Sunday, March 22, 2015

Surah Al A'raf Ayat 51 - 58






Al A’raf Ayat 51


الَّذينَ اتَّخَذوا دينَهُم لَهوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتهُمُ الحَياةُ الدُّنيا ۚ فَاليَومَ نَنساهُم كَما نَسوا لِقاءَ يَومِهِم هٰذا وَما كانوا بِآياتِنا يَجحَدونَ


“(Tuhan berfirman: Orang-orang kafir itu ialah) orang-orang yang menjadikan perkara-perkara ugama mereka sebagai hiburan yang melalaikan dan permainan, dan orang-orang yang telah terpedaya dengan kehidupan dunia (segala kemewahannya dan kelazatannya). Oleh itu, pada hari ini (hari kiamat), Kami lupakan (tidak hiraukan) mereka sebagaimana mereka telah lupa (tidak hiraukan persiapan-persipan untuk) menemui hari mereka ini, dan juga kerana mereka selalu mengingkari ayat-ayat keterangan Kami. “


Ayat ini menerangkan siapakah orang kafir yang telah diharamkan Allah meminum air dan memakan makanan yang diberikan kepada penghuni syurga. Mereka itu ialah orang-orang yang semasa hidup di dunia mengaku beragama hanyalah sekadar berolok-olok dan bermain-main saja. Mereka tidak beragama dengan maksud untuk mensucikan jiwanya dan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah di akhirat nanti sehingga menjadi orang yang mulia dan dimuliakan dalam surga.


Mereka beragama hanya sekedar nama saja, tetapi amal perbuatan mereka sehari-hari berlawanan dengan ajaran agama. Malahan kadang-kadang mereka menentang ajaran agama dan menjadi penghalang untuk berlakunya ajaran agama dalam masyarakat. Mereka dalam beragama sama dengan kelakuan anak-anak hanya sekadar bermain dan bersenda gurau saja.


Selain dari itu mereka sudah tenggelam dalam buaian hidup di dunia. Hidup mereka hanya menurutkan kehendak hawa nafsu saja, bersenang-senang dan bergembira dengan tidak memperdulikan halal haram, yang hak dan yang batil. Mereka tidak seperti orang-orang beriman menjadikan dunia ibarat kebun untuk dapat ditanami dengan kebaikan-kebaikan yang hasilnya dapat dipetik nanti di akhirat. Mereka lupa daratan dan mereka lupa bahawa akhirnya mereka perlu pulang ke kampung yang abadi. Kerana sudah terbenam dalam gelombang keduniawian, dibuai dan diayun oleh kesenangan sementara, sedang kesenangan yang selama-lamanya mereka lupakan.


Memang patutlah kalau pada hari kiamat Allah melupakan mereka, tidak menolong mereka sedikit pun sebagaimana semasa hidup di dunia mereka lupa kepada Allah, seolah-olah mereka tidak akan pulang ke kampung yang abadi. Pada hari kiamat Allah membiarkan mereka dalam api neraka yang bernyala-nyala, kerana mereka tidak mahu melakukan amal saleh semasa hidup di dunia, tidak percaya akan hari akhirat dan mereka selalu membantah dan mendustakan ayat-ayat Allah yang disampaikan oleh rasul-rasul-Nya bahkan mereka menentang rasul-rasul Allah itu dan tidak mahu mempercayainya.





Al A’raf Ayat 52


وَلَقَد جِئناهُم بِكِتابٍ فَصَّلناهُ عَلىٰ عِلمٍ هُدًى وَرَحمَةً لِقَومٍ يُؤمِنونَ


Dan sesungguhnya Kami telah datangkan kepada mereka, sebuah Kitab (Al-Quran) yang Kami telah menjelaskannya satu persatu berdasarkan pengetahuan (Kami yang meliputi segala-galanya), untuk menjadi hidayah petunjuk dan rahmat, bagi orang-orang yang (mahu) beriman. “


Ayat ini menunjukkan betapa kasih sayang Allah terhadap kita hambaNya yang hina dina ini.


Seseorang itu tidaklah akan diazab dengan begitu saja. Ataupun akan akan diseksa dengan sesenang itu saja tanpa didatangkan terlebih dahulu kitab-kitab dan wahyu Allah dengan perantaraan para Rasul bagi mengajarkan kepada mereka semua tentang kasih sayang Allah dan nikmat Allah yang tidak terhingga akan diberikan untuk mereka sekiranya mereka mentaati Allah.


Nabi Muhammad saw ditugaskan untuk menjelaskan kepada umat manusia tentang maksud AlQuran dengan seterang-terangnya. Kalau isi kitab AlQuran itu diikuti dan dipatuhi, pasti mendapat petunjuk dan pasti mendapat rahmat Allah. Tetapi ada di kalangan manusia yang tidak mahu percaya. Mereka melakukan perbuatan sia-sia dan main-main, lebih suka menolak keterangan yang disampaikan Nabi saw. Mereka ini akan dimasukkan ke dalam neraka dan diharamkan minum air kiriman syurga sepertimana yang tersurat di dalam ayat 50 yang kita telah belajar semalam. Mereka masuk neraka ini adalah tidak lain selain dari pilihan mereka sendiri. Kalau mereka kata semasa di akhirat nanti yang mereka ini telah dilupakan, ini ialah balasan kepada mereka kerana semasa hidup di dunia mereka juga telah melupakan Allah.


Allah swt. menjelaskan bahwa sebuah kitab AlQuran yang telah diturunkan kepada manusia itu, adalah sebuah kitab samawi yang mengandungi penjelasan-penjelasan dan petunjuk-petunjuk bagi manusia dan ayat-ayat yang cukup jelas dan terang dan telah dijelaskan oleh Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasul-Nya Muhammad saw. Sehingga mereka dapat faham dan tahu akan hukum, pelajaran-pelajaran, riwayat-riwayat dan maksud yang terkandung di dalamnya. Ini supaya manusia dapat membersihkan jiwanya dari kotoran dan dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup mereka, baik kebahagiaan di dunia mahupun kebahagiaan di akhirat.


Alquran itu menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia-manusia yang beriman yang mempercayai bahwa Alquran itu adalah kitab suci dari Allah, sehingga mereka yakin, bahwa dengan mengamalkan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya yang tersebut dalam kitab suci itu, tentu akan mendatangkan kebahagiaan dan rahmat.


Dengan adanya kitab sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia, maka akan hilanglah penyakit taklid, yaitu taklid dengan mengikut secara membuta tuli saja ajaran dan cara-cara nenek moyang dan guru-guru yang tak sesuai dengan ajaran Alquran. Akan tidak kedengaran lagi kata-kata seperti yang tersebut dalam firman Allah:
“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak mereka.”
(Q.S Az Zukhruf: 23)


Dengan berpegang teguh kepada ajaran Alquran ini maka akan hilanglah segala penyakit syirik, menyembah selain Allah, seperti berhala, kubur-kubur keramat dan lain-lain. Sebab Alquran mengajarkan tauhid, mengesakan Allah, kepada-Nya saja menyembah dan hanya kepada-Nya saja kita memanjatkan doa untuk  meminta tolong. Seterusnya akan menghilangkan keragu-raguan dalam segala tindakan dan perbuatan, sebab dasar pokoknya sudah ada dalam Alquran.





Surah Al A’raf Ayat 53


هَل يَنظُرونَ إِلّا تَأويلَهُ ۚ يَومَ يَأتي تَأويلُهُ يَقولُ الَّذينَ نَسوهُ مِن قَبلُ قَد جاءَت رُسُلُ رَبِّنا بِالحَقِّ فَهَل لَنا مِن شُفَعاءَ فَيَشفَعوا لَنا أَو نُرَدُّ فَنَعمَلَ غَيرَ الَّذي كُنّا نَعمَلُ ۚ قَد خَسِروا أَنفُسَهُم وَضَلَّ عَنهُم ما كانوا يَفتَرونَ


Tidak ada perkara yang mereka tunggu-tunggukan melainkan akibat atau kesudahan (apa yang telah dijanjikan oleh Allah di dalam Al-Quran), pada hari datangnya apa yang telah dijanjikan dalam Al-Quran itu (pada hari kiamat kelak), berkatalah orang-orang yang telah melupakannya (yang tidak menghiraukannya dalam dunia) dahulu: "Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan kami dengan membawa kebenaran, maka adakah untuk kami pemberi syafaat supaya mereka memberi syafaat bagi kami atau (bolehkah) kami dikembalikan (ke dunia) supaya kami dapat beramal, lain daripada apa yang kami telah kerjakan?" Sesungguhnya mereka telah merugikan diri mereka sendiri, dan telah lenyaplah dari mereka perkara-perkara yang mereka ada-adakan dahulu.


Di sini Allah mengecam orang yang masih kufur, syirik dan mendustakan keterangan Allah yang didatangkan kepada mereka. Mereka kononnya masih menunggu, kerana sentiasa diselubungi perasaan ragu-ragu. Maka Allah mencela mereka. Apa yang mereka tunggu lagi? Adakah yang mereka tunggu itu akibat buruk yang akan mereka terima? Iaitu akibat daripada apa yang dijanjikan oleh utusan Allah kepada mereka yang berupa seksa dan neraka. Yang mana bila datang, mereka kemudian baru hendak beriman?


Hari kiamat adalah hari pembalasan yang pasti akan datang juga. Pada masa itu mereka yang dahulunya meninggalkan ajaran Al-Quran dan tidak beramal dengannya, yang dikiaskan dalam ayat ini, sebagai orang yang melupakannya. Maka ketika itu mereka pasti akan menyesal, dan barulah mereka akan membenarkan utusan Allah yang telah datang itu.


Barulah ketika itu berterang-terang mengakui kebenaran apa yang diseru oleh para rasul utusan Allah, seperti menyuruh beriman, menyuruh percaya, janji tentang aanya hari kebangkitan, adanya pahala dan seksa, yang semua itu adalah benar belaka. Mereka ini baru nak mengakui sesudah mereka menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka. Tetapi pengakuan it sudah terlambat sangat. Sudah tidka berguna lagi. Sebab mereka pada masa itu sudah pun diseksa.


Ketika itu barulah mereka menyesal. Dengan kata-kata merayu seperti yang disebutkan di dalam ayat ini. Mereka ingin kalaulah dapat mempunyai orang yang boleh menolong menjamin mereka, suapya jangan diseksa. Dan ingin pula kalau dapat berbalik semula ke dunia, untuk beramal yang baik-baik, bukan amalan yang telah mereka lakukan sepertimana dahulu. Mereka akan beriman bukannya kufur, dan mereka kaan taat bukannya berbuat maksiat.


Apa yang mereka harapkan ternyata sia-sia belaka. Maka tetaplah mereka menjadi orang yang rugi, iaitu penyesalan yang harus dipikul oleh diri sendiri. Dan musnahlah sudah semua anggapan dan pendustaan mereka pada masa di dunia dahulu. Mereka menganggap berhala yang mereka puja dan mereka sembah boleh menolong menolak kemudharatan dan mendatangkan manafaat, kiranya di akhirat tidak berguna dan bohong belaka.





Surah Al A’raf Ayat 54


إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذي خَلَقَ السَّماواتِ وَالأَرضَ في سِتَّةِ أَيّامٍ ثُمَّ استَوىٰ عَلَى العَرشِ يُغشِي اللَّيلَ النَّهارَ يَطلُبُهُ حَثيثًا وَالشَّمسَ وَالقَمَرَ وَالنُّجومَ مُسَخَّراتٍ بِأَمرِهِ ۗ أَلا لَهُ الخَلقُ وَالأَمرُ ۗ تَبارَكَ اللَّهُ رَبُّ العالَمينَ


Sesungguhnya Tuhan yang kamu sembah itu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari lalu Ia bersemayam di atas Arasy; Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian makhluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.


Sekarang di dalam ayat ini, sebagaimana biasa di dalam Al Quran, Allah mengajak manusia kembali untuk memikirkan Allah dari segi alam yang ada di sekeliling. Maksudnya dari segi kehidupan. Sebabnya kita ini masih hidup dan mempunyai akal dan perasaan.


sesungguhnya Tuhan yang kamu sembah itu adalah Allah..’


Allah menyatakan kepada segenap manusia, bahwasanya Tuhan kamu adalah satu ialah Allah. dialah Tuhan yang mencipta langit dan bumi. Dia lah pemilik, penguasa dan pengaturnya, Dialah yang berhak disembah dan hanya kepadaNya sajalah manusia itu berhak untuk meminta pertolongan.


Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksudkan ialah semua yang ada di alam ini. Semua alam yang di atas, dan semua alam yang di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy.”
(Q.S Al Furqan: 59)
Dalam bahasa Arab, Allah itu mempunyai dua sifat dasar, iaitu ‘ILAAH’ dan ‘RABBUN’. ‘Ilaah’ maksudnya Allah sebagai pencipta yang menjadikan daripada tidak ada kepada ada. Tidak ada yang menciptakan alam ini selain dari Allah. Allah adalah ‘Ilaah”. Sebab itu tidak ada ‘Ilaah’ selain dari Allah. Maka segala persembahan, segala ibadat, ditujukan kepada Allah sebagai ‘Ilaah”. Dan Allah juga adalah Rabbun iaitu Dialah yang mengatur, memelihara, mendidik dan menguasai dengan sepenuhnya, dan tidaklah Allah bersekutu dengan yang lain.


Allah sendiri adalah ‘Rabbun’, tidak ada Rabbun atau pentadbir atau penguasa yang lain. Jadinya hanya Allah lah yang patut disembah. Ini selalu dijelaskan kerana ramai manusia yang mengakui bahwa ‘ilaah’ itu memang hanya satu ialah Allah. Tetapi kelak dalam persembahan dan pemujaan, dalam ibadat dan hal meminta tolong, mereka menyekutukan Allah dengan benda lain. Itulah yang dijelaskan di dalam awal ayat ini iaitu “sesungguhnya Tuhan yang kamu sembah itu adalah Allah” kerana ianya telah menggunakan kata ‘robbakumul’.  Tidak ada tempat atau yang lain untuk menyembah selain Allah, kerana tidak ada yang lain yang turut mengatur, memelihara dan mendidik alam ini bersama Allah melain Allah sahaja.


yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari ..”
Ayat ini menyebutkan bahwa langit dan bumi ini telah dijadikan dalam jangka waktu selama 6 hari, bukanlah mengikut ukuran hari dunia, yang berurukuran 24 jam sehari semalam. Perkataan ‘ayyama’ atau maksud hari di dalam ayat ini adalah bermaksud zaman atau perkembangan masa yang sangat panjang.


Sehari di dunia, perkembangannya dibatasi oleh adanya cahaya dan gelap, oleh adanya siang dan malam yang ditimbulkan oleh sinaran matahari. Ini barulah dikira sehari semalam. Sedangkan perubahan cahaya terang dan gelap begitu terjadi hanyalah selepas terciptanya bumi. Ini bererti sebelum bumi terjadi, kita tidaklah mengetahui berapa lamakah perkembangan masa itu mengambil waktu dalam tiap-tiap satu hari yang dikatakan oleh Allah di dalam ayat ini, melainkan Allah sajalah yang mengetahui kedudukan sebenarnya.


Kita akan dapati di lain ayat di dalam Al Quran yang menerangkan tentang lama masa dalam sehari itu atau anggarannya, misalnya pada ayat 47 dalam surah al-Haj yang berbunyi:
“dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu, adalah seperti seribu tahun mengikut apa yang kamu hitung.”


Juga pada ayat 5 dalam surah As-Sajdah yang berbunyi :
“Dan (Allah) mengatur urusan dari langit dan bumi, kemudian urusan itu naik kepadaNya pada hari yang anggarannya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.”


Juga pada ayat 4 dari surah al-Maarij yang berbunyi:
“Malaikat dan roh naik kepadaNya pada hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.”


Dan banyak lagi surah-surah lain yang menyebutkan tentang kejadian langit dan bumi dalam masa enam hari ini. Tetapi cukuplah kita hanya mengambil 3 ayat saja sebagai contoh.


Nyatalah dari penerangan ayat-ayat tadi, bahwa tiap-tiap satu hari dari enam hari yang disebutkan dalam ayat 54 ini telah mengambil masa yang sangat panjang. Tiap-tiap harinya mengambil masa tidak kurang dari seribu tahun hingga 50 ribu tahun. Jadi dapatlah difahami di  sini, bahwa Allah menjadikan langit dan bumi selama 6 hari itu, dapat diertikan telah mengambil masa selama 6 kali perkembangan yang sesuai mengikut pertumbuhan langit dan bumi tersebut.


Sekiranya Allah menghendaki terjadinya langit dan bumi itu dalam sekelip mata, Allah dapat melakukannya. Tetapi tidak pula dijadikan demikian, malahan apa yang telah ditetapkanNya itu ialah untuk mengajar manusia hendaklah berpatutan dalam segala perkara.


“... lalu Ia bersemayam di atas Arasy;”
Setelah terlaksana langit dan bumi itu yang merupakan kerajaan Allah, maka Allah pun menjalankan pemerintahan dan pentadbiranNya dari Arasy. Arasy ini bolehlah diibaratkan sebagai pusat pemerintahan, iaitu suatu tempat mulia yang layak dengan kebesaran dan keagungan Allah . Ini dikiaskan ibarat raja yang mengatur pemerintahannya adalah dari singgahsananya. Raja bersemayam di singgahsananya.


Bagaimana Allah itu bersemayam di ArasyNya? Apakah kalimat bersemayam itu, atau duduk itu keadaannya menurut erti yang kita fikirkan bila kita melihat orang duduk di kerusi, atau seorang raja tengah duduk dihadap oleh menteri-menteri sepertimana di dalam cerita wayang zaman dahulu?


Ulamak-ulamak Salaf memberi tafsiran bahawa maksud perkataan ini ialah ianya menjelaskan tentang Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Allah. Bilamana Allah telah selesai menjadikan semua langit dan bumi dalam masa enam hari, iaitu enam giliran zaman, yang menurut giliran zaman itu entah berjuta tahunkah, hanya Allah saja yang tahu, kemudian Allah pun duduklah di Arasy mentadbir alam ini menurut kehendak Qudrat dan IradatNya. Maksudnya Arasy itu sendiri adalah melambangkan kekuasaan Allah.


Jadi kita tidak perlulah berfikir bahawa bagaimanakah bentuk Arasy tersebut dan bagaimanakah Allah duduk bersemayam di atas ArasyNya itu. Kita sepatutnya menerima saja ayat ini keseluruhannya. Daerah Alam Jabarut iaitu alam Kebesaran Ilahi yang seperti demikian tidaklah ada kemampuan atau alat bagi kita untuk mentafsirkannya. Jadi kita tidak layak untuk membicarakan hal-hal sedemikian. Ini kerana ianya hanyalah akan menimbulkan keraguan dan memanjangkan perdebatan di kalangan kita, bukannya bertujuan hendak menuntut ilmu.


Maka ingatlah, setiap kali bertemu dengan ayat begini, hendaklah kita menerima saja seadanya sepertimana yang Allah telah beritahukan kepada kita di dalam kitab AlQuran. Tidak perlu kita hendak mentakwilkannya atau mengcungkil rahsiaNya kerana kita tidak layak. Maha suci Allah, tidak ada sesuatu makhluk pun yang menyerupai Allah, dan Dia adalah Maha Mendengar, Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.


“...Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) “
Allah menerangkan bagaiman Allah menutupkan malam kepada siang, iaitu seketika matahari mulai Ghurub. Dalam beberapa minit saja, kegelapan malam itu telah menutup cahaya siang, dengan terbenamnya matahari di Ufuk Barat. Cepat saja berubah keadaan dari siang kepada malam. Dalam masa yang tidak lebih dari 10 minit. Bahkan setelah matahari terbenam ke Ufuk Barat, yang lebih jelas kalau kita dapat lihat di tepi laut, waktu maghrib pun masuk dan hari pun bertukar menjadi malam.


“...matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya.”
Apabila kita perhatikan betapa besarnya matahari itu yang sekian juta kali lebih besar dari bumi, dan matahari itu bergerak beredar dalam aturannya. Bukan saja bumi yang bergerak, tetapi matahari pun bergerak juga.Bumi bergerak mengelilingi matahari dan bulan pun bergerak mengelilingi bumi yang ketika itu juga bergerak mengelilingi matahari. Begitulah juga bintang-bintang lain, ia juga bergerak dan beredar mengikut aturan masing-masing. Dan masing-masing bergerak dengan sangat teratur sepertimana yang disebut di dalam ilmu Astronomi yang mengatakan tentang keseimbangan daya tarik. Kerana adanya keseimbangan daya tarikan itulah maka tidak pernah berlakunya kekacauan alam ini. Semuanya bergerak mengikut aturan yang telah ditetapkan oleh Allah.


Lalu manusia pun telah diberikan oleh Allah tentang ilmu pengetahuan ini, tentang perjalanan Falak, bahawa sekian tahun lagi, dalam sekian hari, sekian jam, sekian minit dan sekian masa, akan terjadinya gerhana matahari dan bulan. Ini bermakna bukanlah orang yang berpengetahuan tentang ilmu Falak itu yang mengorek hal yang ghaib, yang di atas dari kemahuan akal, tetapi Allah sendiri yang telah memberikan mereka ilham dan pengetahuan tentang perjalanan bintang-bintang dan ketetapan Allah di alam ini. Lalu cabang ilmu pengetahuan tentang alam ini akan menambahkan lagi keyakinan tentang adanya Yang Maha Mengatur. Oleh sebab itu di hujung ayat ini berbunyi  “ kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian makhluk) dan urusan pemerintahan…”


Di sini kita bertemu kembali tentang Uluhiyah dan Rububiyah, iaitu tentang Ilaah sebagai pencipta dan Rabbun sebagai penetapkan peraturan. Tidak ada campur tangan yang lain di dalam menciptkan seluruh alam ini dan tidak ada campur tangan yang lain juga di dalam mengatur dan menetapkan. Tegasnya, perjalanan matahari, bulan, bintang, bumi dan seluruh bintang-bintang dalam cakerawala yang luas lagi menakjubkan ini, tidak mungkin ada yang lain yang mengaturnya, KECUALI ALLAH. Bumi beredar mengelilingi matahari dengan teratur, bukanlah atas kehendak dan kemahuan bumi itu sendiri. Tetapi Allah lah yang menentukannya.


Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.
Maha Suci , Maha Berkat, penuh Kebesaran dan Kemuliaan Allah, sebagai Pengatur sekelian makhlukNya, sebab itu Allah lah Yang Maha Suci untuk disembah dan diibadati. Sebab tidak ada yang bergerak ataupun diam, tidak ada yang beredar ataupun menetap, yang telepas dari hukum dan ketentuanNya.


Subhanallah!





Al A’raf Ayat 55

ادعوا رَبَّكُم تَضَرُّعًا وَخُفيَةً ۚ إِنَّهُ لا يُحِبُّ المُعتَدينَ


Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan-lahan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas. “


Ayat ini mengandungi adab-adab dalam berdoa kepada Allah.  Berdoa atau memohon kepada Allah, adalah merupakan salah satu ibadat yang amat penting. Kalaupun bukan merupakan perintah yang wajib, tetapi berdoa itu sudah pasti adalah sunat. Kerana biasanya seorang hamba tidak akan memohon melainkan bila ia perlu kepada sesuatu yang dihajatinya, sedang ia tidak berdaya untuk memperolehnya lalu bermohonlah ia kepada Tuhannya.


Maka apabila hendak berdoa kepada Allah, kita hendaklah berdoa dengan sepenuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah diri. Hendaklah berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras menghilangkan kekhusyukan dan mungkin menjurus kepada riak dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa itu tidak dikabulkan Allah. Tidak perlulah doa itu dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.


Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyari r.a. dia berkata: Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam perjalanan, terdengarlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda:
“Sayangilah dirimu jangan bersuara keras karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu.”
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al 'Asy'ari)


Bersuara keras dalam berdoa boleh mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadat, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadat yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya aidil Fitri dan Aidil Adha. Allah swt. memuji Nabi Zakaria a.s. yang berdoa dengan suara lembut.
Firman Allah:
“Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.”
(Q.S Maryam: 3)


"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
Maksudnya dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai melampaui. Firman Allah:
“Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(Q.S Al Baqarah: 229)


Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdoa termasuk melampaui batas dan Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdoa, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara' atau pun akal, seperti seseorang meminta supaya dia menjadi kaya, tetapi tidak mahu berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni tetapi dia masih terus bergelumang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdoa seperti itu, namanya ingin merubah sunnatullah yang ianya mustahil untuk terjadi. Firman Allah:
“Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan pergantian bagi sunah Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.”
(Q.S Fatir: 43)


Termasuk juga melampaui batas, bila berdoa itu dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara orang yang sudah mati. Cara yang begini adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdoa itu hanya dihadapkan kepada Allah saja, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Berdoa dengan memakai perantara (wasilah) kepada orang yang sudah mati termasuk yang melampaui batas juga, seperti orang yang menyembah dan berdoa kepada malaikat, kepada wali-wali, kepada matahari, bulan dan lain-lainnya. Firman Allah:
“Katakanlah, "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya." Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”
(Q.S Al Isra': 56 dan 57)


Sabda Rasulullah saw.: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: "Telah bersabda Rasulullah saw., "Mintalah kepada Allah wasilah untukku." Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah wasilah itu?" Rasulullah menjawab, "Dekat dengan Allah Azza Wa Jalla." Kemudian Rasulullah membaca ayat: (Mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah.
(H.R Turmuzi dari Ibnu Mardawaih)






Al A’raf Ayat 56

 وَلا تُفسِدوا فِي الأَرضِ بَعدَ إِصلاحِها وَادعوهُ خَوفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحمَتَ اللَّهِ قَريبٌ مِنَ المُحسِنينَ


Dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi sesudah Allah menyediakan segala yang membawa kebaikan padanya, dan berdoalah kepadaNya dengan perasaan bimbang (kalau-kalau tidak diterima) dan juga dengan perasaan terlalu mengharapkan (supaya makbul). Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang memperbaiki amalannya.


Dalam ayat ini Allah swt. melarang jangan membuat kerosakan dan bencana di muka bumi. Larangan membuat kerosakan ini mencakup semua bidang, merosak pergaulan, merosak jasmani dan rohani orang lain dengan kemaksiatan, merosak penghidupan dan sumber-sumber penghidupan, (seperti bertani, berdagang, membuka perusahaan dan lain-lainnya). Padahal bumi tempat kita menjalani hidup ini sudah dijadikan Allah dengan cukup baik. Mempunyai gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain yang semuanya itu dijadikan Allah untuk manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai dirosakkan dan dibinasakan.


Selain dari itu untuk manusia-manusia yang mendiami bumi Allah ini, sengaja Allah menurunkan agama yang diutusnya melalui para nabi dan rasul-rasul supaya mereka mendapat petunjuk dan pedoman dalam hidup, agar tercipta hidup yang aman dan damai.


Dan terakhir diutus-Nya Nabi Muhammad saw. sebagai rasul yang membawa ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Bila manusia-manusia sudah baik, maka seluruhnya akan menjadi baik, agama akan baik, negara akan baik, dan bangsa akan baik.


Di akhir ayat ini, diulang lagi tentang adab berdoa. Dalam berdoa kepada Allah baik untuk duniawi mahupun ukhrawi selain dengan sepenuh hati, khusyuk diri dan dengan suara yang lembut, hendaklah juga disertai dengan perasaan takut dan penuh harapan. Takut kalau-kalau doa tidak diterima-Nya dan mendapat ampunan dan pahala-Nya.


Berdoa kepada Allah dengan cara yang tersebut akan menebalkan keyakinan dan akan menjauhkan diri dari rasa putus asa. Kerana meminta terus kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya, lambat laun apa yang diminta itu tentu akan dikabulkan-Nya. Rahmat Allah dekat sekali kepada orang-orang yang berbuat baik. Berdoa adalah termasuk dalam berbuat baik, maka rahmat Allah tentu dekat kepadanya.


Setiap orang yang suka berbuat baik, bererti orang itu sudah dekat dengan rahmat Allah. Anjuran berbuat baik banyak sekali ditemui dalam AlQuran. Berbuat baik kepada tetangga dan kepada sesama manusia pada umumnya. Berbuat baik juga dituntut kepada selain manusia, seperti kepada binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Sehingga kalau akan menyembelih binatang dianjurkan sebaik-baiknya, yaitu dengan pisau yang tajam tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu.





 Al A’raf Ayat 57 

وَهُوَ الَّذي يُرسِلُ الرِّياحَ بُشرًا بَينَ يَدَي رَحمَتِهِ ۖ حَتّىٰ إِذا أَقَلَّت سَحابًا ثِقالًا سُقناهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنزَلنا بِهِ الماءَ فَأَخرَجنا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَراتِ ۚ كَذٰلِكَ نُخرِجُ المَوتىٰ لَعَلَّكُم تَذَكَّرونَ


Dan Dia lah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang mengembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (iaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halakan dia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan. Demikianlah pula Kami mengeluarkan (menghidupkan semula) orang-orang yang telah mati, supaya kamu beringat (mengambil pelajaran daripadanya).


Ayat ini Allah menerangkan tentang kurniaanNya yang bermacam-macam. Di antaranya adalah berupa angin. Angin itu telah dikirimkan oleh Allah bertiup ke seluruh muka bumi dari semua penjuru mata angin baik dari timur, barat, utara mahupun selatan yang membawa kegembiraan, iaitu membawa faedah yang banyak kepada manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Terutama ia menerbangkan awan yang mengandungi air hujan, dan hujan inilah di antara rahmah Allah swt yang dapat menyuburkan bumi.


Angin yang telah dikirim oleh Allah itu di antara tugasnya ialah mengangkat dan menggerakkan awan. Awan itu asalnya terjadi daripada wap air yang membumbung ke atas udara kerana tersangat ringan. Bila telah berkumpul menjadi banyak, maka jadilah ia awan yang tebal dan menjadi berat. Kemudian ia akan jatuh berupa air hujan kerana diterbangkan oleh angin. Hujan itu akan emngikut ke mana saja dia dihalau atau diterbangkan oleh angin.


Di sini Allah menyebutkan, bahawa angin itu diperintahkan untuk menerbangkan awan, supaya menurunkan hujan ke negeri yang tanahnya mati, iaitu tanah yang memerlukan air supaya dapat hidup menjadi subur.


Di negeri yang bumi dan tanahnya mati, iaitu tidak subur, apabila diturunkan hujan, pasti bumi itu akan hidup kembali menjadi subur dengan izin Allah. Kerana bumi itu kemudiannya akan dapat menumbuhkan tanam-tanaman yang menghasilkan buah-buahan yang bermcam-macam bentuk, warna dan rasa. Ini semua adalah berkat dari adanya air hujan, dan Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup itu adalah dariapda air.


Namun yang demikian, memanglah tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu. Ada juga di beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang banyak, bahkan ada juga beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun. Mengenai tanah-tanah yang tidak dicurahi hujan itu Allah berfirman:
“Tidakkah engkau melihat bahawasanya Allah mengarahkan awan bergerak perlahan-lahan, kemudian Dia mengumpulkan kelompok-kelompoknya, kemudian Dia menjadikannya tebal berlapis-lapis? Selepas itu engkau melihat hujan turun dari celah-celahnya. Dan Allah pula menurunkan hujan batu dari langit, dari gunung-ganang (awan) yang ada padanya; lalu Ia menimpakan hujan batu itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan menjauhkannya dari sesiapa yang dikehendakiNya. Sinaran kilat yang terpancar dari awan yang demikian keadaannya, hampir-hampir menyambar dan menghilangkan pandangan. ”
(Q.S An Nur: 43)


Jelaslah bahawa hujan yang lebat itu tidaklah mencurahi semua pelusuk muka bumi. hanya Allahlah yang menentukan di mana hujan akan turun dan di mana pula awan tebal itu akan sekadar lalu saja sehingga daerah itu tetap tandus dan kering. Jadi tanah-tanah di muka bumi ini ada yang baik dan subur bila dicurahi hujan sedikit saja dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman dan menghasilkan makanan yang berlimpah ruah dan ada pula yang tidak baik. Meskipun telah dicurahi hujan yang lebat, namun tumbuh-tumbuhannya tetap hidup merana dan tidak dapat menghasilkan apa-apa.


Sebagaimana Allah dapat menghidupkan tanah yang mati dengan curahan hujan, begitulah pula Allah dpat menghidupkan orang yang sudah mati untuk mengukuhkan kebenaran terjadinya Yaumul Mahsyar. Orang yang sudah mati akan dibangkitkan oleh Allah dari kubur mereka samada yang menjadi tempat kuburannya itu perut bumi, mahupun perut binatang, ikan, burung, di dasar laut dan sebagainya, semuanya akan dihidupkan semula oleh Allah.


Ayat ini merupakan perumpamaan, yang seolah-olah dikiaskan begini, “sebagaimana tumbuh-tumbuhan dihidupkan oleh hujan, maka orang yang mati pun akan dihidupkan dengan perantaraan hujan juga.”


Allah berfirman:
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur-luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk."
(Q.S Yasin: 78 dan 79)


Dalam hubungan ini Ibnu Abbas dan Abu Hurairah rs telah berkata, “sesungguhnya manusia itu apabila telah mati setelah ditiupkan serunai sangkakala pada kali pertama, maka Allah hujankan ke atas mereka air dari bawa Arasy yang disebut ‘air kehidupan’ selama 40 tahun, maka tumbuhlah mereka sebagai tumbuhnya tanam tanaman. Hingga apbila tubuhnya telah lengkap, lalu ditiupkan roh ke dalam jasad mereka. 

Mereka pun tidurlah dalam kubur mereka. Kemudian mereka dibangkitkan apabila ditiupkan serunai sangkakala  kedua, sedang mereka menikmati tidur yang dirasakan oleh kepala dan mata mereka, maka ketika itu mereka akan berkata, “Ah nasib kami! Siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami?” tiba-tiba terdengarlah teriakan yang berseru “Inilah yang dijanjikan Tuhan yang Maha Pemurah, dan benarlah perkataan para Rasul itu.” ‘


Maka perumpamaan yang digambarkan oleh Allah dalam ayat ini, hendaklah dijadikan peringatan serta pengajaran, terutama kepada mereka yang tidak percaya kepada hari kebangkitan, hendaklah mereka lebih-lebih lagi beringat.





Al A;raf Ayat 58

وَالبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخرُجُ نَباتُهُ بِإِذنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذي خَبُثَ لا يَخرُجُ إِلّا نَكِدًا ۚ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الآياتِ لِقَومٍ يَشكُرونَ


Dan negeri yang baik (tanahnya), tanaman-tanamannya tumbuh (subur) dengan izin Allah; dan negeri yang tidak baik (tanahnya) tidak tumbuh tanamannya melainkan dengan keadaan bantut. Demikianlah Kami menerangkan tanda-tanda (kemurahan dan kekuasaan) Kami dengan berbagai cara bagi orang-orang yang (mahu) bersyukur.” (58)


Allah memberikan perumpamaan di antara tanah yang baik dan subur dengan tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia dalam menerima dan menempatkan petunjuk Allah.  Untuk tanah yang baik, subur dan terutama sekali kerap dituruni hujan, maka tanam tanaman yang tumbuh di tanah tersebut dengan izin Allah akan mendatangkan hasil yang baik, banyak dan berganda pula.


Sebaliknya tanak yang tidak baik, misalnya tanah yang gersang, kering kontang atau tanah berbatu, pastilah sukar untuk ditanam pokok-pokok, dan suka pula untuk mendpatkan hasil. Kalaupun tumbuh, hidupnya akan merana, ibarat menanam padi, lalang juga yang akan tumbuh sehingga hasilnya sangat mengecewakan.


Begitulah juga dengan manusia. Orang-orang mukmin  yang baik sifat dan tabiatnya dapat menerima kebenaran dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dirinya dan untuk kemaslahatan masyarakat. Orang-orang kafir yang buruk sifat dan tabiatnya tidak mahu menerima kebenaran bahkan selalu mengingkarinya sehingga tidak mendapat faedah sedikit pun untuk dirinya dari kebenaran itu apalagi untuk masyarakatnya.
 
Berkata Ibnu Abbas: Ayat ini adalah suatu perumpamaan yang diberikan Allah bagi orang mukmin dan orang kafir. Juga bagi orang baik dan orang jahat. Allah menyerupakan orang-orang itu dengan tanah yang baik dan yang buruk, dan merupakan turunnya Alquran dengan turunnya hujan. Maka bumi yang baik dengan turunnya hujan dapat menghasilkan bunga-bunga dan buah-buahan, sedang tanah yang buruk, bila dicurahi hujan tidak dapat menumbuhkan kecuali sedikit sekali. Demikian pula jiwa yang baik dan bersih dari penyakit-penyakit kebodohan dan kemerosotan akhlak, apabila disinari cahaya Alquran jadilah ia jiwa yang patuh dan taat serta berbudi pekerti yang mulia. Adapun jiwa yang jahat dan kotor apabila disinari oleh Alquran jarang sekali yang menjadi baik dan berbudi mulia.


Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dan Nasai dari hadis Abu Musa Al-Asyari, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang aku diutus untuk menyampaikannya adalah seperti hujan lebat yang menimpa bumi. Maka ada di antara tanah itu yang bersih (subur) dan dapat menerima hujan itu, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak. Tetapi ada pula di antaranya tanah yang lekang (keras) yang tidak meresapi air hujan itu dan tidak menumbuhkan sesuatu apa pun.

Tanah itu dapat menahan air (mengumpulkannya) maka Allah menjadikan manusia dapat mengambil manfaat dari air itu, mereka dapat minum, mengairi dan bercucuk tanam. Ada pula sebahagian tanah yang datar tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Maka tanah-tanah yang beraneka ragam itu adalah perumpamaan bagi orang yang dapat memahami agama Allah. Lalu ia mendapat manfaat dan petunjuk-petunjuk itu dan mengajarkannya kepada manusia, dan perumpamaan pula bagi orang-orang yang tidak mempedulikannya dan tidak mahu menerima petunjuk itu.


Nabi Muhammad saw. memberikan pendapat Al-Hadi dan Al-Muhtadi kepada golongan pertama yang mendapat manfaat untuk dirinya dan memberikan manfaat kepada orang lain, dan memberikan pendapat Al-Jahid kepada golongan ketiga yang tiada mendapat manfaat untuk dirinya dan tidak dapat memberikan manfaat untuk orang lain. 

Tetapi Nabi Muhammad saw. diam saja terhadap golongan kedua yaitu orang yang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain, kerana orang-orang dari golongan ini banyak ragamnya. Di antara mereka ada orang-orang munafik dan termasuk pula orang-orang yang tidak mengamalkan ajaran agamanya meskipun ia mengetahui dan menyiarkan ajaran Allah kepada orang lain. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan dengan nikmat dan kurnia-Nya agar disyukuri oleh orang yang merasakan nikmat itu dan tahu menghargainya.




No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.