Monday, November 2, 2015

Surah Al Qasas Ayat 25 - 38








Al Qasas Ayat 25

فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata:" Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami". Maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: "Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu ".

Setelah selesai memberi minum kambing-kambing ternakan, kedua wanita itu pun bergegas pulang ke rumah merka. Ayah mereka yang sedang menunggu, merasa terkejut kerana mereka pulang lebih awal dari biasa. Dengan gembira sekali kedua wanita itu menceritakan kepada ayahanda mereka tentang Nabi Musa dan tentang apa yang terjadi.

Setelah mendengar kisah dari kedua anaknya itu, disuruhlah salah seorang puterinya agar pergi memanggil Nabi Musa untuk diundang ke rumah mereka sebagai tetamu. Lalu pergilah salah seorang puterinya dengan malu-malu berjalan menemui Nabi Musa. Sebuah riwayat dari Umar Ibnu Khattab mengatakan bahwa wanita itu menutupi wajahnya dengan kerah baju kerana malu. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Amr bin Maimun, Umar berktata bahwa ia datang berjalan dengan malu-malu menutupi wajahnya dengan bajunya. Ini kerana ia bukanlah wanita yang berani dengan sesuka hatinya untuk keluar masuk berjalan-jalan.

Setelah ditemuinya Nabi Musa di bawah pohon rendang tempat Nabi Musa berdoa tadi, wanita itu pun menyuruh Nabi Musa untuk datang ke rumahnya. Wanita itu berkata dengan penuh sopan dan malu-malu, “Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami".

Undangan itu disambut baik oleh Nabi Musa. Lalu bersama-sama dengan wanita itu Nabi Musa berjalan menuju ke rumah wanita tersebut menemui orang tuanya. Maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku (mengenai dirinya)".  Maksudnya Nabi Musa menceritakan segala-galanya apa yang telah terjadi dari awal hingga akhir kepada ayah wanita tersebut. Daripada mula beliau dilahirkan, dihanyutkan di sungai Nil, dipungut dan dipelihara oleh Firaun, peristiwa pembunuhan orang Qibti, sehinggalah dia melarikan diri dan berjumpa dengan kedua wanita anak perempuan orang tua tersebut. Didengari semua cerita Nabi Musa dengan penuh perhatian oleh orang tua itu. Setelah semua cerita selasai diceritakan, maka orang tua itu pun berkata kepada Nabi Musa, "Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu ".

Jangan khuatir lagi. Ini adalah negeri Madyan. Negeri ini tidak algi dalma wilayah kuasa firaun Mesir. Tanah Madyan adalah tanah yang lain. Sebab itu maka bertenanglah engkau dalam negeri ini.

Okay, ramai yang bertanya dan mencari kaji siapakah orang tua ini. Siapakah orang tua ini yang menjadi ayah kepada kedua wanita penggembala kambing yang ditemui dan ditolong oleh Nabi Musa tadi?

Ahli tafsir berbeza pendapat tentang diri orang tua ini. Ramai ahli tafsir yang menyatakan bahwa orang tua ini adalah Nabi Syu’aib sendiri. Imam Hasan al Basri juga berpendapat bahwa orang tua ini adalah Nabi Syu’aib. Begitu juga Ibnu Abi Hatim. Tetapi yang lain mentafsirkan bahwa orang tua ini bukan Nabi Syu’aib, tetapi adalah anak saudara kepada Nabi Syu’aib. Ada juga yang mengatakan orang tua ini adalah pengikut Nabi Syu’aib.

Dijelaskan di dalam tafsir Ibnu Katsir dalam tafsirnya bawha jarak masa antara Nabi Musa dengan Nabi Syu’aib adalah terlalu jauh. Memang ada beberapa hadis mengatakan bahawa orang tua itu adalah nabi Syu’aib tetapi Ibnu Katsir menjelaskan pula bahwa isnad dari hadis-hadis itu tidak ada yang sahih isnadnya.

Wallahua’lam. Hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Jadi elok lah kita serahkan saja kepada Allah. Sekiranya Allah tidak menjelaskan kepada kita siapakah orang tua ini, maka tidak perlulah kita untuk mencari tahu siapakah ia yang sebenarnya. Kerana apa yang Allah ingin sampaikan di sini adalah lebih penting untuk kita kaji selain dari kita mencari tahu siapakah orang tua ini.








Al Qasas Ayat 26 Hingga 28

قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
26 - Salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata: "Wahai ayah, ambilah dia menjadi orang upahan (mengembala kambing kita), sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah".

قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
27 - Bapa perempuan itu berkata (kepada Musa): "Aku hendak mengahwinkanmu dengan salah seorang dari dua anak perempuanku ini, dengan syarat bahawa engkau bekerja denganku selama delapan tahun; dalam pada itu, jika engkau genapkan menjadi sepuluh tahun, maka yang demikian itu adalah dari kerelaanmu sendiri. Dan (ingatlah) aku tidak bertujuan hendak menyusahkanmu; engkau akan dapati aku Insya Allah, dari orang-orang yang baik layanannya".

قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
28 - Musa menjawab: "Perjanjian itu adalah antaraku denganmu (tetap dihormati bersama); yang mana sahaja dari dua tempoh itu yang aku tunaikan, maka janganlah hendaknya aku disalahkan. Dan Allah jualah menjadi Pengawas terhadap apa yang kita katakan itu".

Rupa-rupanya orang tua itu tidak mempunyai anak lelaki dan tidak pula mempunyai pembantu. Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua puterinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terfikirlah salah seorang puteri itu alangkah baiknya kalau Nabi Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diambil bekerja menjadi pembantu di rumah mereka.

Puteri itu lalu mengusulkan saranannya itu kepada ayahnya. Mendengar cadangan anaknya itu, maka ayahnya bertanya pula bagaimana anaknya itu tahu bahwa Nabi Musa itu seorang yang kuat tenaga dan boleh dipercayai. Puterinya menjawab bahwa memang Nabi Musa seorang yang kuat kerana beliau dapat mengangkat batu besar yang menutupi telaga dengan seorang diri. Sedangkan batu itu memang berat dan besar dan hanya boleh diangkat oleh 10 orang lelaki. Tetapi Nabi Musa mampu mengangkatnya seorang diri.  Nabi Musa juga seorang yang boleh dipercayai kerana semasa dalam perjalanan menuju ke rumah mereka, Nabi Musa telah menyuruhnya berjalan di belakang untuk mengelak dari auratnya dipandang di saat angin bertiup menyelakkan pakaian menutupi badan puterinya itu.

Mendengar akan itu, maka ayah puteri itu pun bersetuju untuk mengambil Nabi Musa bekerja dengan mereka. Tetapi  ayahnya bukan saja hendak mengambil Nabi Musa bekerja, tetapi ayahnya juga berkehendak untuk mengawinkan Nabi Musa dengan salah seorang dari puterinya. Tidak disebutkan yang mana satu puterinya yang dikahwinkan dengan Nabi Musa. Samada yang tua kah ataupun yang muda. Oleh kerana Al Quran tidak bercerita tentang hal ini jadi tidak usahlah kita pertikaikan. Anggap sajalah Nabi Musa dikahwinkan dengan salah seorang anak perempuan orang tua ini.

Orang tua ini telah menetapkan mahar atau mas kawin untuk anak perempuanya itu bukanlah harta benda tetapi tenaga Nabi Musa sendiri. Maksudnya diminta Nabi Musa untuk menggembala kambing ternakan mereka selama lapan tahun lamanya sekurang-kurangnya. Tetapi kalau Nabi Musa hendak cukupkan sepuluh tahun secara sukarela, itu adalah lebih baik lagi bagi mereka.

Janji permbayaran mas kawin dengan cara bilangan tahun menggembala kambing itu adalah sungguh bijaksana sekali. Sebab Nabi Musa adalah seorang yang hidup dalam buangan di Madyan. Kalau beliau segera pulang ke Mesir jiwanya mesti dalam bahaya. Dan kalau beliau menetap di Madyan selama sekian tahun, maka diharapkan agar adanya perubahan yang berlaku di kota Mesir sepeninggalan Nabi Musa menetap di Madyan itu. Orang tua itu berharap agar dengan melanjutkan tempoh menggembala kambing selama dua tahun lagi itu tidaklah memberatkan Nabi Musa kiranya. Kerana itu orang tua itu memberi jaminan bahwa ia pun juga akan melayan Nabi Musa dengan baik.

Mendengarkan usul yang diberikan oleh orang tua itu, Nabi Musa pun bersetuju dengan perjanjian tesebut. Dengan persetujuan itu maka terjadilah akad nikah , iaitu ijab dan qabul. Nabi Musa bersetuju untuk menggembala kambing mereka selama lapan tahun sebagai melangsaikan hutang mas kawin. Dan kalau tidak terlangsai akan ditambah lagi selama 2 tahun lagi menggembala kambing.

Sejak itu berubahlah hidup Nabi Musa. Dahulunya semasa kecil seroang rakyat biasa kaum Bani israel yang dihina, menjadi anak angkat firaun yang disegani, menjadi pelarian dan orang buangan, kini menjadi ketua keluarga di Madyan. Mulailah hidup Nabi Musa menegakkan rumahtangga memikul tanggungjawab sebagai suami dan tanggungjawab sebagai orang yang menerima upah menggembala kambing. Dalam mengiringi dan menjaga kambing-kambing ternak di padang pasir yang luas, melihat patuhnya kambing dihalau, mulailah Nabi Musa memikirkan masa depannya yang jauh, yang bakal dihadapinya nanti.  







Al Qasas Ayat 29 Hingga 32

فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
29 - Setelah Musa menyempurnakan tempoh kerjanya itu dan (mendapat izin) berjalan dengan isterinya (kembali ke Mesir), ia melihat (dalam perjalanannya itu) api dari sebelah Gunung Tursina. (Ketika itu) berkatalah ia kepada isterinya: "Berhentilah; sesungguhnya aku ada melihat api, semoga aku dapat membawa kepada kamu sesuatu berita dari situ, atau sepuntung dari api itu, supaya kamu dapat memanaskan diri".

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
30 - Maka ketika ia sampai ke tempat api itu, (kedengaran) ia diseru dari tepi lembah yang di sebelah kanan, di tempat yang dilimpahi berkat, dari arah pohon kayu (yang ada di situ): "Wahai Musa, sesungguhnya Akulah Allah Tuhan sekalian alam. (Sesungguhnya api itu adalah sebagai satu isyarat yang didatangkan oleh Allah untuk menarik perhatian Musa ke tempat itu dan bukannya zat Allah, Wallahu A'lam)

Setelah genap 10 tahun Nabi Musa menjadi penggembala kambing bersama keluarga mertuanya, maka kini tibalah masanya untuk Nabi Musa pulang semula ke kota Mesir tempat kelahiran yang dirinduinya saban malam. Rindu ingin berjumpa dengan ahli keluarganya yang telah lama tidak bersua muka. Lalu Nabi Musa pun meminta izin dari mertuanya untuk berpindah ke kota Mesir untuk menjenguk sanak saudara yang jauh di mata sekian lama ditinggalkannya. Nabi Musa diizinkan dan mertuanya menghadiahkan sekawan kambing sebagai hadiah untuk dibawa bersama mereka.

Berangkatlah Nabi Musa menempuh perjalanan ke kota Mesir bersama isteri dan anak-anaknya. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, ada pada suatu malam yang gelap cuaca menjadi teramat sejuk. Hujan bercampur angin menambahkan lagi kesukaran perjalanan mereka. Oleh kerana payah untuk meneruskan perjalanan rombongan Nabi Musa berhenti di satu tempat lalu dipasangnya khemah untuk keluarganya berteduh. Oleh kerana angin terlalu kuat berhembus, maka agak sukarlah untuk Nabi Musa menghidupkan unggun api.

Sedang beliau cuba dan mencuba lagi untuk menghidupkan api dengan kepayahan itu, tiba-tiba terlihatlah oleh Nabi Musa cahaya api berkelip-kelip dari sebelah gunung tak jauh dari tempat mereka berkhemah. Agak kehairanan juga Nabi Musa, bagaimana orang di sebelah lereng bukit itu boleh menghidupkan api sedangkan Nabi Musa sendiri agak susah untuk menghidupkan api di situ. Lalu Nabi Musa memberitahu keapda rombongannya bahwa beliau akan pergi ke tempat cahaya itu untuk melihat-lihat dan kalau boleh Nabi Musa akan membawa balik api untuk mereka membuat unggun.  Nabi Musa pun pergi menuju ke arah cahaya api di sebalik lereng bukit itu seorang diri.  

“Maka ketika ia sampai ke tempat api itu, (kedengaran) ia diseru dari tepi lembah yang di sebelah kanan..’”
Maksud dari ayat 30 ini adalah kedengaranlah oleh Nabi Musa satu suara yang memanggil namanya dari pinggir sebelah kanan. Oleh kerana agak sukar untuk menentukan arah kanan atau pun kiri bagi sebuah bukit itu, dapatlah kita ertikan bahwa dari sebelah kanan Nabi Musa sendiri itulah datangnya panggilan itu.

“....di tempat yang dilimpahi berkat, dari arah pohon kayu (yang ada di situ): “
Dinyatakan bahwa tempat terdengarnya panggilan itu disebut sebagai bumi yang diberkati. Ini kerana di sanalah Allah mentajallikan kekuasaannya. Allah telah berkenan untuk berbicara dengan hamba pilihanNya yang benama Musa. Maka kelihatanlah oleh Nabi Musa akan api itu yang bernyala timbul dari pohon kayu yang menghijau terang benderang. Bukannya dari pohon yang kering. Nabi Musa tercengang-cengan melihat kejadian yang sedang dialaminya itu.

"Wahai Musa, sesungguhnya Akulah Allah Tuhan sekalian alam… “
Di situlah Allah menyatakan diriNya kepada hambaNya yang dikasihiNya itu. Salah seorang nabi yang diberi sebutan Ulul Azmi mempunyai kedudukan penting di antara Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Allah mengatakakn kepada Nabi Musa bahwa yang berbicara dengan beliau sekarang ini adalah Tuhan Nabi Musa, Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada tuhan selain Dia. Tidak ada pencipta kecuali Dia. Yang Maha Agung, Maha Tinggi dan Maha Suci dari segala kekurangan pada zatNya, pada sifatNya, pada kata-kataNya dan pada perbuatanNya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia.

Pada saat itu Allah telah menciptakan ilmu yang meyakinkan pada diri Nabi Musa, bahwa yang sedang berkata-kata dengan beliau itu adalah Allah swt. Dan kata-kata yang dititahkanNya itu adalah kalamullah. Kata-kata itu bukanlah datang dari pohon yang dilihat oleh Nabi Musa yang merupakan tempat yang diberkati lagi suci. Sebab dari pohon itulah Nabi Musa diajak untuk bercakap-cakap oleh Allah dan dari arah itu jugalah beliau telah dilantik menjadi seorang Nabi.

Ada riwayat menyatakan bahwa Nabi Musa ditanya, bagaimanakah beliau tahu yang panggilan itu datangnya dari Allah? Dijawab oleh Nabi Musa, “kerana aku mendengarnya menerusi seluruh anggotaku.” maksudnya apabila Nabi Musa mendapati seluruh anggota tubuh badannya merasa mempunyai pendengaran, maka tahulah beliau bahawa tidak ada sesiapa yang berkuasa melakukan yang sedemikian itu melainkan Allah jua.








Al Qasas Ayat 31

وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ
"Dan (sekarang) campakkanlah tongkatmu". (Ia pun mencampaknya), maka apabila ia melihat tongkatnya itu (menjadi seekor ular besar) bergerak cepat tangkas, seolah-olah seekor ular kecil, berpalinglah ia melarikan diri dan tidak menoleh lagi. (Lalu ia diseru): "Wahai Musa, datanglah kemari dan janganlah engkau takut. Sesungguhnya engkau dari orang-orang yang beroleh aman.

“..campakkanlah tongkatmu"
Inilah firman Ilahi kepada Nabi Musa untuk menunjukkan kekuasaanNya yang Mutlak. Iaitu setelah Allah bertanya apakah yang berada di dalam tanganmu itu hai Musa, sepertimana yang diceritakan di dalam surah Taha ayat 17, sisters boleh rujuk sane ye, maka datanglah perintah ini pula. Allah menyuruh Nabi Musa mencampakkan atau melemparkan tongkat yang berada di tangannya.

“...maka apabila ia melihat tongkatnya itu (menjadi seekor ular besar) bergerak cepat tangkas, seolah-olah seekor ular kecil, berpalinglah ia melarikan diri dan tidak menoleh lagi.”
Nabi Musa terus lari kerana terkejut melihat tongkatnya telah menjelma menjadi ular tedung, atau ular yang sangat besar dan mengerikan. Memanglah Nabi Musa akan terkejut melihat kejadian itu, kerana selama ini beliau belum pernah mengalami peristiwa sedemikian sebelum ini. Bila Allah menunjukkan kekuasaanNya terhadap tongkat yang berada di dalam tangannya sendiri, terus Nabi Musa terkejut lalu cabut lari.

Di dalam surah Taha ayat 17, Allah menanyakan kepada Nabi Musa akan kegunaan tongkat itu.Di ayat 18 pula diterangkan jawapan dari Nabi Musa mengatakan bawa sejak dia menggembala kambing sepuluh tahun itu lagi dia telah terbiasa memakai tongkat untuk menggembala. Sekarang walaupun dia sudah tidak menggembala kambing, tetapi seperti sudah menjadi kebiasaan bagi dirinya untuk memegang tongkat untuk ke mana-mana. Bahkan seperti yang kita ketahui Nabi Muhammad saw sendiri pun membiasakan diri memegang tongkat dalam setiap perjalanan baginda. Dan ianya telah menjadi sebagai salah satu dari sunnah.  

"Wahai Musa, datanglah kemari dan janganlah engkau takut. Sesungguhnya engkau dari orang-orang yang beroleh aman.”
Allah menghilangkan rasa ketakutan Nabi Musa dengan menyeru beliau dan menjelaskan bahwa perubahan rupa tongkat itu menjadi ular tidaklah membahayakan bagi Nabi Musa. Lalu Allah menyuruh Nabi Musa datang mendekat. Ini kerana orangyang datang mendekati Allah, semakin lama semakin dekat, maka jiwa dan raganya akan bertambah aman, tenteram,tidak ada rasa gementar atau takut.

Okay, sisters. Di dalam ayat ini telah mengajar kita akan satu perkara. Setiap kali kita merasa dalam kegelisahan, ketakutan, kebimbangan, maka ingatlah Allah. Dekatkanlah diri kita kepadaNya dengan bersembahyang, membaca Quran dan berzikir padanya. Semakin kita mendekati Allah, jiwa kita akan semakin tenang dan tenteram. Datanglah musibah apa pun yang melanda,  asal kita istiqamah dalam mendekatkan diri kita kepada Allah, maka akan wujud ketenteraman di dalam jiwa kita. In shaa Allah.

Di dalam surah Taha ayat 22, Nabi Musa telah disuruh mengambil tongkatnya kembali, dan setelah tongkat itu sampai ke tangan beliau semula, tongkat itu telah berubah bentuk daripada ular kepada bentuknya yang asal.







Al Qasas Ayat 32

اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
"Masukkanlah tanganmu melalui belahan dada bajumu, nescaya keluarlah ia putih bersinar-sinar dengan tiada cacat; dan kepitlah tanganmu di celah ketiakmu ketika merasa takut (nescaya hilanglah takutmu). Yang demikian adalah dua bukti dari Tuhanmu (untuk engkau menunjukkannya) kepada Firaun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasik - derhaka"

Inilah perintah kedua yang ditujukan Allah kepada Nabi Musa. Masukkan salah satu tanganmu ke dalam leher baju, lalu keluarkan ia semula. Sebaik saja Nabi Musa mengeluarkan semula tangannya dari leher baju, Allah telah menjadikan tangan Nabi Musa itu sinaran putih bercahaya. Di dalam surah Taha ayat 32 dijelaskan putihnya itu bukanlah sebagai putih penyakit, atau putih yang membawa keburukan. Putih itu adalah putih yang bersinar memancar dan menimbulkan keindahan.

Orang-orang yang beriman dianjurkan oleh baginda Nabi Muhammad saw agar selalu berdoa memohon kepada Allah agar seluruh dirinya dan hati nuraninya agar diberikan Nur, cahaya. Dan sinaran cahaya yang begitu tinggi nilainya ini telah dikurniakan kepada nabi Musa.  

‘..dan kepitlah tanganmu di celah ketiakmu ketika merasa takut (nescaya hilanglah takutmu).”
Maksudnya sekiranya ada bahya yang mengancam nabi Musa, maka Allah menyuruh beliau masukkan kedua tangan beliau di dalam leher baju, dan kepitkanlah tangan beliau di dada, kemudian keluarkan kembali tangan itu. Nescaya sinar yang memancar dari tangan itu akan membuatkan ketakutan kepada bahya yang mengancam tadi itu akan hilang. Bahkan pihak musuh pula yang akan merasa ketakutan dan kalah apabila melihat akan beliau.

Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya tentang ayat ini, bahwa seseorang yang beriman pun jika menghadapi suatu bahaya yang menakutkan, boleh mereka meniru cara Nabi Musa ini memasukkan tangan ke dada, lekapkan di hati, lalu ingat pada Allah, sehingga semuanya tenang kembali. Kemudian keluarkanlah tangan itu semula. In shaa Allah yang ditakutkan itu akan hilang dengan sendirinya.

Apa yang sudah berlaku, iaitu tongkat yang menjelma menjadi ular dan tangan yang dikeluarkan dari belahan baju mengeluarkan cahaya putih yang bersinar, kedua-duanya ini merupakan bukti yang jelas tentang kekuasaan Allah swt dan benarnya kenabian Nabi Musa. Kedua-dua bukti ini akan diperlihatkan kepada firaun dan kaumnya nanti.
Mengapakah kedua-duanya bukti ini hendak diperlihatkan kepada mereka?

‘....Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasik - derhaka"
Kerana sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang telah terkeluar dari mentaati Allah. Mereka melawan perintah Allah. Dan mengingkari agama yang dibawa oleh Nabi Musa. Maka patut sangatlah kedua mukjizat yang besar ini diperlihatkan kepada mereka.









Al Qasas Ayat 33 Hingga 35

َالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
33 - Nabi Musa merayu dengan berkata: "Wahai Tuhanku, bahawa aku telah membunuh seorang dari kalangan mereka; oleh itu aku takut mereka akan membunuhku "

وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
34 - "Dan saudaraku - Harun, ia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersama-samaku sebagai penyokong yang mengakui kebenaranku; sesungguhnya aku bimbang bahawa mereka akan mendustakan daku".

قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
35 - Allah berfirman: "Kami akan menguatkan tenaga dan daya-usahamu dengan saudaramu (Harun), dan Kami akan memberikan kuasa kemenangan kepada kamu berdua oleh itu mereka tidak akan sampai kepada maksud membahayakan atau mengalahkan kamu. Dengan membawa ayat-ayat keterangan Kami itu, kamu berdua serta pengikut-pengikut kamu akan menang".

Pada ayat 32 tadi telah dijelaskan kepada Nabi Musa bahwa kedua mukjizat besar itu akan diberikan kepada Nabi Musa kerana nantinya Nabi Musa akan menghadapi firaun dan para pembesarnya. Dengan demikian maka bermulalah tugas Nabi Musa sebagai Rasul Allah. Nabi Musa sudah diangkat sebagai Rasul Allah.

Tetapi Nabi Musa ada satu kelemahan pada dirinya yang membuatkan dirinya berasa sukar untuk menghadapi firaun. Iaitu tentang permbunuhan yang pernah dilakukannya 10 tahun yang lalu. Pembunuhan itu adalah sesuatu perkara yang besar. Jadi Nabi Musa merasakan bahawa kedatangannya membawa dakwah ke kota Mesir itu tidak akan dihargai orang kerana mereka semua tahu akan sejarah silam Nabi Musa sebagai seorang pembunuh.

Sekiranya beliau menghebahkan kepulangannya ke kota Mesir untuk berdakwah, sudah tentulah orang ramai yangm mengetahui siapa akan dirinya, akan terus melaporkan kepada firaun dan akan terus menangkapnya dan akan dibunuh. Jadi tugas mulia yang diberikan Allah kepadanya itu tidak akan tercapai. Itulah yang menakutkan Nabi Musa.

Daripada penjelasan ini, jelaslah bahwa Nabi Musa bukanlah takut kalau beliau akan ditangkap, takut akan dijatuhkan hukuman bunuh ataupun takut mati. Tidak. Yang ditakutkannya ialah kalau-kalau apa yang ditugaskan Allah kepada dirinya nanti tidak akan berhasil.Kerana sebelum bertindak lagi, beliau sudah pun ditangkap dan menjalani hukuman bunuh.

Ditambah pula Nabi Musa tidak berapa fasih bercakap dan bertutur. Lidahnya agak gugup bila bercakap. Jadi Nabi Musa meminta agar saudara beliau iaitu Nabi Harun dapat diangkat menjadi nabi juga dan dapat menolong beliau menyebarkan dakwah bersama. Saudara nabi Musa, iaitu Nabi Harun itu lebih fasih bercakap dari beliau. Jadi nabi Harun dapat memberikan penjelasan mengenai apa yang diragukan, dan memberi hujah kepada orang-orang yang degil lagi kufur, kerana Nabi Musa takut didustakan olehmereka disebabkan lidahnya yang tidak mampu untuk berhujah kepada mereka.

Sememangnya Nabi Musa tahu akan kelemahan dirinya sendiri. Memang beliau adalah seorang yang kuat dan gagah perkasa. Sehingga dikatakan bahwa beliau dapat meninju seseorang dengan sekali tinju saja dan orang itu akan mati di tangan beliau. Tetapi kekurangan yang ada pada beliau adalah beliau tidak pandai bermulut manis. Berbeza dengan abangnya Nabi Harun mempunyai kefasihan dalam berkata-kata. Cuma kekurangan Nabi Harun ialah bahwa jiwanya terlalu lembut dan tidak cukup berwibawa untuk memimpin.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, lidah Nabi Musa menjadi kelu adalah akibat sewaktu kecilnya beliau telah memakan bara api ketika disuruh memilih antara bara api, kurma dan permata untuk dimakan. Beliau telah memilih bara api. Dan beliau telah meletakkan bara api itu di atas lidahnya, sehingga lidahnya menjadi berat untuk bertutur sehingga kini.  

Pemohonan Nabi Musa itu pun dikabulkan. Allah pun menangkat Nabi Harun menjadi Rasul untuk mendampingi Nabi Musa.  "Kami akan menguatkan tenaga dan daya-usahamu dengan saudaramu (Harun), dan Kami akan memberikan kuasa kemenangan kepada kamu berdua oleh itu mereka tidak akan sampai kepada maksud membahayakan atau mengalahkan kamu….”  Allah menganugerahkan kepada mereka berdua pengaruh, ataupun tuah. Maksudnya yang walaupun mereka berdua ini tidak memegang apa-apa kuasa dalam pemerintahan, tetapi baik firaun ataupun pembesar-pembesar firaun, mereka akan merasa takut untuk bertindak sesuka hati terhadap mereka berdua.

Okay, admin teringat tentang satu kisah mengenai baginda Nabi Muhammad saw yang kita kasihi. Kita tahu bahwa Abu Jahal sangat membenci baginda nabi kan? Abu Jahal ini sangat-sangat memusuhi baginda nabi. Jadi pada suatu hari Abu Jahal ini didatangi oleh baginda nabi di rumahnya. 

Tujuan baginda nabi datang ke rumah Abu Jahal adalah untuk menyuruh Abu Jahal membayar hutangnya kepada seorang yang datang dari desa membawa ternak untanya untuk dijual di Mekah. Unta-unta itu telah diambil oleh Abu Jahal dan dia berjanji akan membayar pada keesokan harinya. Tetapi setelah hari-hari berlalu, Abu Jahal tidak juga datang membayar hutangnya. Lalu orang dari desa itu telah pergi mengadu kepada baginda Nabi. Maka baginda Nabi pun sanggup pergi ke rumah Abu Jahal untuk menagih hutang.

Ramai pengikut dan sahabat baginda yang menahan nabi dari pergi ke rumah Abu Jahal kerana mereka tahu Abu Jahal sangat memusuhi baginda. Mereka bimbang kalau-kalau sesuatu akan terjadi kepada baginda nabi nanti. Namun baginda nabi tetap juga mahu pergi berjumpa dengan Abu Jahal. Maka berangkatlah baginda nabi bersama orang desa tadi menemui Abu Jahal di rumahnya.

Setelah sampai di rumah Abu Jahal, baginda nabi memanggil Abu Jahal dari luar pintu rumah. Baginda nabi menjelaskan kedudukan perkara hutang itu lalu menyuruh Abu Jahal supaya menunaikan janji untuk membayar harga unta-unta yang telah diambilnya.

Abu Jahal tidak dapat berkata apa-apa walau sepatah pun. Dia segera mengambil wang lalu membayar sejumlah harga unta-unta yang diambilnya. Dan setelah selesai, baginda nabi bersama orang desa itu pun berlalu kembali ke masjid.  Sesampai mereka di masjid, para sahabat dan pengikut baginda nabi tercengang melihat mereka tidak diapa-apakan dan pulang dengan selamat.

Tidak lama kemudian datang lah Abu Jahal ke tempat itu. Perkara baginda nabi menemui Abu Jahal ini telah tersebar luas di kalangan penduduk Mekah. Mereka semua menyangka bahwa pastinya baginda nabi tidak akan berani pergi untuk berjumpa dengan Abu Jahal. Rupa-rupanya adalah sebaliknya! Abu Jahal lah yang tidak berani membantah perintah baginda Nabi untuk membayar hutang kepada orang desa itu.

Ketika orang bertanya apa yang terjadi, Abu Jahal bercerita bahwa, sebaik saja baginda nabi sampai, Abu Jahal melihat di belakang kepala baginda nabi ada seekor unta besar dan tinggi. Matanya garang menentang mata Abu Jahal seakan-akan hendak menerkam dan menelan Abu Jahal. Abu jahal menjadi sangat takut. Sebab itulah Abu Jahal tidak membantah perintah baginda nabi dan terus membayar hutang itu tanpa banyak soal lagi.      

Dan ada satu lagi kisah di mana ketika itu baginda Nabi Muhammad saw sedang tidur di bawah sepohon kayu. Lalu datanglah Datsur hendak memancung baginda nabi dengan pedangnya. Terlebih dahulu Datsur betanya keapda baginda nabi, “siapa yang akan menghalangku jika kau kubunuh, wahai Muhammad?” baginda Nabi menjawab, “ALLAH!’ Mendengar baginda nabi menyebutkan nama Allah itu, badan Datsur menjadi gementar dan pedang itu terlepas dari tangannya.

Itulah kelebihan yang diberikan Allah kepada para nabi Nya. Diberikan Allah kepada baginda Nabi Muhammad saw. Dan di sini diberikan pula kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Di dalam ayat 35 ini disebutkan sebagai سُلْطَانًا (sulthona)  yang kita ertikan sebagai pengaruh. Jadi walau bagaimana hebat pun kuasa firaun, namun ianya tidak akan dapat menyentuh apatah lagi menzalimi nabi Musa dan Nabi Harun.  Bukan Nabi Musa dan Nabi Harun saja yang terpelihara dari penganiayaan Firaun dan pembesarnya, bahkan pengikut mereka yang setia juga akan turut dilindungi.









Al Qasas Ayat 36 Hingga 37

فَلَمَّا جَاءَهُمْ مُوسَى بِآيَاتِنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُفْتَرًى وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
36 - Setelah Nabi Musa datang kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa ayat-ayat keterangan Kami yang terang nyata, mereka berkata: "Apa yang engkau bawa ini hanyalah sihir yang dibuat-buat, dan kami tidak pernah mendengar tentang perkara ini dalam kalangan datuk nenek kami yang telah lalu".

وَقَالَ مُوسَى رَبِّي أَعْلَمُ بِمَنْ جَاءَ بِالْهُدَى مِنْ عِنْدِهِ وَمَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
37 - Dan (bagi menjawabnya) Nabi Musa berkata: "Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang membawa hidayah petunjuk dari sisiNya dan siapa yang akan beroleh kesudahan yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya".

Sampai saja di kota Mesir Nabi Musa bersama Nabi Harun pun pergilah menemui Firaun dan pembesarnya di istana. Diserunyalah firaun serta rakyat negeri Mesir supaya bertuhankan Allah dan menyembah kepadaNya saja. Seruan itu disampaikannya dengan memberikan hujah-hujah yang terang sambil menyatakan kerasulan beliau.

Tetapi rakyat Mesir apatah lagi para pembesar negeri telah menolak seruan Nabi Musa dan Nabi Harun. Dikatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Musa itu adalah sesuatu yang diada-adakan, suatu rekaan belaka. Semuanya dusta dan bohong. Mereka tidak mahu percaya. Mukjizat kekuasaan Allah mereka samakan dengan sihir buatan manusia.

Yang menolak seruan Nabi Musa ini sudah tentulah kaum Qibti dan firaun sendiri serta para pembesarnya. Kata mereka seruan Nabi Musa itu baru bagi mereka. Sejak dari nenek moyang dahulu kala mereka belum pernah mendengar seruan yang serupa ini. Selama ini tuhan bagi mereka adalah raja mereka sendiri iaitu Firaun.

Mendengarkan tentangan mereka itu, Nabi Musa berkata kepada mereka bahwa Tuhanlah yang lebih tahu tentang kebenaran orang yang telah dipilihNya dan diutuskanNya. Yang dibawa oleh utusanNya itu bukanlah sihir, tetapi ayat-ayat atau mukjizat kekuasaan Ilahi, yang tidak dapat ditandingi oleh tukang-tukang sihir mana-mana pun. Mukjizat memang berbeza sangat dari sihir. Kerana mukjizat adalah keganjilan yang ditunjukkan dengan izin Allah untuk membangunkan iman dan perhatian orang-orang yang melihatnya tentang kebesaran Allah.Manakala sihir pula adalah buatan manusia yang dapat dilaksanakan oleh sesiapa yang mempelajarinya dan dengan segala ramuan yang cukup. Sekiranya mereka tidak mahu mengaku bahwa itu adalah dari Allah, maka akibatnya kemudian nanti dapatlah dilihat sendiri oleh mereka, mana mukjizat yang benar dan mana sihir yang menipu.

Susunan kata dari jawapan Nab Musa ke atas tentangan mereka itu adalah menunjukkan cara yang baik di dalam berhujah dan bersoal jawab. Beliau tidak menuduh lawannya itu di pihak yang salah atau sesat. Dan beliau tidak pula mendakwa bahwa dirinyalah yang benar.

Maka contoh yang beginilah yang seharusnya diguna pakai oleh kita semua di dalam berdakwah. Kita tidak perlu menuduh dan mengecap seseorang itu sesat atau sudah terpesong. Yang kita perlu buat hanyalah menunjukkan bukti dan dalil kebenaran dan biarkan mereka berfikir sendiri apakah yang mereka pegang selama ini adalah sesuatu yang benar ataupun yang salah.

Contoh ini juga pernah berlaku kepada junjungan besar Nabi Muhammad saw ketika baginda berkata kepada kaum musyrikin sepertimana yang Allah ceritakan di dalam surah Saba’ ayat 24 yang bermaksud:
“sesungguhnya kami atau kamukah di pihak yang mendapat pimpinan atau di dalam kesesatan yang terang?”
Maksudnya sama-sama kita saksikan siapa yang benar dan siapa yang salah di antara kita.

Seterusnya Nabi Musa berkata lagi bahwa sesungguhnya tiada beruntung orang-orang yang aniaya. Maksudnya firaun dan kaumnya yang kufur itu tidak akan dapat mencapai kejayaan dan keselamatan, tetapi yang akan dicapainya adalah sebaliknya. Maka ayat ini merupakan celaan dan ancaman kepada orang yang kufur, iaitu yang menganiaya dirinya sendiri.







Al Qasas Ayat 38

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan Firaun pula berkata: "Wahai orang-orangku, aku tidak mengetahui ada bagi kamu sebarang tuhan yang lain daripadaku; oleh itu, wahai Haman, bakarkanlah untukku batu-bata, serta binalah untukku bangunan yang tinggi, supaya aku naik melihat Tuhan Musa (yang dikatakannya itu); dan sesungguhnya aku percaya adalah Musa dari orang-orang yang berdusta".

Dakwah yang dibawa oleh Nabi Musa adalah berlandaskan tauhid kepada Allah, agar manusia insaf akan keesaan Allah. Ianya suatu ajaran yang benar-benar merombak keyakinan yang ditanamkan selama ini bahwa tuhan itu adalah firaun. Dengan tidak merasa takut dan gentar Nabi Musa mulai meneruskan dakwahnya.

Firaun merasa bimbang sekiranya ramai yang akan terpengaruh dan akan menjadi pengikut Nabi Musa. Di dalam ayat 38 firaun berkata bahwa dia tidak mengenal ada pula tuhan yang lain selain dari dirinya. Tidak ada kekuasaan lain yang dapat menyamai kekuasaan yang ada padanya, apatah lagi yang dapat mengatasi kekuasaannya.

Nabi Musa pun menjawab bahwa Allah itu maha Berkuasa. Meliputi langit dan bumi dan Allah bersemayam di langit atas sana.

Mendengar jawapan Nabi Musa itu, firaun merasa tidak puas hati. Disuruhnya Haman membakar tanah liat untuk dijadikan batu bagi membina sebuah bangunan istana yang besar lagi tinggi mencapai awan. Haman ini adalah seorang perdana menteri ataupun mungkin orang kanan kepada firaun yang paling berpengaruh selepas firaun.  

Maka dikumpulkannyalah bilangan jurutera-jurutera, tukang-tukang kayu dan tukang batu serta kuli-kulinya. Dinyalakanlah api untuk membuat batu bata, dan dipasangkanlah kayu untuk dibuat rangka, sehinggalah terbina sebuah istana besar yang mempunyai menara yang sangat tinggi. Rupanya di zaman itu batu bata sudah ada dipakai untuk dibuat bangunan. Di taman tergantung babylon juga kita masih dapat melihat sisa istana Nabukadnesar yang terdiri dari batu-batu tanah liat yang dibina di ketika itu.

Di dalam riwayat tidak menyebutkan apakah menara firaun yang dibina itu memang tingginya setinggi hingga mencapai langit untuk meneropong Tuhan Nabi Musa. Tetapi ianya adalah mengikut kehendak firaun. Maka jelaslah terbayang akan kesombongannya, bahwa dia tidak percaya kepada Allah Yang Maha Berkuasa. Bahkan dianggapnya bahwa Nabi Musa yang menyampaikan ajaran tentang Allah Yang Maha Esa itu hanyalah dusta semata.  Dia yakin bahwa Nabi Musa itu adalah termasuk dalam salah seorang pembohong yang tidak boleh dipercayai langsung kata-kata dan hujahnya.

Kita juga telah melihat penjelasan cerita ini di surah yang lain iaitu di dalam surah Taha, surah Asy-Syu’ara dan surah An Naml dan lain-lain surah lagi. Bahwa kedegilan dan kesombongan firaun ini tidak berganjak langsung. Sampaikan Nabi Musa memperlihatkan kepadanya akan tongkat yang berubah menjadi ular besar yang menelan semua ular-ular tukang sihir, sehinggakan tukang-tukang sihir itu sendiri telah bertaubat mennjadi pengikut Nabi Musa. 

 Namun semua ini tidak dapat menyentuh hati firaun dan sedikit pun tidak diambil sebagai pengajaran untuk difikirkan. Para pembesar firaun juga tiada ada langsung yang berani menasihati firaun tentang kebenaran akidah yang dibawa oleh Nabi Musa. Mereka tetap berpegang kepaa kepercayaan turun temurun mengatakan bahwa tuhan itu adalah firaun sendiri. Lain tidak ada. 






No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.