam hati mempercayai dan menyembah Allah Tuhan yang Maha Esa. Tiada tuhan yang lain selain dari Allah.
Kalau pegangan kita lemah, jihad pun dengan sendirinya akan lemah dan mudah runtuh. Sebab itulah tujuan hidup kita ini mestilah jelas ke arah mana kita harus menuju. Tetapkan jalan iaitu berada di jalan Allah, dan tetaplah berada di jalan Allah walaupun berapa banyak rintangan yang datang melanda. Segala dugaan berupa kekafiran, kezaliman, kealpaan, kefasikan akan berdiri di hadapan kita menyuruh kita berhenti dan berpaling ke jalan lain. Lalu ke mana harus kita sandarkan kepercayaan kita ini? Di mana harus kita gantungkan keimanan kita ini? Tidak lain hanyalah kepada kekuatan Allah subhanahu wa ta’ala. Kita hanya perlu bergantung kepada Allah. Bertawakkal kepada Allah. Menyerahkan segala-galanya kepada Allah. Kerana hanya Allah saja yang dapat menolong kita merentasi badai dugaan ini. Tidak yang lain.

Inilah maksud yang dijelaskan di dalam ayat 41 ini. Allah memberikan perumpamaan labah-labah yang membuat sarang dengan air liurnya sebagai tempat perlindungan. Ianya dibentuk seperti jala yang bergantung di celah-celah tempat tersembunyi. Jala itu merentangi di sekeliling badan dan ia bergantung di tengah-tengah jala itu. Kemudian ia menunggu sekiranya nanti akan ada binatang kecil yang terbang lalu terjerat oleh sarangnya itu.

“...sesungguhnya sarang-sarang yang paling reput ialah sarang labah-labah,”
Inilah perumpaan yang sangat tepat. Kerana ianya perumpaan yang diberikan Allah sendiri. Kekuatan labah-labah adalah hanya pada sarangnya yang sangat rapuh yang hanya ada sedikit getah untuk memerangkap mangsanya yang lemah. Kalau mangsa itu kuat dan besar, maka mangsa itu lah yang akan merosakkan sarang labah-labah itu nanti, sampai sarang itu jadi hancur sama sekali. Sarang itu tidak akan dapat melindungi labah-labah dari menjadi mangsa pula. Bukan saja tidak dapat melindungi dari mangsa yang besar, malah kalau datang angin yang kuat pun, ia akan robek dan hancur juga.

Jadi begitulah manusia ini. Sekiranya mereka mencari perlindungan dari selain Allah, menyembah selain dari Allah, ataupun menyekutukan Allah, maka perumpamaan manusia ini tidak ubah seperti labah-labah dengan sarang rapuhnya. Mereka mengharapkan pujaan berhala mereka itu dapat memimpin dan menolong mereka, sedangkan perbuatan mereka itu tidak ada ertinya langsung. Ini kerana berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak mempunyai apa-apa untuk membawa manfaat ataupun membawa mudharat kepada penyembahnya. Maka tidak patutlah orang yang mempunyai akal sanggup berpaling dari Allah yang Berkuasa, dan mengambil berhala untuk dijadikan pemimpin mereka.

Itu berhala, ada juga yang menyembah sesama mereka sendiri. Maksudnya ada di kalangan mereka yang menjadi pemimpin yang berkuasa, yang telah terpesona dengan kekuasaan yang dimilikinya. Disangkanya kekuasaan itu akan terus kekal berada di tangan mereka. Mereka terus bertungkus lumus berusaha mempertahankan kekuasaan itu dengan mengadakan berbagai propaganda, dipujuk dengan habuan kepada sesiapa yang suka tunduk kepada mereka, dan diancam dengan berbagai ugutan kepada sesiapa yang tidak suka dan hendak melawan mereka. Mereka merasa hebat dengan apa yang mereka ada, dan tidak ada yang dapat mengalahkan mereka.

Akan tetapi tiba pada waktu yang dijanjikan Allah, suatu waktu yang tidak disangka-sangka, dan tidak ada sesiapa yang mengetahuinya, tiba-tiba kekuasaan dan kebesaran, kemegahan tampuk pemerintahan yang mereka teraju selama ini hilang bagai ditiup angin. Lenyap tiada kesan. Dan mereka jatuh ke dalam lembah hina yang sehina-hinanya.

Ada juga yang menjadikan kekayaan hartabenda sebagai sembahan mereka. Asyik mengumpul kekayaan yang melimpah, yang menjadi kekaguman ramai. Disangkanya mereka, kekayaan itu dapat menyelamatkan mereka dari bencana  apa saja. Kekayaan itu dapat membeli keselamatan diri mereka dari ditimpa musibah.

Sisters, golongan sebegini sudah banyak kali Allah ceritakan di dalam kalamnya ini bahwa, bila ketetapan Allah sudah datang, tidak ada apa-apa pun yang dapat menyelamatkan mereka. Dan kekayaan yang mereka miliki itu akan lenyap bersama-sama mereka juga akhirnya. Tidak ada yang dapat menolong kecuali Allah.

Lalu insaflah, sisters. Kalau orang dulu menyembah berhala sebagai tuhan mereka. Tetapi orang sekarang menyembah wang ringgit, menyembah bank, menyembah jawatan sebagai tuhan mereka. Dan kesudahannya semua gugur dan hancur binasa. Kerana tidak ada tempat berlindung yang kuat dan lebih perkasa, yang lebih dijamin keselamatannya daripada kekuatan Allah.

Maka di dalam perjuangan, di dalam berjihad menegakkan cita-cita dalam dunia ini, pegangan sejati orang yang beriman ialah Allah. Sebab itu bebaskanlah jiwa kita dari pengaruh keduniaan ini seluruhnya. Lepaskan nurani kita dari diikat oleh bisikan manis dunia. Tetaplah berpegang kepada jalan Allah. Berpegang kepada kekuatan Allah. Hanya Allah semata-mata.

Sesungguhnya apa saja yang disembah atau dipuja oleh seseorang itu adalah tertakluk kepada pilihan mereka sendiri. Mereka sendirilah yang harus berfikir, apa perlunya mereka menyembah dan menyeru keapda benda-benda yang mereka seru dan sembah. Padahal kekuatan yang ada pada sembahan mereka itu, smaada berhala, kekayaan, jawatan dan kebesaran, semuanya itu hanyalah pinjaman dari Allah belaka. Allah yang menganugerahkan kepada mereka. Maka manusia yang menyembah kepada benda-benda ini adalah manusia yang rendah jiwanya. Tidak mahu langsung memohon kepada sumber dari segala kekuatan dan kebesaran serta kekayaan itu sendiri.

Segala kekuatan, kekuasaan, kebesaran, kekayaan hanyalah ada pada Allah saja. Kalau ada yang lain yang menyangka diri mereka berkuasa di luar dari kekuasaan yang diberikan Allah, sepertimana yang dilakukan oleh Firaun dan Qarun, itu semuanya adalah thaghuth. Manusia telah mengangkat barang-barang itu menjadi thaghuth. iaitu meletakkan kekuasaan kepada yang tidak berkuasa. Meletakkan kebesaran kepada yang tidak besar, memberikan hak Allah kepada benda-benda buatan Allah. Itu adalah sama sekali dengan perumpamaan labah-labah dengan sarang rapuhnya itu.








Al Ankabut Ayat 43 Dan 44

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
43 - Dan misal-misal perbandingan yang demikian itu Kami kemukakan kepada umat manusia, dan hanya orang-orang yang berilmu yang dapat memahaminya.

خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
44 - Allah mencipta langit dan bumi dengan kebenaran; sesungguhnya yang demikian itu mengandungi satu tanda (yang membuktikan kebijaksanaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Berapa banyak sudah perumpamaan seperrti ini disebutkan oleh Allah dalam Al Quran. Ada Allah mengambil perumpamaan dengan nyamuk, lalalt, atom, zat yang kecil yang tidak dapat dilihat, perumpamaan keldai yang membawa beban berat dan beberapa perumpamaan yang lain lagi. Tujuannya ialah untuk memberikan pendekatan kepada manusia, yang mempunyai fahaman yang sangat jauh dari kebenaran. Perumpamaan yang serupa itu jualah yang akan menghuraikan apa jua masalah yang mereka hadapi, dan menerangkan kepada orang-orang yang kurang memahami akan hukum-hukum Allah.

Adapun yang dapat memahami kesimpulan dan pengajarannya serta memerhatikan pengajaran tersebut hanyalah orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan suka merenungkan kesudahan sesuatu perkara. Mereka akan berfikir dan akan menjadi bertambah kagum bila mengetahui dengan lebih mendalam tentang kebesaran Allah Yang Maha Esa itu yang meliputi perkara-perkara yang besar mahupun yang sekecil-kecilnya.

Kemudiannya pula datanglah firman Allah yang menjadikan dalil dari cerita-cerita di atas. “Allah mencipta langit dan bumi dengan kebenaran…..;” Maksudnya ialah dengan teratur, dengan sempurna, tidak dengan kacau bilau. Semuanya mengikut sistem. Di dalam mengurus segala lapisan langit dengan bintang-bintangnya, diurus pula manusia yang tinggal di muka bumi, baik seluruh manusia atau pun tiap-tiap manusia. Diutus pula apa yang patut dimakan manusia untuk terus hidup. Umpamanya tumbuhan, diatur pembahagian manis, manis tebu lain, manis anggur lain, manis durian lain, semua manis itu diatur Allah dengan tidak ada satu pun manis yang sama. Kalau kita tengok buah mangga. Ada bermacam jenis buah mangga. Pisang pula ada bermacam jenis pisang. Dan tidak ada satu pun jenis dari mangga dan pisang itu sama. Semuanya berlainan aturannya. Itulah maksud kebenaran. Tanda sebagai erti dari ayat.

Di dalam ayat-ayat yang lain dari Al Quran selalu diingatkan bahwa pada kejadian langit dan bumi, pergantian siang dan malam, turunnya hujan dari langit, mengalirnya air dari sungai menuju ke lautan, angin sepoi yang berhembus, semuanya itu adalah ayat, semuanya itu adalah tanda kebenaran.

Tetapi yang mengetahui dan yang mengerti akan tanda-tanda itu semua hanyalah orang-orang yang beriman. Tidak ada yang dapat memahami akan rahsia makhluk Allah ini, melainkan orang-orang yang percaya kepada Allah dan yang membenarkan rasul-rasulNya. Para Rasul pula tugasnya ialah untuk membimbing umat dan menunjukkan bukti serta dalil tentang wujudnya Allah yang Maha Esa. Dan apabila manusia telah mengenal dan percaya akan wujudnya Allah, maka dengan rela hati manusia akan sanggup berjuang, sanggup berjihad menegakkan kebenaran itu di muka bumi ini.  







Al Ankabut Ayat 45

تْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah serta ikutlah (wahai Muhammad) akan apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran, dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.

Allah memerintahkan kepada RasulNya  Nabi Muhammad saw dan segenap kaum mukmin untuk membaca Al Quran, serta memahami  serta menyampaikan isi kandungan ayat Al Quran kepada segenap manusia. Hendaklah senatiasa diulang-ulang pembacaan, pemahaman, penelitian dan penyebaran isi kandungan Al Quran ini sehingga mendalam dan dapat mempengaruhi tindakan hidup seseorang.

Di samping itu hendaklah ia mendirikan sembahyang. Di dalam ayat ini dijelaskan akibat atau kesan yang nyata dan jelas serta kesan positif dari sembahyang itu. “...sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar;...” Mencegah di dalam ayat ini adalah bermaksud benteng. Dengan mengerjakan sembahyang lima waktu sehari semalam, iaitu pada waktu subuh, zuhur, asar, maghrib dan isyak, makanya seseorang itu telah membentengi dirinya dari perbuatan yang keji, seperti zina, merompak, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan bebagai lagi perkara mungkar. Ini kerana setiap lima kali sehari kita telah menghubungkan diri kita dengan Allah.

Ibnu ‘Aun Al Ashari berkata,”bila engkau sedang melakukan sembahyang, bererti engkau telah mengerjakan kebajikan. Sembahyangmu itu secara otomatis menghambatmu dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sedangkan berzikir kepada Allah di dalam sembahyangmu itu lebih besar keutamaannya. “










Al Ankabut Ayat 46

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka; dan katakanlah (kepada mereka): "Kami beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu; dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah Satu; dan kepadaNyalah, kami patuh dengan berserah diri."

“Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik,...”
Ini adalah satu panduan utama bagi seseorang yang mengaku beriman kepada Allah. Kaum mukmin ini akan berjumpa dan bergaul dengan orang-orang yang berlainan agama, terutamanya mereka yang dinamakan Ahli Kitab, iaitu kaum Yahudi dan Nasrani. Para ahli Kitab dari kaum Yahudi dan Nasrani ini memang telah mengakui akan adanya Allah dan mereka juga percaya kepada nabi-nabi mereka iaitu Nabi Musa dan Nabi Isa. Hanya perkara yang mereka engkari dan tak boleh terima ialah untuk mengakui Nabi Muhammad saw itu sebagai rasul utusan Allah. Dan syariat mereka pula adalah syariat yang kekal dan tidak dapat dibatalkan oleh syariat yang datang kemudian. Iaitu yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Oleh itu Allah bagitahu Nabi Muhammad dan umat Islam supaya orang-orang ahli Kitab ini dilayan dengan baik, diberikan penerangan dengan cara yang baik. Jangan sampai berkasar dengan mereka. Sekiranya mereka ingin mencari kebenaran dalam beragama, maka pergunakanlah sikap dan cara yang lemah lembut dengan mereka. Sambutlah perkara yang memarahkan dari mereka itu dengan cara menyimpannya saja di dalam hati. Dan sebaliknya berikanlah nasihat yang baik-baik saja kepada mereka. Berbahaslah dengan mereka dengan baik dan tunjukkanlah cara memberi pimpinan kepada mereka ini, supaya mereka mahu diajak berbahas dan bertukar-tukar pandangan dengan cara yang baik tanpa memburuk-burukkan pandangan mereka dan menuduh mereka mempunyai kepercayaan yang sesat. Sepertimana disebut juga di dalam surah Fussilat ayat 34 yang bermaksud: “Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik;”

“....kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka;...”
Serpihan ayat ini pula adalah dimaksudkan tentang orang-orang musyrikin yang berlaku syirik yang mendakwa bahwa Allah mempunyai sekutu dan mempunyai anak, yang tidak mahu mengikuti jalan yang lurus, tidak mahu menerima kebenaran, tidak mahu bertukar fikiran dengan jujur. Sudah diajak bertukar fikiran dengan baik, namun mereka masih juga bersikap menentang dan memusuhi.

Orang-orang yang seperti ini walau bagaimanapun kita mengemukakan kebenaran, walau bagaimana pun kita hendak bertukar fikiran secara jujur, mereka tetap akan mencari seribu satu alasan dan dalih untuk menikam Islam dengan cara yang buruk. Sehingga pada zaman sekarang ini pun mereka masih melakukan tentangan. Mereka berdiri atas dasar ilmu pengetahuan Orientalis memberikan tafsiran tentang agama Islam dengan menurutkan hawanafsu dan kebencian mereka saja. Mereka merekacipta artikel di media masa mengatakan Islam adalah agama terorist yang kejam yang menghalalkan pembunuhan. Dan perlahan-lahan mereka menyucuk jarum mereka mengatakan bahwa agama merekalah agama yang sebenarnya, agama yang berdasarkan keamanan dan berkasihsayang.

Dengan mereka ini semua, Allah bagitahu bahwa TIDAK PERLU kita bertukar fikiran dengan cara baik dengan mereka semua.  Kerana maksud mereka memang sangat jelas tidaklah baik.

Jadi kepada orang-orang ahli Kitab itu, jika mereka mengajak kita untuk berunding dan sudi menerima keterangan dari kita dan juga dari mereka dengan secara jujur dan ikhlas, maka katakanlah kepada mereka bahwa kita sesungguhnya beriman dengan kitab Al Quran yang diturunkan kepada kita dan kita juga beriman dengan kitab Taurat dan kitab Injil yang mana kedua-duanya telah diturunkan kepada mereka. Sedangkan Allah yang kita sembah adalah juga Tuhan yang mereka sembah iaitu Allah yang Maha Esa.










Al Ankabut Ayat 47 Hingga 49

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلَاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ
47 - Dan (sebagaimana Kami telah menurunkan Kitab-kitab agama kepada Rasul-rasul yang telah lalu) demikianlah Kami turunkan pula kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Al-Quran ini. Maka orang-orang yang Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) ada yang beriman kepada Al-Quran, dan juga sebahagian dari orang-orang (Makkah) beriman kepadanya; dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang-orang yang berdegil dalam kekufurannya.

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
48 - Dan engkau (wahai Muhammad) tidak pernah tahu membaca sesebuah kitab pun sebelum turunnya Al-Quran ini, dan tidak pula tahu menulisnya dengan tangan kananmu; (kalaulah engkau dahulu pandai membaca dan menulis) tentulah ada alasan bagi orang-orang kafir yang menentangmu akan merasa ragu-ragu (tentang kebenaranmu).

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
49 - (Al-Quran tetap datangnya dari Allah dengan tidak syak lagi) bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang terpelihara di dalam dada orang-orang yang berilmu; dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan Kami melainkan orang-orang yang zalim.

Allah memberitahu bahwa AlQuran itu dturunkan tidak ada bezanya dengan kitab-kitab terdahulu. Kalau kitab-kitab terdahulu ada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mahu beriman dengannya, maka tidaklah hairanlah kalau di antara orang-orang kafir dari penduduk Mekah atau lainnya ada yang telah beriman dan yang mahu beriman dengan AlQuran.

Malahan orang-orang ahli Kitab juga ada yang sudah pun mengenal akan Nabi Muhammad saw dan juga Al Quran, tetapi mereka kemudian menjadi kufur dan mengingkarinya. Padahal sebelum itu mereka juga telah mengenalnya.

Nabi Muhammad saw sebelum diturunkan Al Quran dahulu, baginda sendiripun belum pernah membaca sebarang kitab apalagi membaca Al Quran. Dan baginda sendiri pun belum pernah menuliskan dengan tangannya. Sebab membaca dan menulis itu bukanlah menjadi kebiasaan bagi baginda nabi. Bahkan baginda telah ditakdirkan oleh Allah sebagai seorang ummiy pula.

Kalau sekiranya Nabi Muhammad saw tahu membaca dan menulis, maka tentulah orang akan meragui Al Quran itu. Dan mungkin mereka yang ragu-ragu itu akan menyangka pula yang Al Quran itu adalah hasil karangan baginda. Tetapi hakikatnya baginda seorang ummiy. Dengan itu keraguan terhadap Al Quran adalah hasil karya baginda adalah tidak munasabah dan patut ditolak mentah-mentah.

Tapi yang peliknya, orang-orang kafir musyrikin selalu menuduh baginda sebagai penulis kepada Al Quran itu. Bahwa Al Quran itu adalah hasil ciptaan baginda dan bukannya wahyu dari Allah. Padahal mereka semua jelas sudah tahu bahwa baginda tidak tahu menulis dan membaca. Kenapakah mereka bodoh sekali beranggapan begitu? Tidak lain adalah kerana mereka tidak mahu menerima kebenaran.

“(Al-Quran tetap datangnya dari Allah dengan tidak syak lagi) bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata,”
Ini membawa maksud bahwa AlQuran ini merupakan ayat-ayat yang jelas dalam menunjukkan kepada kebenaran, baik itu perintah, larangan ataupun khabar-khabar berita yang nyata. Hanya orang yang berilmu, yang diberikan akal untuk berfikir, tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu, tidak ada rasa benci dan dengki, mereka ini saja yang dapat menerima Al Quran. Kerana ianya sesuai dengan akal murni orang itu.

Orang-orang yang berakal mulia ini iaitu para ulamak, mereka menghafal ayat-ayat Al Quran ini dan Allah selalu berikan kemudahan kepada mereka dalam menghafal, membaca dan mentafsirkannya. Bahkan ayat-ayat Al Quran ini telah mereka jadikan hiburan dan amalan mereka di setiap hari, setiap saat kerana cintanya mereka kepada Al Quran.

Tepatlah apa yang dikiaskan oleh baginda nabi di dalam sabdanya:
“kalau al Quran itu dituliskan pada sehelai kulit binatang sekali pun, tidaklah ia akan hangus dimakan api.”
Dan pepatah Melayu ada juga menyebut sebagai, tak lekang dek panas, tak lapuk dek hujan. Maksudnya tidaklah ada satu kekuatan pun yang dapat menghapuskan pengaruh Al Quran. Al Quran tersimpan, dan dihafal di dada mereka. Al Quran mudah dibacakan oleh lidah, selalu terpelihara dan terawat di dalam hati, dan mengandungi mukjizat, baik dari lafaznya mahupun maknanya.

Oleh kerana itu, terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu yang mengatakan bahwa sifat umat Nabi Muhammad adalah memiliki kecepatan hafalan dan daya ingatan yang kuat. MasyaAllah tabarakallah! Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Perkasa!







No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.