Tuesday, March 31, 2015

Surah Al A'raf Ayat 191 - 206







Al A’raf Ayat 191 Dan 192

أَيُشرِكونَ ما لا يَخلُقُ شَيئًا وَهُم يُخلَقونَ
Patutkah mereka sekutukan Allah dengan benda-benda yang tidak dapat menciptakan sesuatupun, sedang benda-benda itu sendiri diciptakan? “ (191)

وَلا يَستَطيعونَ لَهُم نَصرًا وَلا أَنفُسَهُم يَنصُرونَ
Dan benda-benda itu tidak dapat menolong mereka, dan tidak juga dapat menolong dirinya sendiri.” (192)

Allah mencela pekerti orang-orang yang menyekutukan Allah, iaitu adakah patut mereka hendak menyekutukan Allah dengan sesuatu benda seperti patung, berhala, pohon, binatang, matahari, bintang-bintang dan lain-lain seperti roh-roh jin, syaitan dan seumpamanya yang kemudian itu mereka sembah ataupun puja dengan menyajikan beraneka makanan dan korban. Padahal benda-benda itu tidak dapat hendak menjadikan sesuatu apa, bahkan semuanya itu Allah yang menjadikannya.

Ayat ini, selain ditujukan secara umum kepada penyembah-penyembah berhala, tetapi ia juga ditujukan secara khusus kepada orang-orang musyrik Mekah dan orang-orang yang seumpama mereka di mana Al Quran sedang diturunkan pada masa itu.

Firman Allah :
“Hai manusia telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”
(Q.S Al Hajj: 73).

Benda -benda yang mereka sembah itu sudahlah pasti tidak akan dapat memberikan pertolongan kepada mereka yang menyembahnya atau yang memujanya. Bahkan ia tidak akan dapat berbuat apa-apa pun juga kalau orang yang hendak menghinanya atau merosakkannya. Maka adakalah layak bagi orang yang berakal untuk menyembahnya? Akal yang sihat akan memberikan jawapannya yang tegas, iaitu sudah tentulah tidak.




Al A’raf Ayat 193

وَإِن تَدعوهُم إِلَى الهُدىٰ لا يَتَّبِعوكُم ۚ سَواءٌ عَلَيكُم أَدَعَوتُموهُم أَم أَنتُم صامِتونَ
Dan jika kamu (hai kaum musyrik) menyeru benda-benda itu untuk memperoleh petunjuk (daripadanya), mereka tidak dapat menurut (menyampaikan hajat) kamu; sama sahaja bagi kamu, sama ada kamu menyerunya atau mendiamkan diri.

Pada ayat ini diterangkan betapalah sulitnya merubah jalan fikiran orang yang telah mendalam pengaruh syirik dalam dirinya. Syirik ketika lahir adalah salah satu gejala sahaja daripada syirik yang umum. Kemusyrikan telah berurat berakar di dalam diri mereka, sehingga bukan sahaja ketika anak lahir, bahkan ketika kematian, ketika meminta diberi keuntungan berniaga, ketika kahwin, dan ketika apa saja, mereka telah menyekutukan Allah.

Walaupun diajak dan diseru dengan alasan yang kuat, mereka tidaklah akan meninggalkan kebiasaan yang buruk itu. Jika didiamkan sajapun, mereka tidak juga akan berubah. Sehingga di antara ajakan dengan mulut ataupun didiamkan adalah menjadi sama saja bagi mereka.

Namun ayat ini bukanlah bermakna menyuruh memberhentikan seruan agama kepada orang-orang yang menyekutukan Allah. Ini hanyalah merupakan perumpamaan yang halus sindirannya kepada kaum musyrikin atau orang yang menyekutukan Allah. Iaitu kalau orang-rang musyrik itu ada hajat, dipujanyalah berhalanya itu untuk meminta sesuatu yang dihajatinya. Kalau tidak ada hajat, ditinggalkannyalah berhala itu dan didiamkannya.

Adakah perbuatan mereka itu memberi bekas kepada berhala yang mereka sembah itu?
Jawapannya ialah, tentu sekali tidak!
Kerana berhala itu tidak berdaya untuk mendatangkan manafaat atau mudharat. Demikianlah pula dengan sikap orang-orang musyrik itu. Mereka diumpamakan oleh Allah seperti berhala pula. Samada orang-orang mukmin menyeru mereka atau mendiamkan saja, mereka orang-orang musyrik itu tetap tidak memberi bekas apa-apa. Jadi menyeru mereka orang-orang musyrik itu bagi orang-orang mukmin samalah seperti menyeru patung-patung berhala itu , iaitu ianya sia-sia belaka.





Al A’raf Ayat 194

إِنَّ الَّذينَ تَدعونَ مِن دونِ اللَّهِ عِبادٌ أَمثالُكُم ۖ فَادعوهُم فَليَستَجيبوا لَكُم إِن كُنتُم صادِقينَ
Sesungguhnya benda-benda yang kamu seru selain Allah adalah makhluk-makhluk seperti kamu. Oleh itu, (cubalah) menyerunya supaya benda-benda itu dapat memperkenankan permohonan kamu, kalau betul kamu orang-orang yang benar.

Allah menyatakan bahawasanya patung-patung dan berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik itu tidak lain hanyalah makhluk Allah yang dikuasaiNya, lagi tunduk di bawah kekuasaan dan kemahuanNya sebagai hamba-hamba Allah yang sama seperti orang-orang musyrik itu juga.

Allah telah membahasakan dalam ayat ini bahwa berhala-berhala itu sebagai hamba-hamba walhal berhala-berhala itu adalah dari kayu atau batu dariapda benda-benda yang tidak berakal. Tujuannya ialah kerana orang-orang musyrik mendakwakan bahwa berhala-berhala mereka dapat memberi mudharat dan manafaat, bermakna mereka percaya bahwa berhala-berhala tersebut ada berakal dan faham pula akan apa-apa yang mereka pinta.

Jadi dalam ayat ini Allah menggunakan lafaz yang sesuai dengan bahasa yang mereka gunakan terhadap berhala mereka, dengan tujuan sebagai celaan, seraya menyindir mereka dengan firman:
maka (cubalah) kamu panggil mereka, kemudian suruhlah mereka menyahut sekiranya kamu orang-orang yang benar.”

Kalau benar berhala yang kamu dakwakan itu Tuhan, cubalah panggil dan seru kalau dia boleh menyahut. Ayat ini selain merupakan sindiran, ia juga mengandungi ejekan di atas pekerti mereka yang maksudnya : “berhala dan patung-patung yang kamu sembah itu, sebenarnya adalah hamba-hamba Allah seperti kamu juga. tidak ada kelebihan mereka dari kamu. mengapakah kamu sembah mereka dan kamu jadikan pula diri kamu sebagai hamba kepada berhala-berhal tersebut?”

PERINGATAN DARI PENGAJARAN
Kata-kata ayat yang sepatah ini haruslah ditanam benar-benar di dalam hati kita, bahwasanya sekalian makhluk adalah sama saja dengan kita, iaitu sebagai hamba Allah. Pada ayat 188 yang kita telah pelajari sebelum ini, nabi Muhammad saw sendiri telah mengatakan bahwa dia tidak berupaya memberikan manafaat bagi dirinya dan juga bagi diri orang lain, dan tidak pula dapat menangkis bahaya utnuk dirinya dan juga untuk orang lain. Kalau nabi sendiri sudah berkata demikian, padahal syahadat kepada Allah selalu diiringkan dengan syahadat kepada Nabi Muhammad saw, apalah ertinya lagi makhluk yang lain? Adakah mereka berupaya?



Al A’raf Ayat 195

أَلَهُم أَرجُلٌ يَمشونَ بِها ۖ أَم لَهُم أَيدٍ يَبطِشونَ بِها ۖ أَم لَهُم أَعيُنٌ يُبصِرونَ بِها ۖ أَم لَهُم آذانٌ يَسمَعونَ بِها ۗ قُلِ ادعوا شُرَكاءَكُم ثُمَّ كيدونِ فَلا تُنظِرونِ
Adakah benda-benda (yang kamu sembah) itu mempunyai kaki yang mereka dapat berjalan dengannya, atau adakah mereka mempunyai tangan yang mereka dapat memegang (menyeksa) dengannya, atau adakah mereka mempunyai mata yang mereka dapat melihat dengannya, atau adakah mereka mempunyai telinga yang mereka dapat mendengar dengannya? Katakanlah (wahai Muhammad): "Panggilah benda-benda yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian kamu semua jalankan tipu daya terhadapku, serta jangan pula kamu bertangguh lagi.

Allah membuat perbandingan di antara berhala-berhala dengan manusia. Meskipun berhala-berhala itu dibentuk seperti orang, umpamanya berkaki, bertangan, bermata dan bertelinga, dapatkah berhala-berhala itu menggunakan keempat-empat anggota itu sebagaimana manusia menggunakannya? bagi manusia, keempat-empat anggota yang dibekalkan oleh Allah kepada manusia itu adlah tersangat penting. kerana dapat dipakai untuk menunaikan keperluan-keperluan hidup, sedangkan bagi berhala itu pula anggota-anggota tersebut tidak ada gunanya. Meskipun berkaki, ia tidak dapat berjalan, bertangan tetapi ia tidak dapat memukul, bermata tetapi tidak dapat melihat dan bertelinga tetapi tidak dapat pula mendengar. Jadi sia-sialah  keempat-empat anggota tersebut bagi mereka.

Dengan perbandingan ini jelaslah bahwa manusia jauh lebih baik dari berhala yang lemah sifatnya, kerana berhala itu hanyalah cuma batu atau kayu yang tidak dapat bergerak atau berbuat apa-apa yang dapat membawa manafaat ataupun mudharat.

Jika ini telah jelas, maka mengapakah manusia yang berakal dan lebih baik kejaidiannya daripada berhala itu bersusah payah pula untuk menyembah benda-benda yang lebih hina dan lebih rendah darjatnya.

Dengan hujah-hujah ini batallah dakwaan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa berhala-berhala itu Tuhan mereka.

Kemudian Allah menyuruh pula Nabi Muhammad saw suapya mengatakan kepada orang-orang musyrik itu, iaitu: “panggillah kawan-kawan sekutu kamu dariapda berhala-berhala dan patung-patung yang kamu sembah, supaya dapat diketahui nanti betapa lemahnya mereka.”

Orang-orang musyrik ini telah menakut-nakutkan nabi saw dengan mengatakan bahwa berhala mereka akan menimpakan bala kepada nabi saw jika berhala mereka dicela. Maka Allah swt telah menyuruh nabi saw supaya mencabar mereka itu, dengan mengatakan : “Tuhanku adalah berkuasa untuk mendatangkan mudharat dan manafaat. Walau bagaimanapun kamu hendak menjalankan tipu daya kepada aku nescaya tidak akan sampai kepadaku, kerana Tuhanku akan mempertahankan aku. Maka jalankanlah tipu daya kamu itu sekarang juga. dan jangan ditangguh-tangguhkan lagi sehingga aku lama menunggu.”



 Al A’raf Ayat 196

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذي نَزَّلَ الكِتابَ ۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصّالِحينَ
"Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Quran), dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan"

Ayat ini menerangkan dengan lebih lanjut ucapan Nabi Muhammad saw di hadapan kaum musyrikin iaitu bahwa sesungguhnya yang memimpin, melindungi dan menolong  nabi saw untuk mengalahkan  semua kaum musyrikin ialah Allah, Tuhan yang menurunkan kitab Al Quran. Dialah Allah Yang menurunkan Al Quran yang menjelaskan keesaan-Nya dan kewajiban berbakti serta berdoa kepada-Nya dalam segala keadaan. Al Quran itu membentangkan kekeliruan dan kebatilan penyembahan-penyembahan berhala-berhala itu. Kerana itu Rasul saw. tidak mempedulikan benda-benda berhala itu dan tidak pula merasa takut kepadanya, meskipun orang-orang musyrikin menakut-nakutinya dengan berhala itu.

Allah swt. juga akan memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya kepada hamba-Nya yang saleh yakni mereka yang memiliki jiwa yang bersih berkat kebersihan akidahnya, dan dari kebersihan jiwa itu lahir amal perbuatan yang luhur, berguna bagi kehidupan pribadi dan masyarakat.


 Al A’raf Ayat 197

وَالَّذينَ تَدعونَ مِن دونِهِ لا يَستَطيعونَ نَصرَكُم وَلا أَنفُسَهُم يَنصُرونَ
Dan benda-benda yang kamu sembah selain Allah, tidak akan dapat menolong kamu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.

Huraian ayat ini telah pun dijelaskan di dalam ayat 192 yang lalu. Ia diulang sebutannya untuk menguatkan lagi celaan Allah terhadap perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah berhala itu. Hendaknya mereka itu insaf, bahwa berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka sedikit pun sedangkan diri mereka sendiri tidak dapat hendak mereka tolong.

Ayat ini juga menunjukkan perbezaan antara pihak yang boleh disembah iaitu Allah yang memimpin orang-orang yang baik dengan pertolongan dan pemeliharaanNya. Berbeza dengan pihak yang dilarang menyembahnya, iaitu berhala-berhala yang tidak dapat hendak melakukan sesuatu apa.




 Al A;raf Ayat 198

وَإِن تَدعوهُم إِلَى الهُدىٰ لا يَسمَعوا ۖ وَتَراهُم يَنظُرونَ إِلَيكَ وَهُم لا يُبصِرونَ
Dan jika kamu menyeru benda-benda (yang kamu sembah) itu untuk mendapat petunjuk (daripadanya), mereka tidak dapat mendengarnya; dan engkau nampak benda-benda itu memandangmu padahal mereka tidak melihat.

Ayat ini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang maksudnya: “sekiranya orang mukmin menyeru kepada orang-orang musyrik agar mendapat petunjuk, maka seruan tersebut tidaklah akan mereka dengarkan. Kerana mereka akan memekakkan telinga dari mendengar perkara-perkara yang hak dan benar. Dan walaupun mereka mempunyai mata untuk memandang. Tetapi mereka tidak dapat melihat, iaitu melihat dengan mata hati yang boleh memahami sesuatu yang berguna.

Dengan kebanyakan Mufassirin mengatakan bahwa ayat ini juga ditujukan kepada patung-patung dan berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik yang mana sifat berhala-berhala itu adalah benda-benda yang tidak bernyawa, tidak dpat memberi manafaat atau mudharat. Dan tidak dapat juga mendengar atau melihat.





 Al A’raf Ayat 199

خُذِ العَفوَ وَأمُر بِالعُرفِ وَأَعرِض عَنِ الجاهِلينَ
Terimalah apa yang mudah engkau lakukan, dan suruhlah dengan perkara yang baik, serta berpalinglah (jangan dihiraukan) orang-orang yang jahil (yang degil dengan kejahilannya).

Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan Rasul-Nya agar berpegang teguh pada prinsip umum tentang moral dan hukum.iaitu:
1. Sikap Pemaaf
Allah swt. menyuruh Rasul-Nya agar beliau memaafkan perbuatan, tingkah laku dan akhlak manusia dan janganlah beliau meminta dari manusia apa yang sangat sukar bagi mereka sehingga lari dari agama.
Sabda Rasulullah saw.:
“Mudahkanlah, jangan kamu persulit.”
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Musa dan Muaz)

Termasuk prinsip agama, mudahkanlah, menjauhkan kesukaran dan segala halnya dalam bidang budi pekerti manusia yang banyak dipengaruhi lingkungannya. Bahkan banyak riwayat menyatakan bahwa yang dikehendaki pemaafan di sini ialah pemaafan dalam bidang akhlak atau budi pekerti.
Berkata Rasulullah sehubungan dengan ayat ini:
"Apakah ini ya Jibril?" Jawab Jibril: "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu agar memaafkan orang yang berbuat aniaya terhadapmu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu dan menghubungkan silaturahim kepada orang yang memutuskannya."
(HR Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim, dari Ibnu Umaimah dari bapaknya)

2. Menyuruh manusia berbuat makruf.
Makruf adalah adat kebiasaan masyarakat yang baik yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam Alquran kata "makruf" digunakan dalam hubungan hukum-hukum yang penting, seperti dalam hukum pemerintahan, hukum perkawinan. Dalam pengertian kemasyarakatan kata "makruf" digunakan dalam erti adat kebiasaan dan muamalat dalam suatu masyarakat. Kerana itu ia berbeza-beza sesuai dengan perbezaan bangsa, negara dan waktu. Di antara para sarjana memberikan definisi "makruf" dengan apa yang dipandang baik melakukannya menurut tabiat manusia yang murni tidak berlawanan dengan akal fikiran yang sihat. Bagi kaum muslimin yang penting ialah berpegang teguh pada nas-nas yang kuat dari Alquran dan sunah. Kemudian mengindahkan adat kebiasaan yang hidup dalam masyarakat selama tidak bertentangan dengan nas agama secara jelas.

3. Menjauhkan diri dari orang-orang yang jahil.
Yang dimaksud dengan orang jahil ialah orang yang selalu bersikap kasar dan menimbulkan gangguan-gangguan terhadap Nabi dan tidak dapat diberi kesedaran. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menghindarkan diri dari orang-orang jahil dengan tidak melayani mereka dan tidak membalas kekerasan mereka dengan kekerasan pula.



Al A’raf Ayat 200

وَإِمّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيطانِ نَزغٌ فَاستَعِذ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَميعٌ عَليمٌ
Dan jika engkau dihasut oleh sesuatu hasutan dari Syaitan, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan tentang kemungkinan Nabi Muhammad saw. digoda syaitan lalu dia tidak dapat melaksanakan prinsip di atas. Oleh kerana itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya agar selalu memohonkan perlindungan kepada Allah swt. jika godaan syaitan datang dengan membaca "ta`awuz", yaitu:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
Maksudnya “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”

Allah swt. Maha Mendengar segala permohonan yang diucapkan dan Maha Mengetahui apa yang ada dalam jiwa seseorang yang dapat mendorong dia berbuat kejahatan atau kesalahan. Jika doa itu dibaca orang yang tergoda itu dengan hati yang ikhlas dan menghambakan diri dengan tulus kepada Allah swt. maka Allah swt. akan mengusir syaitan dari dirinya, serta akan melindunginya dari godaan syaitan itu.
Firman Allah swt.:
“Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.”
(Q.S An Nahl: 98,99)

Sabda Rasulullah saw.:
“Tidak seorang pun di antara kamu sekalian melainkan didampingi temannya dari jenis jin. Berkatalah para sahabat: "Kamu juga hai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Juga. Hanya Allah menolong aku menghadapinya maka selamatlah aku daripadanya."
(H.R Muslim dari 'Aisyah ra dan Ibnu Mas'ud)

Hadis dari Ibnu Mas’ud, berkata Rasulullah saw,:
“tidak seorang pun dari kamu melainkan adalah dia diwakilkan (diberi) dengan seorang qarin iaitu teman dari bangsa jin dan seorang qarin dari bangsa malaikat. Orang-orang pun bertanya, “adakah tuan hamba juga demikian, ya Rasulullah?” jawab baginda, “dan juga saya, tetapi Allah telah menolong saya dari godaan syaitan itu sehingga saya telah terselamat, sedang teman saya itu pula tidak menyuruh saya untuk melakukan sesuatu melainkan yang baik saja.”

Meskipun dalam ayat ini diperintahkan kepada Rasul, namun maksudnya ialah meliputi keseluruhan dari umatnya yang ada di dunia ini. Setiap manusia samada manusia biasa atau pun nabi ada disediakan kepadanya rakan yang menemaninya dari jenis jin dan malaikat. Qarin dari jenis jin itulah yang membuat fitnah untuk menggoda manusia sedang qarin atau teman dari jenis malaikat pula memelihara dan mempertahankan seseorang itu dari berbuat maksiat. Masing-masing dari keduanya mendorong manusia mengikut kegiatannya. Jika giat dalma perkara kejahatan, qarin dari jenis jin itulah yang mendorongnya. Sebaliknya jika giat dalam perkara kebaikan, qarin dari jenis malaikat itu pulalah yang mendorongnya.

Maka dalam hadis ini dijelaskan dengan terang bahwa nabi saw adalah terpelihara dari fitnah dan godaan bangsa jin atau apa yang dikatakan syaitan seperti yang disebutkan dalam ayat ini.

Jelasnya nabi saw adalah terpelihara dari godaan syaitan, baik pada tubuhnya, hatinya mahupun lidahnya. Hadis ini mengisyaratkan supaya setiap manusia hendaklah berjaga-jaga sedaya upaya dari fitnah, godaan dan tipu daya syaitan yang menjadi qarin atau rakan yang menemaninya pada setiap masa dan ketika.


Al A’raf Ayat 201

إِنَّ الَّذينَ اتَّقَوا إِذا مَسَّهُم طائِفٌ مِنَ الشَّيطانِ تَذَكَّروا فَإِذا هُم مُبصِرونَ
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar). “

Allah swt. menjelaskan reaksi orang-orang yang bertakwa bila kedatangan godaan syaitan. Dan ayat ini memperkuat pula ayat sebelumnya tentang keharusan kita berlindung kepada Allah swt. dari godaan syaitan.

Sesungguhnya orang yang bertakwa ialah orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan solat, menafkahkan sebahagian dari rezekinya. Bila mereka merasa ada was-was atau dorongan dalam dirinya untuk berbuat mungkar, mereka segera sedar bahwa yang demikian itu adalah godaan dari syaitan dan segeralah mereka mengucapkan doa isti'azah dan menyerahkan diri kepada Allah agar dipelihara-Nya dari tipu muslihat syaitan.

Maka berkat dari kesedaran itu mereka dapat segera sedar dan melihat jurang kebinasaan dan jaring-jaring syaitan, lalu segeralah mereka menahan diri dan berhenti agar jangan jatuh ke dalam perangkap syaitan. Sedangkan orang-orang yang telah masuk perangkap syaitan itu adalah orang yang alpa kepada Allah dan kurang mengawasi diri.

Senjata yang paling ampuh mengusir syaitan ialah ingat dan muraqabah kepada Allah swt. di dalam segala keadaan. Ingat selalu kepada Allah itu menanamkan ke dalam jiwa cinta kebenaran dan kebajikan, melemahkan kecenderungan negatif/buruk dalam jiwa. Jiwa yang dipenuhi iman ialah jiwa yang sihat sepertimana badan yang sihat yang penuh daya kekebalan. Badan yang mempunyai daya kekebalan, badan yang kuat, tidak mudah diserang penyakit. Bakteria-bakteria penyakit tidak dapat berkembang biak dalam tubuh yang penuh dengan daya kekebalan itu.

Demikianlah juga jiwa orang yang bertakwa, ia tidak mudah ditimpa was-was syaitan. Orang yang bertakwa segera peka terhadap rangsangan syaitan, hayawaniyah yang timbul dalam dirinya. Reaksi itu berupa kesedaran dan ingatan kepada Allah disertai dengan ketajaman penglihatan kepada tipu muslihat syaitan itu dengan segala akibatnya.

Memelihara jiwa yang sihat dari was-was sama halnya dengan memelihara badan yang sihat, iaitu memerlukan rawatan yang terus-menerus agar tetap bersih dan sihat, memerlukan muraqabah yang tetap, ingat kepada Allah swt. dalam segala keadaan. Dengan demikian syaitan tidak akan mendapat kesempatan untuk mengganggu diri.



Al A’raf Ayat 202

وَإِخوانُهُم يَمُدّونَهُم فِي الغَيِّ ثُمَّ لا يُقصِرونَ
Sedang saudara (pengikut) Syaitan-syaitan, dibantu oleh Syaitan-syaitan itu dalam melakukan kesesatan, kemudian mereka tidak berhenti-henti (melakukan perbuatan yang sesat lagi menyesatkan itu).

Allah menerangkan bahawa semua kawan-kawan syaitan iaitu orang jahil dan kafir membantu syaitan dalam menyesatkan dan berbuat kerusakan. Ini adalah kerana orang-orang jahil itu selalu dipengaruhi syaitan, maka mereka tidak akan ingat kepada Allah. Mereka tidak akan sedar bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah. Kerana itu mereka akan terus-menerus melakukan kerusakan dan bergelumang dalam kesesatan.


Al A’raf Ayat 203

وَإِذا لَم تَأتِهِم بِآيَةٍ قالوا لَولَا اجتَبَيتَها ۚ قُل إِنَّما أَتَّبِعُ ما يوحىٰ إِلَيَّ مِن رَبّي ۚ هٰذا بَصائِرُ مِن رَبِّكُم وَهُدًى وَرَحمَةٌ لِقَومٍ يُؤمِنونَ
Dan apabila engkau (wahai Muhammad) tidak membawa kepada mereka sesuatu ayat Al-Quran (sebagaimana yang mereka kehendaki), berkatalah mereka (secara mengejek): "Mengapa engkau tidak bersusah payah membuat sendiri akan ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menurut apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Al-Quran ini ialah panduan-panduan - yang membuka hati - dari Tuhan kamu, dan petunjuk serta menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman".

Allah swt. menerangkan tingkah laku orang-orang musyrik itu dalam usaha mereka menentang Nabi Muhammad saw. Bilamana Nabi Muhammad tidak membawakan kepada mereka ayat Alquran disebabkan kelewatan turunnya ayat selang beberapa waktu, maka orang-orang musyrikin itu mendesak Nabi Muhammad agar beliau menciptakan sendiri ayat-ayat itu. Desakan mereka itu sebenarnya mengandungi maksud untuk mengingkari Alquran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw.

Ini adalah kerana mereka memandang Alquran itu adalah ciptaan Nabi Muhammad. Dan kerana itu mereka menganggap ayat-ayat AlQuran boleh direka dan dibuat terus pada ketika itu juga. Maka Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjelaskan kepada mereka bahawa Alquran itu adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. Nabi hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya sahaja. Bukan haknya untuk mendesak Allah agar menciptakan sesuatu perkara. Dan nabi saw hanya dapat menunggu segala wahyu yang disampaikan kepadanya, yang akan disampaikan pula kepada umatnya.

Jika tidak ada haruslah dia berdiam diri, dan tidak boleh mengubah sendiri Alquran tersebut. Alquran itu adalah kalam Allah. Ia mempunyai tiga fungsi bagi orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat ini. iaitu :
1 . Sebagai bukti yang nyata dari Allah untuk menunjukkan keesaan-Nya, kenabian Muhammad dan hari kiamat. Siapa yang memerhatikan dan merenungkan isi Alquran, tentulah akan yakin bahwa Alquran itu dari Allah swt.
2 . Petunjuk atau pedoman yang membimbing manusia dalam mencari kebenaran dan jalan yang lurus.
3 . Sebagai rahmat dalam kehidupan manusia dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman. Alquran memberikan peraturan-peraturan dan ajaran-ajaran yang mudah difahami dan mudah dilaksanakan oleh kaum muslimin untuk kehidupan mereka sehari-hari.

 Al A’raf Ayat 204

وَإِذا قُرِئَ القُرآنُ فَاستَمِعوا لَهُ وَأَنصِتوا لَعَلَّكُم تُرحَمونَ
Dan apabila Al-Quran itu dibacakan, maka dengarlah akan dia serta diamlah (dengan sebulat-bulat ingatan untuk mendengarnya), supaya kamu beroleh rahmat.

Allah swt. memerintahkan orang-orang yang beriman agar mereka memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada Alquran. Hendaklah mereka mendengarkan sebaik-baiknya bilamana Alquran diperdengarkan kepada mereka, baik mengenai bacaan atau pun isinya untuk difahami, dipetik pelajaran-pelajaran daripadanya dan diamalkan dengan segala penuh perhatian.
Sabda Rasulullah saw.:
“Barangsiapa mendengarkan (dengan penuh minat) ayat dari Alquran, dituliskan baginya kebaikan yang berlipat ganda dan barang siapa membacanya adalah baginya cahaya di hari kiamat.”
(H.R Bukhari dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah)

Hendaklah orang-orang mukmin itu berdiam diri dan bersikap tenang sewaktu Alquran dibacakan sebab di dalam ketenangan itulah mereka dapat merenungkan isinya. Janganlah fikiran mereka melayang-layang sewaktu Alquran diperdengarkan, sehingga tidak dapat memahami ayat-ayat itu dengan baik. Allah swt. akan menganugerahkan rahmat-Nya kepada kaum Muslimin bilamana mereka memenuhi perintah Allah tersebut dan menghayati isi Alquran.

Sehubungan dengan perintah untuk mendengarkan dan berdiam diri dan bersikap tenang sewaktu Alquran dibacakan terdapat beberapa pendapat ulama:
1. Wajib mendengarkan dan bersikap tenang ketika Alquran dibacakan berdasarkan perintah tersebut, baik di dalam salat atau pun di luar salat. Demikianlah pendapat Al-Hasan Al-Basri dan Abu Muslim Al-Asfahani.
2. Wajib mendengarkan dan bersikap tenang, tetapi khusus pada bacaan-bacaan Rasul saw. di zaman beliau, dan bacaan imam dalam salat, serta bacaan khatib dalam khutbah Jumat. Mewajibkan mendengarkan dan bersikap tenang ketika Alquran dibacakan di luar salat dan khutbah adalah dianggap sangat menyulitkan, sebab hal itu dapat menghentikan kegiatan-kegiatan harian lainnya.

Adapun pembacaan Alquran pada resepsi atau pertemuan pada umumnya, bila tidak mendengarkan dan juga sambil bercakap-cakap hukumnya haram, terutama membuat suara bising dekat si pembaca.




Al A’raf Ayat 205

وَاذكُر رَبَّكَ في نَفسِكَ تَضَرُّعًا وَخيفَةً وَدونَ الجَهرِ مِنَ القَولِ بِالغُدُوِّ وَالآصالِ وَلا تَكُن مِنَ الغافِلينَ
Dan sebutlah serta ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendah diri serta dengan perasaan takut (melanggar perintahnya), dan dengan tidak pula menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang lalai.

Allah memerintahkan Rasul-Nya beserta umatnya untuk menyebut nama Allah swt. atau berzikir kepadanya. Baik zikir itu dengan membaca Alquran, tasbih, tahlil, doa atau pun pujian lain-lainnya menurut tuntunan agama. Kemudian Allah swt. menggariskan bagi kita adab dan cara berzikir atau menyebut nama Allah itu sebagai berikut:
1. Zikir itu dilakukan dalam hati kerana zikir dalam hati menunjukkan keikhlasan, jauh daripada riya dan dekat pada perkenan Allah swt.
2. Zikir itu dilakukan dengan penuh kerendahan hati (tawaduk), merasa hina di hadapan keagungan Allah swt. disertai dengan pengakuan akan keterbatasan kemampuan diri sendiri.
3. Zikir itu didorong oleh rasa takut terhadap kekuasaan Allah swt. dan kebesaran-Nya, takut kepada azab dan hukumannya kerana kurangnya amal ibadah untuk lebih merendahkan hati dl hadapan Allah swt.
4. Zikir dibaca dengan suara lembut, tidak keras kerana membaca dengan suara yang lembut itu lebih mudah untuk tafakkur dengan baik. Diriwayatkan bahwa dalam suatu perjalanan, Nabi mendengar orang berdoa dengan suara keras, berkatalah beliau kepada mereka itu:
Artinya:
"Hai manusia kasihanilah dirimu, sesungguhnya kamu tidak menyeru kepada yang tuli atau yang jauh daripadamu. Sesungguhnya yang kamu seru itu adalah Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia lebih dekat kepadamu dari leher (unta) kendaraanmu."
(H.R Ibnu Majah)

5. Zikir itu dengan lidah, tidak hanya dengan hati saja, lidah mengucapkan dan hati mengikutinya.



 Al A’raf Ayat 206

إِنَّ الَّذينَ عِندَ رَبِّكَ لا يَستَكبِرونَ عَن عِبادَتِهِ وَيُسَبِّحونَهُ وَلَهُ يَسجُدونَ
Sesungguhnya mereka (malaikat) yang ada di sisi Tuhanmu tidak bersikap angkuh (ingkar) daripada beribadat kepadaNya, dan mereka pula bertasbih bagiNya, dan kepadaNyalah jua mereka sujud.

Allah swt. menjelaskan bahawa malaikat yang kedudukannya mulia di sisi Tuhan itu tidak pun merasa berat dan enggan menyembah Allah swt. Maka hendaklah manusia mencontohi ketaatan malaikat itu kepada Tuhan. Para malaikat itu selalu mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan dari menyembah berhala-berhala. Dan para malaikat sujud dan salat kepada Allah swt.

Ayat ini termasuk ayat sajadah yang pertama dalam Alquran. Disunatkan bagi orang Islam melakukan sujud setelah membaca atau mendengar ayat ini dibacakan dengan niat mencontohi ketaatan para malaikat kepada Allah swt. Abu Darda' meriwayatkan sebagai berikut:

أنه صلى الله عليه وسلم عدها في سجدات القرآن
Artinya:
“Bahwasanya Rasulullah saw. memandang ayat ini salah satu ayat sajadah dalam Alquran.”
(H.R Ibnu Majah)

Mudah-mudahan Allah memberi kita taufik dan hidayahNya untuk beramal dengan suruhanNya sesuai dengan yang disyariatkanNya. Tuhanlah sebaik-baik pelindung dan penolong.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.